Sunday, August 16, 2020

Fatwa.


Seorang meninggal di jalanan namun tidak ada satupun orang yang mau menguburkannya. Apa pasal?. Karena orang ini suka minuman keras dan berzina. Semua orang tahu bahwa dia sering mendatangi tempat maksiat. Namun akhirnya yang menguburkannya adalah raja. Megapa ? ternyata ketika jenazah dibawa ke rumah oleh Raja. Sang istri menangis seraya berkata "Semoga Allah merahmatimu wahai waliyullah (wali Allah). Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang saleh.” Raja terkejut karena sang istri menyebut “ wali Allah”. 

Ada apa ?  "Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras (khamar), dia membeli minuman keras dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu dibawanya ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: "Aku telah meringankan dosa kaum muslimin".

"Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka uang dan berkata: "Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi. Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: "Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam."

"Orang-orang pun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir. Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku, Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensalatimu dan menguburkan jenazahmu. Ia hanya tertawa dan berkata, "Jangan takut, bila aku mati, aku akan disalati oleh Sultannya kaum muslimin, para ulama dan para wali.

Kisah diatas adalah bagian dari kisah kontemporer Sultan Murad Khan. Selama dia berkuasa memang memerangi segala bentuk kebiasaan buruk rakyatnya yang suka berzina dan minuman keras.  Dia ingin dengan pedangnya bisa menegakan kalamullah. Namun saat bertemu dengan seorang yang dianggap publik tak pantas di kubur  karena kebiasaan mendatangi tempat maksiat. Dia tersadarkan fatwa ulama dan dirinya sebagai khilafah tidak selalu benar. Mengapa? ternyata pria itu disebut istrinya sebagai  wali Allah, yang berdakwah dalam sunyi. Suami wanita itu paham Firman Allah " Wa lā taqrabuz-zinā innahụ kāna fāisyah, wa sā`a sabīlā. Jangankan berzina, mendekati saja engga boleh. Tetapi di hatinya Tuhan berkata lain. Karena itu dia bersikap. Ya dia berdakwah tidak dengan fatwa dan pedang terhunus memaksa orang taat, tetapi melalui tangannya sendiri mengurangi kemaksiatan. Sebuah cara yang bersehaja tanpa hendak menggenggam arogansi kesolehan bersorban dan mulut berbusah menyebut nama Tuhan. 

Tak akan bisa menghilangkan air di laut namun setetes kamu keluarkan, air lautpun berkurang. Apa artinya? agama itu tidak dengan retorika tetapi perbuatan. Karena kemaksiatan tidak akan bisa kamu habiskan di muka bumi ini walau dengan kotbah dan fatwa sekalipun, tetapi dengan keteladananlah kamu bisa menguranginya. Seorang sufi pernah berjalan di pasar seraya berkata kepada orang banyak” Kalau karena mengikuti fatwa aku dijanjikan sorga, sebaikya aku bakar sorga itu. Karena aku tidak beragama karena sorga, tetapi karena cinta kepada Tuhan”  Beragama adalah sikap pamrih paling dungu. Tetapi ber-Tuhan menghilangkan sekat pamrih itu. Banyak orang beragama tapi tidak Ber-Tuhan.

Itu sebabnya setiap fatwa selalu diakhiri dengan kalimat “ Wallahu A'lam Bishawab”. Hanya Allah yang tahu. Tidak ada yang boleh meng claim paling benar dan wajib orang mengikutinya. Itu hanya arahan yang tidak mengikat.  Karena itu hanya retorika yang tidak menjamin apapun. Manusia tidak diadili Tuhan karena melanggar fatwa ulama tetapi karena ia melawan fatwa hatinya. Karena Tuhan ada di hatimu, bukan di dewan Fatwa MUI.

Wednesday, August 12, 2020

Bintang Jasa.



China mungkin termasuk yang sangat pelit memberikan gelar kehormatan atau bintang jasa negara. Mengapa ? Bagi China orang jadi kader partai, birokrat, profesional dan pengusaha adalah pilihan sendiri untuk kepetingan sendiri. Semua itu tidak gratis. Toh mereka tetap dapat bayaran. Dan karena itu mereka tidak mengorbankan sesuatu yang sia sia. Namun pengabdian mereka tetaplah pahlawan bagi lingkungan dan keluarganya. Tetapi bintang jasa atas nama negara ? tidak mudah. China juga memberikan bintang jasa kepada orang yang luar biasa. Seperti apa luar biasa itu. ? Ini ada kisah sebagai contoh mereka yang pantas dapat bintang jasa negara.

Ada seorang wanita dan ibu rumah tangga yang tinggal di desa. Suaminya bekerja sebagai polisi Hutan. Suatu waktu dia melihat suaminya menggunakan jam tangan Rolex. Wanita itu bertanya darimana suaminya dapat uang untuk beli jam tangan mahal itu? “ Hadiah dari orang” Itu alasannya. Suatu saat dia melihat dengan mata kepala, suaminya menerima uang dari pengusaha. Ketika ditanya “ untuk apa orang itu memberi uang ? Suaminya tidak menjawab. Namun Wanita itu cerdas untuk tahu jawaban yang sebenarnya. Dia mencari tahu sendiri. Ternyata suaminya bekerja sama dengan pengusaha untuk menjarah Hutan. Kayu dijual.

Wanita itu tahu. Suaminya tidak bekerja sendirian Semua aparat desa dan kader partai juga terlibat. Karenanya tanpa setahu suaminya, Wanita itu pergi ke kota. Dia berjalan kaki puluhan kilometer melewati hutan dan bukit. Tanpa lelah. Akhirnya sampailah dia di kota. Dia mendatangi kantor polisi. Wanita itu melaporkan kelakuan suaminya. Akhirnya polisi datang ke Desa itu untuk menangkap suaminya dan semua aparat yang terlibat.

Wanita itu telah melakukan perjuangan dan pengorbanan untuk negara dan bangsa. Dia tahu resiko korupsi atas penjarahan hutan adalah hukuman mati. Dia lebih suka kehilangan suami daripada kehilangan rasa hormat di hadapan negara dan Tuhan. Ketika ditanya oleh wartawan atas sikapnya Dia menjawab. “ Memang aib. Namun anak anak kami belajar arti kehormatan. Saya tetap mencintai suami.  Anak anak tetap mencintai ayahnya. Namun kami lebih mencintai negara” 

Wanita itu mendapat bintang jasa, sama seperti bintang jasa  Pahlawan pembebasan. Negara memberikan bintang Jasa kepada seseorang karena dia mengorbankan sesuatu tanpa transaksi dan melepaskan sesuatu yang pada waktu bersamaan sangat dia inginkan. Kepahlawan wanita itu menjadi inspirasi hebat bagi orang banyak. Saya pernah datang ke restoran. Kebetulan sudah hampir tutup. Petugas restoran bilang mereka tidak bisa melayani. Karena komputer kasir yang terhubungan dengan dinas pajak sudah shutdown. Saya katakan tidak perlu bill. Saya bayar saja. Tetap mereka menolak. Padahal tidak ada petugas pajak di sana. Tetapi rasa hormat terhadap negara sangat mereka jaga.  Bagaimana dengan kita.?

Monday, August 3, 2020

Gerakan yang buruk laku.



Sejumlah tokoh yang mengatasnamakan perwakilan masyarakat peduli masa depan negara dan bangsa mendeklarasikan berdirinya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), di Fatmawati, Jakarta Selatan, Minggu (2/8/2020) siang. Para tokoh dan aktivis yang hadir dalam acara itu antara lain Din Syamsudin, Abdullah Hehamahua, Rocky Gerung, MS Ka'ban, M Said Didu, Refly Harun, Syahganda Nainggolan, Prof Anthony Kurniawan, Rohmat Wahab, Ahmad Yani, Adhie M Massardi, Moh Jumhur Hidayat, Ichsanudin Noorsy, Hatta Taliwang, Marwan Batubara, Edwin Sukowati, Joko Abdurrahman, Habib Muhsin Al Atas, Tamsil Linrung, Eko Suryo Santjojo, Chusnul Mariyah, dan Sri Bintang Pamungkas.

Saya tidak begitu paranoid dengan sikap mereka. Tetapi karena alasan KAMI dibentuk seperti alasan Din Syamsudin, yaitu kapal besar Indonesia telah goyang dan hampir karam. Untuk itu perlu gerakan menyelamatkan Indonesia, yang berarti menyelamatkan jutaan keluarga karena kepala keluarganya kini tidak bisa lagi bekerja karena kena PHK. Maka saya perlu menanggapi sebagai sumbang saran.

Pertama, semua negara di dunia ini sekarang sedang suffering dan goyang fondasi Ekonominya. Apa pasal ? karena COVID-19 yang memaksa dunia usaha shutdown demi kemanusiaan dan alasan kesehatan. Sebagaimana retorika Anies Baswedan, “ Ekonomi tidak penting, yang penting kesehatan rakyat. Kalau rakyat sehat, ekonomi akan lebih mudah bangkit lagi”  Artinya, tidak perlu jadi profesor untuk tahu bahwa keadaan PHK dan ekonomi oleng, bukanlah karena negara engga becus urus ekonomi. Tetapi karena pandemi. Yang sampai sekarang tidak ada satupun negara yang sukses recovery economynya atas adanya pandemi. Semua struggle.

Kedua, kalau kalian ingin menyelamatkan negara, yang paling tepat adalah gunakan energy besar itu untuk mendidik rakyat agar disiplin mengikuti protokol pelonggaran PSBB, sehingga proses recovery economy bisa dilanjutkan di tengah pandemi. Itu pikiran bijak dan terhormat. Karena problem Indonesia tidak separah negara lain. Setidaknya data dari World bank dan IMF menunjukan bahwa Indonesia termasuk China dan India, tiga negara di dunia ini yang bisa tumbuh positif ekonominya. Sementara negara lain tumbuh negatif masuk ke jurang  resesi.

Ketiga, belajarlah kepada negara kecil seperti Singapore. Walau mereka masuk resesi dengan pertumbuhan ekonomi negatif, namun negara kecil itu tetap kokoh dengan semangat spiritual tinggi saling bergandengan tangan menghadapi Pandemi COVID-19 dan sekaligus struggle melakukan pemulihan ekonomi. Atau tirulah yayasan Buddha Tzu Chi yang secara nyata memberikan bantuan tenaga dan dana guna menyelamatkan negara ini dari resiko adanya Pandemi. Atau tirulah Hizbullah yang mengerahkan banyak petugas medis dan relawan untuk meningkatkan sistem perawatan kesehatan di Lebanon. Belajarlah kepada hal yang baik. Bukankah begitu agama mendidik kita semua. Jangan dikeraskan hati hanya karena tidak suka kepada Jokowi. Malulah sama generasi muda.

Kekuatan extra parlementer memang sah saja digunakan dalam sistem demokrasi, tetapi kalau alasan bangkitnya kekuatan itu di tengah pandemi dan krisis ekonomi dunia, maka jelas kalian sedang menusuk kawan seiring. Menggunting dalam lipatan terhadap bangsa ini. Siapapun, asalkan masih ada nurani, akan menyimpulkan kalian memang buruk laku. Bukan kelompok yang membawa kepada kebaikan, tetapi kelompok yang membawa kepada kemudharatan. 

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...