Wednesday, April 3, 2019

Distrust pada KPU dan BAWASLU.


Semakin mendekati hari H pemilu 17 April, kubu pasangan nomor 02 semakin paranoid dengan KPU. Bahkan akan mengancam membawa kasus kecurangan tingkat international.  Semua kecurigaan yang mereka sampaikan sampai sekarang tidak terbukti. KPU dapat dengan mudah membantahnya dengan bukti. Apalagi ? Namun mereka tetap saja paranoid. Amin Rais mengancam akan melibatkan people power kalau sampai ada kecurangan. “ Menurut saya, sikap paranoid dari kubu 02 itu tidak lebih sikap tidak percaya diri dan rasa tidak aman karena membayangkan hal buruk kalau sampai pasangan 02 gagal jadi presiden. “ kata teman saya pengacara. “ namun sikap paranoid itu semakin menegaskan bahwa pasangan 02 sedang membangun bad image terhadap sistem pemilu di Indonesia dan tujuannya adalah melahirkan distrust terhadap lembaga tersebut.” lanjutnya.

Padahal pasangan 02 itu diusung oleh partai yang punya wakil di DPR yang terlibat dalam menyusun UU PEMILU. Mereka setuju dengan UU PEMILU, dan karenanya menjadi UU yang harus dijaga oleh semua partai berserta kekuatan politik nasional. Bagiamana kalau terjadi kecurangan ? Itupun sudah disediakan kanalnya agar pihak yang merasa dirugikan punya hak menuntut keadilan. Caranya? Kalau kecurangan hasil pemilu, maka bisa dibawa ke Mahkamah Konstitusi. Silahkan bertarung di MK untuk membuktikan kecurangan itu terjadi. SIdangnya pun terbuka untuk umum. Kalau ada pelanggaran kampanye ya ada BAWASLU yang akan menjadi hakim. Dari sejak TPS masing masing calon menempatkan wakilnya sebagai saksi. Rakyatpun bisa menjadi saksi dengan menyebarkannya lewat sosial media atau ikut gotong royong terlibat dalam sistem IT kawal pemilu.

Belum cukup ? lembaga survey pun akan terlibat dalam quick count untuk menghitung secara jenial akademik hasil pemilu sebelum resmi di umumkan KPU.  Berdasarkan pengalaman, hasil quick count tidak jauh beda dengan hasil resmi yang diumumkan KPU. Jadi kalau KPU mencoba merekayasa hasil pemilu akan mudah diketahui oleh publik. Dan tentu tidak mungkin KPU mau mengorbankan legitimasi hasil pemilu hanya karena masalah politik menguntungkan salah satu calon. Apalagi pemilu ini dibiayai oleh rakyat lewat APBN yang mencapai Rp24,8 triliun. Artinya harga untuk mendapatkan seorang presiden dan wakil itu mencapai 24,8 Triliun. Kalau dibagi untuk dapatkan 575 anggota DPR maka itu artinya setiap korsi seharga Rp. 43 miliar. Itu jumlah engga kecil. Mahal sekali taruhannya kalau hanya ingin menjadikan pemilu main main.

Dan lagi bagi indonesia yang menerapkan sistem demokrasi langsung, hasil pemilu sangat menentukan kekuatan legitimasi pemimpin terpilih. Semakin clean hasil pemilu semakin kuat posisi tawar politik dan financial negara dihadapan komunitas dunia dan pasar uang. Artinya hasil pemilu sangat menentukan masa depan pembangunan nasional yang tidak bisa dipisahkan dengan faktor eksternal. Nah kalau sampai akhirnya hasil pemilu tetap tidak diakui sebagai output dari sistem yang disepakati bersama, maka saya yakin niat yang ingin menuntut sampai ke PBB dan aksi people power tidak lain merupakan upaya untuk membangun distrust terhadap pemerintah yang syah. 

“ Bagi yang kalah dan tidak bisa menerima kekalahan itu sebetulnya sadar bahwa dari awal mereka sudah tahu akan kalah. Namun bagi mereka Pemilu bukan akhir dari segala galanya. Perjuangan mereka adalah merebut kekuasaan dengan cara menciptakan chaos politik dan sosial.  Makanya upaya mengugat hasil pemilu melalui jalur diluar system dan UU yang ada,  tak lain untuk membangun image distrust terhadap pemenang pemilu.“ kata teman.

“ Nah mereka sangat paham bahwa likuiditas indonesia tergantung kepada pasar uang. Apa jadinya kalau gugatan international dan people power itu terus dilakukan berjilid jilid ? Lambat namun pasti  credit rating kita akan jatuh dan kalau jatuh akan berdampak sistemik. Rupiah akan terjun bebas dan pasar uang mengering ditinggal investor. Negara kita akan jadi negara gagal. Saat itulah  pejuang khilafah tampil sebagai alternatif. Revolusi sosial terjadi, kaum kafir dibantai.  Balas dendam politik tidak bisa dihindari. Disintegrasi akan terjadi meluas. Akan terbentuklah negara negara kecil. Bali, Manado, sebagian Kalimantan. Papua , akan memisahkan diri dari NKRI. 

“ Kalau itu terjadi, masa gelap negeri ini akan berlangsung sangat lama dengan korban 10 kali dari korban sipil perang Suriah. Semoga para elite politik yang paranoid segera sembuh dan kalau tidak juga sembuh, mohon TNI dan POLRI bersikap tegas. “ Lanjut teman. 

Sampai dirumah saya mendatangi kamar tidur cucu saya. Saya peluk mereka. Saya membayangkan orang tua sebelum saya yang telah berkoban untuk negeri ini agar saya bisa menikmati kemerdekaan dan kedamaian. Akankah saya juga bisa mewariskan hal yang lebih baik kepada cucu saya. Saya hanya berdoa kepada Tuhan. Moga Pemilu kali ini air mata Ibu Pertiwi tidak harus jatuh. Semoga happy ending.



No comments:

Putin memenangkan Pilpres Rusia.

  Pemilu Rusia, memilih empat calon presiden, yaitu Putin, Leonid Slutsky, Nikolai Kharitonov, dan Vladislav Davankov. Hasilnya ?  Komisi Pe...