Thursday, July 4, 2019

Investasi China di negara lain?

Pendahuluan
Bagaimana ingin tahu gambaran strategi ekspansi bisnis China ke negara lain.? kalau anda pernah nonton film China salesman, akan sedikit mendapatkan gambaran walau tidak utuh. Film yang di Sutradara Tan Bing menggambarkan seperti apa semangat kerja keras para sales Tiongkok di luar negeri, memasarkan teknologi tinggi yang mereka miliki, dan kebangkitan perusahaan multinasional Tiongkok. Film “China Salesman” diadaptasi dari kisah nyata. Para pemain dan tim produksi nya mengunjungi perusahaan-perusahaan Tiongkok di lebih dari 10 negara di Afrika dan Eropa.

Tersebut seorang pemuda bernama Yan Jian, sarjana IT yang bekerja di DH Telecom ( ini nama lain dari Huawei, ZTE dan perusahaan multinasional raksasa yang lainnya). Yan Jian datang bersama rekan wanitanya Ruan Ling sebagai tenaga sukarelawan untuk menjual perangkat telekomunikasi ke negara Afrika utara. Ini sebetulnya mission impossible. Mengapa? yang di hadapi adalah pesaing, perusahaan telekomunikasi LK, asal Francis yang sudah lama bercokol di Afrika. Tender itu diawasi oleh Komisi international untuk perdamaian, Susanna. Seharusnya netral malah berpihak kepada Francis ( Eropa). Sussana bersekongkol dengan Duchamp utusan dari LK. Sementara pejabat lokal hanya manut saja apa kata Sussana. Ditambah lagi pihak Eropa sudah berhasil menanamkan kebencian terhadap China kepada kepala suku baik yang islam maupun yang kristen.

Dalam rapat tender penentuan pemenang itu, Susanna menyebut pihak Tiongkok yang diwakili Yan Jian, Salesman. Yan Jian tersinggung karena Sussana tidak menghormati menyebut nama perusahaannya. Padahal untuk perusahaan Eropa disebut nama dengan lengkap. Bagi Yan Jian ini soal prinsip. Dia berjuang untuk perusahaan dan negaranya bukan pribadinya. Dia berharap ada rasa hormat orang Eropa terhadap perusahan China. Namun Sussana tidak meladeni sikap Yan Jian. Ternyata Sussana memenangkan perusahaan asal Eropa karena menilai tekhnologi CDMA lebih cocok. Sementara China menerapkan tekhnologi 3G. Namun Yan Jian bisa membuktikan tekhnologinya lebih baik. Pada saat uji coba yang sempat disabotase oleh pesaingnya. Namun Yan Jian bisa mengatasi dengan menggunakan frekwensi cadangan. Dipastikan Yan Jian berhasil memenangkan tender itu. Namun kemenangan itu tertuda karena terjadi chaos nasional akibat provokasi pesaingnya dari Eropa.

Film itu berputar putar sekitar bagaimana kelicikan Duchamp untuk menjatuhkan Yan Jian agar mereka bisa menguasai proyek Telekomunikasi itu dengan konpensasi sumber daya mineral yang ada di negara Afrika itu. Sementara china tidak menawarkan kompensasi atas penguasaan sumber daya mineral tapi bagi hasil atas bisnis yang ada. Dalam Film itu digambarkan bagaimana sikap rendah hati Yan Jian dan tanpa rasa takut untuk berdialog dengan pihak yang sudah terlanjur membenci China. Dari sikapnya yang jujur dan rela berkorban, dia berhasil merebut hati para tokoh lokal. Yang tadinya membenci berubah mencintainya. Yan Jian berkata “ Dari sejak dahulu kala, berpuluh kapal kami datang ke Afrika tidak pernah melakukan perdagangan budak. Tapi orang Eropa melakukan itu. Kami hanya ingin berdagang dan hidup damai”

Akhirnya perusahaan yang diwakili Yan Jian berhasil memenangkan tender. Karena dia menggunakan tekhnologi 3G. Hanya saja kemenangan itu cacat. Perusahaan Yan Jian dituntut telah melakukan pelanggaran hak cipta. DH Telcom teracam bangkrut karena gugatan itu. Maklum tekhnologi 3 G itu diciptakan oleh Eropa dimana China melalui perusahaannya yang terdaftar di Swiss ikut dalam konsorsium pengembangan tekhnologi 3G. Sebagai pemilik tekhnologi, Eropa bisa menyadap telp 3G itu dimanapun di operasikan. Namun dengan ulah Yan Jian yang membocorkan kode encripsi tekhnologi itu memungkinkan setiap negara bisa menggunakan tekhnologi 3G tanpa kawatir disadap dari vendor. Yan Jian tidak ingin adanya diktator tekhnologi. Kantor pusatnya di Beijing marah besar. Dia pun ditangkap oleh otoritas Afrika. Namun dua hari kemudian dia dibebaskan. Karena pada akhirnya Eropa harus mengakui sikap Yan Jian adalah benar. Setelah itu DH Telecom bersama konsorsium nya menjadi perusahaan raksasa berkelas dunia mengalahkan pesaingnya dari Eropa. Untuk lebih jelasnya silahkan nonton filmnya.

Indonesia -China.

Dalam pertemuan G20 di Tokyo, pertemuan antara pejabat tinggi Indonesia dan china berhasil membuat kesepakatan menyeluruh tentang program investasi china di Indonesia khususnya proyek OBOR. Ada tiga hal yang disepakati. Pertama, skema pembiayaan tidak melibatkan goverment guarantee. Artinya tidak ada resiko fiskal terhadap APBN. Kedua, pemerintah china akan memberikan insentif kepada dunia usaha nya dalam bentuk bunga murah untuk berinvestasi di Indonesia. Ketiga, china akan melibatkan BUMN nya untuk program B2B dengan BUMN Indonesia. Mengapa china setuju ? Karena selama era Jokowi sistem B2B itu sudah dipelajari dan dicoba china untuk beberapa proyek, ternyata aman dan menguntungkan. Bahkan di jadikan model bagi china untuk mengatasi bisnis OBOR yang macet seperti di Srilangka dan Afrika.

Setelah itu investasi China khususnya proyek OBOR akan dikebut di Indonesia. Namun oleh sebagian elite politik dan pengusaha disikapi sinis. Mengapa ? Karena kalau skema B2B diterapkan, ya tidak ada uang APBN. Ini murni swasta. Praktis kegiatan Investasi tidak banyak melibatkan pimpro dan anggaran yang menjadi otoritas pemerintah. Apalagi proyek china tidak ada melibatkan jaminan pemerintah. “ kalau hanya kerja tanpa kita kebagian uang, ngapain”. Nah yang tidak suka Investasi china di Indonesia ini adalah para ASN, elite politik dan Pemda. Berbeda dengan investasi dari Jepang, Eropa , AS dimana ada jaminan dari pemerintah. Sehingga melibatkan pembahasan di DPR dan penanganan dari birokrasi. Disitu uang mengalir kekiri dan kekanan, keatas dan kebawah. Apa perbedaannya dengan era sebelum Jokowi ? Mari saya ceritakan perbedaan investasi china dulu sebelum era Jokowi. ada dua skema, yaitu :

Pertama, Dulu swasta nasional bisa bertindak sebagai rente. Anda cukup keluarkan biaya untuk dapatkan proyek dengan mengendalkan kedekatan dengan elite politik dan pejabat terkait. Setelah semua izin terpenuhi, anda bisa lepas saham kepada investor china. Tentu anda akan dapat Good Will fee untuk menutupi biaya loby dan plus saham Good Will tanpa setor modal. Umumnya Good Will fee itu sebesar 5% dari nilai Proyek. Kalau proyek Rp 1 triliun maka fee untuk anda sebesar Rp 50 Millar. Itu belum termasuk saham Good Will sebesar 10% tanpa setor.

Kedua, Dulu china memberikan bantuan dana ke Indonesia melalui skema inkind loan. Yang menentukan proyek adalah pemerintah. Kontrakror dan barang dari china. Artinya china kasih proyek jadi bukan uang dan setelah proyek jadi maka itu dicatat sebagai pinjaman pemerintah. Apa yang terjadi? Terjadi konspirasi antar prinsipal yang ditunjuk pemerintah china dengan pimpro proyek di Indonesia. Pimpro memilih barang KW rendah agar ada kelebihan dana Proyek yang bisa dibagi. Itu terjadi dengan pengadaan pembangkit listrik, pesawat terbang dll.

Tapi sekarang era jokowi engga bisa lagi. Pengusaha Rente yang modal loby udah engga bisa. Mengapa? Saham tidak bisa dilepas sebelum financial closing dan proyek selesai dibangun. Nah mana ada investor mau keluar uang kalau engga ada saham yang mereka kuasai terlebih dahulu. Jadi engga mungkin lagi ada pengusaha rente yang bagi bagi uang ke pejabat. Kemudian, pemerintah Jokowi menutup skema inkind loan. Kita sudah menerapkan eprocurement dan pengawasan KPK sejak tender dilakukan. Jadi engga ada lagi peluang pejabat mau bancakin anggaran proyek lewat mark up.

Gaung ketidak sukaan para pejabat level madia , elite politik itu menjadi amunisi bagi oposisi untuk menyerang Jokowi dan para pejuang khilafah mendapatkan momentum untuk mengaitkan kedatangan investasi China sebagai ancaman komunis anti Tuhan, dan ini otomatis mengancam Umat Islam. Padahal skema investasi china era Jokowi dasarnya bukan penjajahan tetapi kerjasama tanpa hutang apapun. Berbeda dengan investasi dari negera lain dengan skema hutang dimana pemerintah harus mengeluarkan goverment Bond sebagai collateral. Sentimen anti china akan tetap berlangsung di periode kedua Jokowi ini. Tinggal bagaimana Jokowi menjamin kepastian hukum agar investor nyaman. Karena sebetulnya anti china ini bukan suara rakyat banyak tapi suara kelas menengah yang engga kebagian cipratan dari mega proyek. Rakyat hanya ikutan nyinyir seperti ayam bekotet tidak tahu dimana kepalanya.

Kemana kiblat politik Islam?.
Karena alasan Politik dan kepentingan Ekonomi, Turki akhirnya menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Kini negara didunia yang tidak ada hubungan diplomatik dengan Israel adalah Indonesia, Malaysia, Iran, Arab Saudi, Brunei Darussalam, Bolivia, Venezuela, dan Palestina. Bukan itu saja, Turki pun sudah semakin mesra dengan China dibidang Ekonomi, dan semakin terbuka dengan Rusia daripada dengan Amerika. Ulama yang radikal ditangkapi. Karena alasan Politik dan Ekonomi, kini Arab Saudi mulai menjalin hubungan ekonomi dengan China, bahkan kerjasama ekonominya jauh lebih maju dan bebas dibandingkan hubungan Indonesia dengan China. Arab pun sudah mereformasi kehidupan beragamanya yang berorientasi kepada moderat. ULama yang radikal di tangkapi. 

November tahun lalu, Presiden Cina Xi Jinping melakukan kunjungan kenegaraan ke Brunei Darussalam untuk pertama kalinya setelah 13 tahun terakhir. Ini merupakan babak baru hubungan Brunei dengan China, yang mengindikasikan Bruney harus membuka diri agar terhindar dari Chaos ekonomi akibat defisit anggaran yang terus melebar. Bruney mengundang China dalam investasi di kilang minyak Hengyi Industries Sdn Bhd dan pabrik petrokimia di Pulau Muara Besar, Brunei Darussalam, dan mempromosikan "Koridor Ekonomi Brunei-Guangxi", serta memperkuat komunikasi dan kerjasama teknis di bidang pertanian, makanan halal dan budaya.

Mahathir waktu kampanye Pemilu, memang berjanji akan merevisi kerjasama dengan China. Itu demi menarik massa dari kalangan umat islam. Namun setelah dilantik jadi PM, dia mengutus Robert Kuok, untuk bertemu dengan pejabat China tentang sikap Malaysia yang akan mempertahankan hubungan ekonomi yang sudah solid sebelumnya. Beberapa proyek Investasi China di Malasyia memang ada yang direvisi namun itu hanya mengubah dari skema hutang menjadi kerjasama. Samahalnya kasus investasi China di Angola, Zimbabwe (B2B), Nigeria, Pakistan dan Sri Lanka, yang terjebak hutang rezim sebelumnya namun diselesaikan  oleh China melalui SWAP hutang menjadi skema B2B. Masalahnya selesai. 

Mengapa saya sampaikan contoh empat negara diatas, karena selama ini oleh ormas Islam anti pemerintah, menjadikan keempat negara itu sebagai rujukan politisasi islam, dengan kenbencian terhadap China. Namun faktanya berjalannya waktu, keempat negara itu menyadari bahwa musuh mereka bukan China, tetapi kerakusan tranational corporation dengan motive hegemoni sumber daya melalui jebakatan utang yang korup. China sebagai kekuatan ekonomi nomor dua dunia, menawarkan kerjasama tanpa ada tujuan politik hegemoni tapi kerjasama saling menguntungkan dengan tetap menghormati hukum dari negara masing masing. Saya tidak tahu, negara mana lagi jadi rujukan ormas islam untuk memperkuat narasa sentimen anti China.




No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...