Monday, July 19, 2021

Kita terjebak oligarki.

 




“Kenapa sih papa itu  selalu apa saja berpikir bisnis.” Tanya oma. Saya tersenyum saja. Bisnis harus dijalankan denga otak reptil kita. Otak yang menjadikan kita survival. Apapun profesi itu pasti berujung bisnis. Termasuk syiar agama dari profesi Ustad atau dai. Lembaga sosial seperti sekolah dan RS juga adalah bisnis. Bahkan negarapun didirikan berdasarkan konsep bisnis. Kita engga ada tekhnologi dan modal untuk olah tambang dan mineral. Ya kita kerjasama dengan asing yang punya modal. Kan engga bisa makan tambang. Kan engga bisa dirikan pabrik tampa mesin dari luar negeri.


“ Jadi siapa pemegang saham Negara ? tanya oma. Sepertinya dia lebih focus kepada negara dalam konteks bisnis. Saya katakan bahwa pemegang saham negara adalah Partai. Sementara rakyat adalah user yang jadi sumber income bisnis mereka. Pajak itu cara mereka dapatkan uang. Kalaupun dibagikan kepada rakyat lagi, sebetulnya negara udah ambil lebih besar dari yang dibagikan. Apa itu ?. Ya dari inflasi, penerbitan surat utang. Memberikan sumber daya kepada swasta untuk mendatangkan pajak di masa kini dan depan. Dari sumber daya yang dikelola swasta ini para elite partai bisa hidup senang tanpa kerja keras.


“ Loh kemana saja Tentara dan polisi ? bukankah mereka adalah pelindung rakyat untuk memastikan pemerintah berpihak kepada rakyat” Tanya oma lagi. Saya tersenyum lagi. Tentara dan polisi itu alat partai untuk menjaga konstitusi yang mereka buat agar rakyat patuh. Kalau menolak, tugas mereka tangkap dan penjarakan.


“ Jadi antara negara dan pengusaha sama saja. Sama sama  berbisnis.” Tanya oma mulai nampak sedih. Saya katakan, bahkan uang yang kita pegang itu bisa stabil karena adanya kemitraan global dengan Bank central AS, China, Jepng, UE dll. Mereka menjaga mata uang kita agar tidak jatuh, tentu itu tidak gratis. Tujuannya menjaga nilai investasi mereka di negara kita aman dan tidak jatuh nilainya. Ya mutual simbiosis sebagai sebuah ekosistem bisnis. Biasa saja.


“ Artinya semua negara itu sengaja membangun persekongkongkolan dengan bisnis. Pantas aja rakyat dikorbankan” tanya oma lagi. Belantara bisnis itu adalah kumpulan predator. Kita dipaksa cerdas berkolaborasi, sinergi, kerjasama. Itu semua hanya mungkin menguntungkan kalau kita smart. Kalau bego ya lemah.  Lemah ya dimakan. 


Jadi kita sebagai rakyat jangan terlalu berharap kepada pemimpin atau orang lain. Berharaplah kepada Tuhan. Caranya? gunakan otak reptil kita untuk bertahan. Cari uang dengan baik, kalau dapat kembali ke Tuhan, berbagilah. Jangan kembali ke Tuhan  dalam keadaan bokek. Itu hanya bikin repot Tuhan aja. Ngeluh terus bawaannya. Padahal Tuhan sudah kasih kita modal besar yaitu Akal! pakai itu untuk mendekati Tuhan.


No comments:

Memahami pasar uang secara idiot

  Kita perhatikan kurs Rupiah turun naik atau terjadi volatilitas. Itu bukan gamebling. Engga perlu ruwet amat lewat Analisa yang canggih un...