Monday, May 20, 2019

Mental ASN dan Pejabat BUMN.

Hari ini saya membaca berita tentang salah satu direktur anak perusahaan Pertamina ternyata ikut bersama rombongan Prabowo ke Brunei. Yang mengejutkan adalah, manifes penerbangan dengan pesawat jet carteran itu atas nama dia. Mungkin rakyat awam selama ini hanya menduga duga bahwa banyak pejebat BUMN dan ASN tidak loyal kepada  profesinya dan mereka terjebak dalam arus politik praktis. Dalam pergaulan saya dengan pejabat BUMN dan ASN, itu bukan rahasia umum lagi bagaimana mereka mendukung paslon no 2. Makanya sangat lucu bila ada yang bilang Jokowi menggunakan kekuasaannya untuk menggerakan ASN dan Pejabat BUMN mendukungnya. Fakta itu menunjukan bahwa kebebasan ASN dan Pejabat BUMN terjaga dengan baik. Hak demokrasi mereka tidak membuat mereka takut harus berseberangan politik dengan Jokowi sebagai petahana. Tapi jangan dikira mereka menentukan pilihan ke paslon no. 2 itu karena menilai Jokowi jelek dan tidak berprestasi. Bukan itu alasannya sesungguhnya. Jadi apa ?

Umumnya mereka semua tahu dan merasakan kelebihan kepemimpinan Jokowi. Mereka akui bahwa Jokowi lebih baik dari presiden sebelumnya. Visi Jokowi 10 langkah didepan mereka. Namun kalau soal pilihan, bisa saja mereka pilih bukan Jokowi. Ini masalah keyamanan, Sifatnya lebih ke personal, Tidak ada kaitan dengan idiologi dan agama. Mengapa ? Karena saya tahu, sejak Jokowi jadi presiden, semua BUMN seperti berada di roller coaster. Setiap hari mereka diawasi dan ditanyai progress pekerjaanya. Setiap hari Meneg BUMN plototi kinerjanya sampai ke level terendah. Itu semua untuk memastikan agar target yang ditetapkan Jokowi terlaksana sesuai jadwal. 

Belum lagi gaya kepemimpinan Jokowi yang tidak percaya begitu saja laporan Menteri. Jokowi bisa sidak langsung ke proyek. Setelah itu rapat dengan direksi BUMN diadakan di lapangan. Evaluasi dan keputusan dibuat ditempat. Apapun yang menghambat proyek, tidak bisa disembunyikan lewat window dressing. Karena Meneg BUMN dikawal oleh matan CEO perusahaan mulitnasional dan Mantan Banker yang  berpengalaman dalam hal troubleshooting. Jadi engga bisa direksi BUMN make up story untuk keluar dari tekanan. Kesimpulannya, “ anda tidak mampu, anda keluar. Masih banyak orang hebat diluar sana yang sangggup kerja. Tapi anda mampu, peluang berkembang terbuka lebar.”

Sangat beralasan kalau sebagian ASN dan pejabat BUMN tidak suka dengan Jokowi. Mereka sebelumnya dimanjakan dengan status quo, dimana pekerjaan sebagai direksi BUMN dan ASN adalah berkah hihup senang, jauh dari tekanan. Tidak ada standar kinerja yang ketat menjadi basis prestasi mereka. Semua dapat diselesaikan secara politik. Selagi mereka dekat dengan elite politik maka semua hal akan baik baik saja, walau karena itu mereka jadi bancakan elite politik. Dari data BPK hasil audit 2014 yang di release tahun 2015 , ada 146 BUMN yang menderita kerugian. Dari sejumlah itu ada enam besar langganan rugi yaitu Perum Bulog, PT. Perusahaan Gas Negara ,PT.PLN. PT. PAL, PT. Garuda Indonesia, PT.Pertamina tapi potensi rugi akibat PT.Petral, dimasukkan maka PERTAMINA mempati urutan nomor 1 dalam daftar kerugian BUMN. 

Dari kerja keras dibawah tekanan gaya kepemimpinan Jokowi memang berbuah hasil luar biasa. Data tahun 2018 , jumlah BUMN rugi hanya tinggal kurang dari 12. Bayangkan , dalam 4 tahun Jokowi bisa merecovery BUMN yang 146 merugi menjadi 134 sehat dan mencetak laba. Saya yakin CEO kelas dunia saja tidak akan mampu melakukan recovery yang begitu hebat dan cepat. Apalagi ditengah upaya recovery itu proses restruktur dan rasionalisasi terjadi berbarengan dengan kinerja mencetak laba. Jadi wajar saja , bila sebagian besar pejabat BUMN dan ASN juga elite politik merasa gerah dengan gaya kepempinan Jokowi. Dan wajar saja mereka tidak memilih Jokowi. Karena soal kenyamanan pribadi saja dimana diyakiini bahwa kalau Paslon 02 menang maka pesta akan kembali digelar. 

Saya secara pribadi tidak berharap pejabat BUMN dan ASN itu loyal kepada pemerintah. Akan lebih baik mereka loyal kepada profesinya. Artinya selama mereka bertugas mereka hanya patuh kepada pimpinannya.Saat sekarang pimpinan tertingginya adalah Jokowi. Dalam hal Politik, itu hak asasi mereka. Tatapi tidak perlu menjadi bagian dari partisan, apalagi menggunakan sumber daya BUMN untuk mendukung paslon No.02. Pada periode kedua ini , Jokowi akan focus kepada peningkatan SDM, dan yang pertama dibenahi adalah ASN dan BUMN lewat standar kinerja yang ketat dengan standar kompentesi yang juga ketat. Bagi yang tidak bisa melewati standar itu, maka akan tersingkir dari arena. Akan digantikan oleh mereka yang lebih qualified. Semua untuk Indonesia lebih baik.




No comments:

Negara puritan tidak bisa jadi negara maju.

  Anggaran dana Research and Development ( R&D) Indonesia tahun   2021 sebesar 2 miliar dollar AS, naik menjadi 8,2 miliar dollar AS (20...