Friday, August 19, 2022

Karma kekuasaan.

 




Saya datang ke kantor teman di China. Dia baru diangkat sebagai direktur di Pemda China. Saya ingin tahu arah kebijakan China soal pembangunan infrastruktur ekonomi di kawasan Guangxie. Dia presentasikan proyek yang akan dikerjakan dan sedang dikerjakan. “ B, setiap mega proyek dibangun, pasti ada  saja kader partai yang kena pidana atau tersingkir dari proses kompetisi kader partai. “ Katanya tersenyum.


“ Mengapa ?


“ Kami ya membangun. Tapi pada waktu bersamaan kami juga menjadikan proyek itu ujian kesetiaan pejabat dan kader partai kepada rakyat dan negara. Manusia teruji dengan otoritas dan uang. Kalau mereka bisa lolos, ya mereka naik kelas. Kalau gagal, ya masuk bui atau dihukum mati. Memang tidak ada rencana yang sempurna. Tetapi membiarkan orang brengsek memanfaatkan kelemahan rencana untuk memperkaya diri, itu jelas salah.” Katanya.


Saya terpesona. Begitu sederhananya cara mereka membangun sebagai proses learning by doing. Ya mendidik para elite dan pejabat untuk berproses dalam pengabdiannya kepada negara. “ Kekuasaan itu bukan kemewahaan. Juga bukan paksaan. Tetapi adalah pilihan. Saat mereka jadi abdi negara, maka saat itu juga mereka tahu resiko. Mereka duduk diatas bara. Salah langkah, habis mereka. Tetapi kalau benar, mereka punya kehormatan. Yang akan jadi kebanggaran keluarga. Jadi legacy bagi generasi berikutnya” Lanjut teman.


Saya mengangguk. ' Tetapi B, itu semua hanya mungkin bila hukum tegak dan aparat hukum yang punya kompetensi atas dasar sistem dan moral. Kamu tahu, yang paling banyak jadi korban pedang hukum, justru aparat hukum sendiri. Cobaan mereka sangat berat. Pada diri mereka ada pedang hukum, kekuasaan dan uang. Negara tidak paksa mereka jadi aparat hukum. Itu pilihan mereka sendiri dan rasa hormat diri pribadi. Tentu mereka sadar resikonya.”


“ Mengapa?


“ Kala aparat hukum mempermainkan hukum, maka  kejahatan menang. Negara akan dapat karma. Akan selalu ada masalah dan kehilangan trust di hadapan rakyat. Walau negara kuat secara idiologi, ia akan hancur dengan sendirinya. Hancur bukan dari luar tetapi dari dalam dirinya sendiri. Makanya aparat hukum itu adalah pahlawan sejati kalau dia bertanggung jawab secara moral kepada tugasnya dan bisa jadi penjahat terburuk kalau dia khianati tugasnya. Yang lebih buruk dan jahat adalah pemimpin membiarkan sistem korup itu.” Kata teman.


Keluar dari kantor itu saya dapat pelajaran mahal. Pada akhirnya kekuasaan itu bukanlah kemewahan, Tetapi adalah liabilities yang harus ditanggung sepanjang usia dan jabatan. Tidak mudah memang menjadi elite. 

No comments:

Putin memenangkan Pilpres Rusia.

  Pemilu Rusia, memilih empat calon presiden, yaitu Putin, Leonid Slutsky, Nikolai Kharitonov, dan Vladislav Davankov. Hasilnya ?  Komisi Pe...