Di Indonesia ini kita pernah punya pemimpin hebat, yaitu Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, Jokowi. Ke 7 presiden ini punya kelebihan yang patut sehingga wajar Tuhan jadikan mereka pemimpin. Saya akan uraikan singkat kelebihan mereka. Soal kekurangan itu masalah persepsi anda. Toh setiap pemimpin berkerja karena agendanya, bukan agenda anda. Jadi sejatinya yang berhak menilai adalah Tuhan, bukan anda. Anda hanya penikmat suka dan tidak suka saja.
Soekarno. Saat di Bengkulu dalam pembuangan oleh pemerintah Kolonial Belanda, dia pernah jadi guru Muhammadiah. Ini adalah cetak biru sejati seorang punya talenta pemimpin. Dalam keadaan tangan terantai dia tetap berbuat. Tak bisa berbuat besar, ya berbuat kecil. Sjahrir berkata kepada kaum muda yang menculik Soekarno dan Hatta ke Rengas Dengklok, “ semua kalian yang muda ini tidak akan mampu memaksa mereka berdua itu. Apalagi membuat mereka berdua takut. Mereka sudah melewati batas takut itu” Itulah pemimpin sejati. Keteguhan hatinya telah melewati batas orang biasa saja.
Soeharto. Saat Jogyakarta sebagai ibukota jatuh oleh agresi militer Beladan. Para pemimpin ditangkap Belanda. Soeharto yang hanya perwira menengah dengan keterbatasan sumber daya, kurangnya komunikasi, pasukan tercerai berai, Panglima TNI berada dalam hutan. Semua pasukan TNI dalam kondisi diburu militer Belanda. Tanpa ada komando apapun. Dia berjalan kaki mendatangi semua pos gerilayawan yang tersebar sekitar Yogyakarta untuk melakukan konsolidasi. Memberikan keyakinan kepada komandan lapangan yang ada di frontline bahwa kepemimpinan itu masih ada.
Sehingga ketika dia dapat perintah dari Panglima Soedirman untuk merebut Yogya, dia bisa lakukan sesuai jadwal yang ditentukan dan sesuai dengan sumber daya terbatas. Dia sukses. Moment inilah bakat kepemimpin Soeharto memang sudah ditakdirkan sejarah bahwa kelak dia pantas jadi Presiden selama 30 tahun. Saat awal dia berkuasa, dia tidak duduk diatas kemelimpahan anggaran. Ekonomi Indonesai hancur. Politk tidak stabil. Infrastruktur ekonomi dan pendidikan, kesehatan tidak tersedia. Selama 30 tahun berkuasa, dia bisa delivery itu semua.
Habibie. Dia sukses sebagai insinyur di Jerman, negeri yang terdepan dalam kompetisi riset tekhnologi. Dia dapat pengakuan dunia akademis. Kompetensinya berkelas dunia. Andaikan dia ingin hidup senang dengan passsion nya sebagai akademisi dan engineer, yang terbukti sukses itu. ngapain dia mau pulang ke Indonesia jadi pembantu presiden yang hanya tamatan SMP. Tapi bakat kepemimpinanya teruji saat itu. Baginya tugas sebagai engineer sudah selesai. Selanjutnya ada tugas yang lebih besar untuk dia selesaikan. Berbuat lebih besar untuk agendanya. Membawanya bangsanya terhormat berkat tekhnologi.
Gus Dur, ditengah putaran politik yang sangat keras paska kejatuhan Soeharto, dan ancaman perpecahan usai Pemilu 1999. Maklum saat itu politik sangat elitis tanpa ada pemilu langsung memilih presiden. Kelompok Islam poros tengah mengancam. Pemilu yang dimenangkan PDIP juga mengancam. Satu sama lain tidak mau ngalah. Saat itulah Gus Dur mendamaikan situasi. Mengajak semua adem. “ mari bersatu kita benahi negeri ini. Kamu yang nasionalis mari samping saya. Kamu islam silahkan kawal Parlemem. Gitu aja repot.”.
Tanpa keberanian dan ketokohan pribadinya yang besar, engga mungkin para elite itu mau didamaikan. Walau karena itu dia sendiri akhirnya sadar bahwa para elite itu tidak pernah mau berdamai. Dan dia sendiri jadi korban politik para elite. Dia tidak kecewa. Setidaknya pada batas kemampuan dia, dia sudah berbuat baik dengan karakterbesar sebagai pemimpin yang mempersatukan.
Megawati. Di era Megawati lahirlah UU KPK, UU SJSN, UU perbendaharaan negara atau keuangan negara, UU Pemilu langsung Sehingga kita punya APBN yang transparance. Punya lembaga anti korupsi dan negara bertanggung jawab terhadap jaminan sosial. Kita sebagai rakyat bisa memilih presiden secara langsung “ Masalah BLBI harus selesai di era saya. Jangan bebani pemimpin setelah saya.” begitu tekad Megawati. Dan dia sukses walau karena itu dia harus kick out IMF dan berseteru dengan AS.
Dalam rentang waktu singkat, dia mampu menyelesaikan PR pelik bangsa ini, yaitu demokratisasi dan BLBI. Tanpa bakat besar sebagai pemimpin tidak mungkin dia bisa melewati banyak hambatan dalam situasi politik yang sangat elitis dan NKRI tetap utuh. Bakat keberanian dan keteguhan hati Mega itu bukan dadakan. Tetapi sudah ditempa selama era Soeharto menghadapi rezim yang anti demokrasi.
SBY. Saat SBY berkuasa dia sudah tidak dibebani penyelesaian BLBI. Itu sudah rampung lewat regulasi dan TAP MPR. Tugas SBY berikutnya adalah bagaimana menghidupkan mesin ekonomi yang sempat stuck selama era kekuasaan Gus dan Megawati. Saatnya start engine. Dalam keterbatasan sumber daya keuangan dan SDM, SBY tidak punya banyak pilihan. Tapi dia smart. Dia tentukan kebijakan makro ekonomi yang ekspansif lewat hutang dan pasar domestik. Dia sukses. PDB awal dia berkuasa tahun 2004 hanya Rp. 2.296 triliun. Di akhir kekuasaanya mencapai Rp.10.063 triliun. Sehingga kita pantas jadi anggota G20.
Bakat kepemimpinan SBY adalah buah dari sistem pendidikan TNI, yang setiap perwira harus mampu jadi pemimpin dalam skala apappun. Siap tidak siap, kalau panggilan tugas datang. Mereka harus tampil.
Jokowi. Saat Jokowi berkuasa, dia menghadapi ekonomi global pada titik collateral damage sebagai dampak krisis Lehman tahun 2008. Proses recovery tidak jelas titik terangnya. Krisis likuiditas dimana mana. Sementara platform ekonomi yang dia warisi adalah APBN ekspansif ( defisit). Saat awal Jokowi berkuasa balance payment minus. Disaat kritis itu, dia mampu membuat kebijakan revolusioner. Yaitu merestruktur APBN. Memindahkan pos belanja rutin ( Subsidi BBM) ke pos pembangunan infrastruktur ekonomi. Peningkatan Aset Bruto negara bertambah sehingga APBN sehat untuk terus dapatkan sumberdaya keuangan
Cara smart Jokowi itu merupakan bakat kepemimpinan yang dibentuk lewat proses sebagai wirasausaha. Realistik dan rasional serta sistem kendali lapangan yang sangat responsif. Sehingga walau ditengah badai krisis dan COVID, kita bisa tetap melewatinya dengan visi besar. Itu terbukti dengan keberaniannya memindahkan ibukota ke Kalimantan.
***
Nah tahun 2024 akan ada Pemilu. Pilihlah Presiden dan cerdaslah. Pastikan mereka yang kita pilih itu memang punya bakat sebagai pemimpin, Bukan sekedar retorika tetapi lewat karya nyata, sekecill apapun itu. Amati mereka yang mencalonkan diri itu nanti dan nilai dengan akal sehat. Jagan emosi personal atau agama. Nasip bangsa ini ada ditangan kita semua sebagai rakyat. Salah milih maka derita bagi anak cucu kita.
No comments:
Post a Comment