Sunday, September 30, 2018

Adab di negeri orang.


Suatu saat saya sedang sama teman antri di Gate imigrasi Shenzhen. Teman itu ada didepan saya. Ketika gilirannya ke Desk imigrasi, tak berapa lama, petugas imigrasi membawanya pergi. Dia menoleh kearah saya. “ Bantuin saya jel” katanya dengan wajah kawatir. Saya segera keluar dari antrian dan mengikuti petugas imigrasi membawanya ke kantor yang ada di stasiun. Tetapi saya dilarang masuk. Sebagai teman sama sama warga negara apalagi dia wanita, saya tetap menanti diluar kantor. Saya harus tahu apa yang terjadi dan bagaimana saya bisa menolongnya. Tak berapa lama petugas imigrasi keluar dari ruangan. Saya berusaha mendapatkan informasi apa yang terjadi.

Menurut petugas imigrasi itu bahwa teman saya menyalahkan gunakan visa kunjungan wisata ke Hongkong untuk tujuan yang tidak jelas. Setiap mau habis visa Hongkong, dia keluar Hongkong melalui china atau Macau. Sehingga visa wisata sebulan otomatis diperpanjang. 
“ Apakah itu pelanggaran hukum. Apa buktinya dia melanggar? “ tanya saya. Menurutnya tidak ada pelanggaran. Tetapi dicurigai punya itikad buruk.
“ Kalau memang teman kamu mau menetap lebih dari sebulan di Hongkong mengapa dia tidak minta visa kerja atau bisnis yang jangka waktunya bisa lebih dari sebulan. Ini kan aneh. Ngapain dia di Hongkong ? “ Kata petugas imigrasi.
“ Tetapi dia kan engga salah. “ kata saya.
“ Memang engga salah secara hukum tetapi secara adab jelas salah. Fasilitas visa wisata kok dimanfaatkan berkali berkali dalam setahun”

Saya menghubungi keluarganya karena menurut petugas imigrasi teman saya terancam kena pidana pelanggaran imigrasi. Saya menghubungi Konjen RI di Hongkong agar teman saya dibantu . Namun Konjen dengan tegas menolak membantu secara diplomatik. Alasannya itu urusan dalam negeri Hongkong dan hukum Hongkong. Negara tidak boleh intervensi hukum negara lain. Petugas Konjen sarankan saya agar menyediakan lawyer untuk teman saya.

Apa yang dialami teman saya WNI di Hongkong juga dialami teman saya warga negara mexico yang dipenjara oleh imigrasi di Jakarta karena memanfaat fasilitas bebas visa wisata yang diberikan oleh Indonesia. Nah teman ini tinggal di jakarta lebih dari setahun dan memperpanjang visanya wisatanya secara otomatis keluar dari border ke Singapore dan kembali masuk ke Indonesia. Sampai akhirnya kena suspect petugas imigrasi. Walau kedutaan mexico berusaha membantu namun petugas imigrasi menjawab “ ini negara saya dan siapapun yang masuk harus menghormati hukum negara dan jaga adab. Jangan ngakali kemudahan dari pemerintah Indonesia soal bebas visa wisata untuk tujuan Business atau apalah”

Apa yang terjadi pada HRS yang dicekal di Arab bukanlah karena konspirasi politik antara pemerintah Arab dan Indonesia untuk mencekal HRS agar tidak pulang ke Indonesia tetapi murni karana urusan dalam negeri Arab sendiri. Yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah menunjuk lawyer untuk mendampingi HRS selama proses hukum. Itu aja.

***
Kali pertama ke Kiev ( ukraina) tahun 2008 ada pengalaman yang menarik. Rencana berangkat dari Hong Kong. Karena waktu meeting di Kiev sangat mendesak, saya berusaha dapatkan visa di kedutaan Ukraina di Beijing. Namun gagal. Saya harus apply visa melalui kedutaan Ukraina di Jakarta. Teman saya pejabat di China sarankan untuk langsung aja terbang ke Kiev walau visa tidak ada. Nanti sampai di Kiev katanya teman dia akan bantu urus visa untuk saya. Awalnya saya ragu. Tetapi dia atur pembelian ticket dan berhasil. Logika saya kalau memang tidak bisa masuk tanpa visa tentu tidak mungkin dapatkan ticket pesawat. Dengan bismillah saya berangkat ke Kiev walau tanpa visa. Ketika mendarat , suhu sekitar 7 derajat celcius. Terasa menggigit. Apa yang terjadi ? Petugas imigrasi melarang saya keluar dari border. Alasannya saya tidak punya visa. Nah benarkan. Kacau jadinya.

Saya berusaha menghubungi teman saya di Beijing untuk melaporkan keadaan saya. Tetapi HP nya tidak bisa di hubungi. Lebih 5 jam saya terkatung katung di dalam border. Petugas Imigrasi mau menyita passport saya. Namun saya coba berargumentasi bahwa saya tidak punya niat buruk. Saya datang ke Kiev dengan pesawat Ukraina. Kalau memang saya tidak punya fasilitas mendapatkan visa tentu tidak mungkin dapatkan ticket pesawat. Passport saya dilindungi UU oleh negara saya. Petugas imigrasi dimanapun barada harus menghormati UU negara saya. Apalagi saya masih diwilayah international atau diluar border. Tetapi petugas imigrasi itu maksa narik passport dari tangan saya. Saya tetap bertahan. Akhirnya passport itu berhasil direbut dari tangan saya. Saya minta mereka menghubungi kedutaan saya. Tetapi mereka engga peduli.

Di ruang investigasi, saya duduk sendirian tanpa ada satupun petugas yang menanyain saya. Perut keroncongan. Saya hanya dapat air minum saja. Setelah 2 jam di ruang investigasi, petugas masuk. Dia meminta saya keluar dari ruangan dan mempersilahkan saya masuk ke wilayah ukraina. Walau tanpa visa, Passport saya telah di cap oleh petugas imigrasi. Ketika keluar dari gate nampak seorang wanita berwajah China menghampiri saya. Ternyata dia yang urus izin agar saya bisa masuk Ukraina tanpa Visa. Menurutnya dia dapat telp dari Beijing sejak sehari sebelumnya untuk membantu saya. Dia juga yang mengantar saya ke Hotel.

Dalam perjalanan ke Hotel dari Bandara, dia menjelaskan bahwa kalau sampai saya di tahan lebih dari 5 jam itu standar prosedur imigrasi. Mereka tidak perlu lapor ke kedutaan Indonesia tentang kasus saya itu. Mengapa? petugas imigrasi dimanapun berada terhubung dengan Badan Inteligent. Ini menyangkut teritori negara. Perlu waktu berkoordinasi dengan lembaga lain untuk memastikan niat saya masuk tanpa visa karena pertimbangan khusus yang dapat dibenarkan secara politik. Walau secara hukum jelas saya melanggar aturan. Ini sikap hati hati petugas imigrasi. Jadi saya dapat maklum bila HRS ditahan beberapa jam oleh petugas imigrasi tanpa ada laporan kepada kedutaan Indonesia dan instansi lain.

Sikap kedutaan Arab di Indonesia atas berita HRS dicekal, dasarnya adalah normatif. Bahwa walaupun benar HRS overstay, itu bukan pelanggaran serius. Itu bisa ditebus dengan membayar fee. Apalagi visa HRS berlaku setahun multiple entry. Hanya saja aturannya setiap tiga bulan HRS harus perbarui masa tinggalnya dengan keluar lebih dulu dari Arab, untuk kemudian masuk lagi. Artinya secara hukum tidak ada masalah bagi HRS untuk pergi kemana saja dan kapan saja. Hanya masalahnya adalah petugas imigrasi harus mengetahui secara pasti mengapa HRS tinggal lebih dari setahun dengan visa bisnis tanpa visa kerja. Logika kalau visa bisnis kan engga perlu lebih dari setahun. Ada apa ?

Nah ini diskrisi petugas imigrasi untuk menentapkan status HRS di cekal sampai terbukti ada alasan yang bisa dipertanggung jawabkan. Selama belum ada kepastian alasan itu, petugas imigrasi berhak untuk tidak perlu memberitahu kedutaan Indonesia atau instansi lain. Sikap kedutaan Indonesia dan istansi lain di Arab hanya dalam posisi menanti sampai pihak imigrasi melimpahkan kasus itu ke ranah hukum. Selagi belum dilimpahkan ke ranah hukum maka semua pihak harus sabar menanti dan sebaiknya tidak perlu berspekulasi, apalagi dikaitkan dengan teori konspirasi dimana pemrintah indonesia terlibat mempersulit HRS. Enggalah..

Monday, September 24, 2018

Uang dan nilai...



Kemarin saya ketemu dengan relasi saya dari Moscow dan Cyprus. Acara makan malam membahas soal rencana pembangun proyek infrastruktur. Keliatannya pengusaha Rusia berusaha ingin mempercepat proses perizinan proyek yang sudah komit agar dua bulan lagi kedatangan Putin ke Indonesia dapat diadakan financial closing. Saya sebetulnya tidak terlibat dalam proyek tersebut, Tetapi karena teman lama dan dia ingin bertemu, maka saya hanya sekedar menemaninya makan malam. Yang menarik dari ngobrol santai selama makan malam adalah soal utang negara. Bahwa Rusia di era Putin lebih mengandalkan utang melalui pasar uang daripada pinjaman kepada lembaga multilateral seperti World bank atau G2G. Dengan sistem ini memang Rusia terjebak dengan ekonomi pasar yang dulu sangat ditakuti. Tetapi Putin mampu mengubah mindset politik utang menjadi mindset bisnis.

Utang bagaimanapun diperlukan untuk mempercepat proses pembangunan. Tetapi utang tidak boleh mengurangi kemerdekaan suatu bangsa, apalagi sampai mengurangi hegemoni negara terhadap politik. Meminjam kepada lembaga Multilateral atau G2G memang bagus. Namun suka tidak suka lembaga Multimateral dan G2G menjalankan kebijakan politik global yang bernafaskan neoliberal dan dikendalikan oleh pemegang saham utama. Akan sulit bagi negara yang berutang besar kepada lembaga multilateral dan G2G untuk melakukan intervensi yang pro rakyat. Di era Putin, utang Rusia didominasi utang kepada pasar uang. Dengan demikian Rusia tidak ada urusan politik soal utang itu. Hukum pasar yang bekerja. Investor yang berminat sudah paham dengan istilah free entry free fall.

Dengan meminjam melalui pasar maka peran demokratisasi ekonomi terjadi efektif. Negara diawasi oleh publik bukan hanya soal politik tetapi mereka sebagai lender terhadap negara. BIla pemerintah tidak transfarance maka pemerintah akan di hukum pasar. Surat utangnya akan jatuh dipasar dan terjadi aksi lepas yang pada gilirannya bisa menimbulkan krisis utang di market. Tetapi bila pemerintah bisa mengelola utang dengan baik dan transparan maka pasar akan menjadi financial resource yang mudah dan murah. Likuiditas utang dapat dikelola dengan baik.

Jadi kekawatiran oleh sebagian orang bahwa negara dikuasai pasar itu buruk, sebetulnya itu kekawatiran para politisi yang masih menginginkan negara di urus secara tertutup. Dan kalau bisa masalah utang dibicarakan antar pemimpin dengan boss lembaga multilatateral atau negara pemberi utang. Yang akan terjadi adalah pemimpin begitu mudah melakukan konspirasi secara bisik bisik. Semakin besar peran pemerintah menentukan financial resource semakin besar pemerintah berlaku korup dan tiran. Bukan rahasia umum bila sebagian besar utang dari lembaga multilateral dan G2G hanya melahirkan diktator yang berujung ke bangkrutan moral politik.

Bagaimana dengan Indonesia ? tanyanya. Indonesia tidak ubahnya dengan Rusia. Kata saya. Era Jokowi keterbukaan ekonomi sangat dijaga sebagai prasyarat reformasi ekonomi menuju sistem yang kredibel dan bermartabat. Awal Jokowi berkuasa utang ke pasar mencapai 60% dari total utang pemerintah. Sekarang ( data akhir Februari 2018) utang pemerintah masih didominasi oleh penerbitan SBN yang mencapai Rp 3.257,26 triliun atau 80,73 persen dari total utang pemerintah. Penerbitan SBN sekitar Rp 2.359,47 triliun atau 62,62 persen diterbitkan dalam denominasi rupiah serta dalam denominasi valas sebesar Rp 897,78 triliun atau 18,11 persen. Mungkin kalau periode kedua Jokowi berkuasa, 100% utang semua kepada publik. Ini terjadi lewat restruktur utang secara hati hati agar likuiditas terjaga baik.

Bagaimana kalau sampai pasar gonjang ganjing? pasar hanya melepas surat utang bila ada indikasi pemerintah tidak terbuka dan politik kekuasaan lebih dominan. Itu yang terjadi pada Turki, Venezuela dan negara lainnya yang mengalami krisis utang. Selagi pemerintah menjalankan pengelolaan keuangan negara yang terbuka dan APBN yang efisien serta tepat sasaran maka uang akan selalu mengalir masuk kepasar domestik. Ada yang datang tentu ada yang pergi. Cash flow ini akan menjadi blood flow negara untuk menjalankan program investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Era sekarang apapun itu entah negara atau swasta sama saja. Yang utama adalah cash flow. Selagi cash flow sehat, berapapun utang tidak ada masalah. Kuncinya adalah ada pada pemimpin yang jujur dan amanah. Trust! Dan Jokowi punya itu! kata teman saya.

***
Tahukah anda bahwa total utang Amerika sampai dengan 1 juni 2018 mencapai USD 27,2 triliun. Dari sejumlah ini USD 21 triliun utang kepada rakyatnya sendiri. Sisanya sebesar 6,2 Triliun utang ke luar negeri. Dari utang luar negeri itu 1,18 Triliun utang ke China, atau 16% dari total utang luar negeri AS kepada China. Masalahnya utang kepada Rakyat sendiri itu tak lebih hanyalah recycle atau daur ulang atau utang dibayar utang. Sementara yang real sebagai fuel ekonomi AS adalah berasal dari utang luar negeri dan ini mayoritas berasal dari China. Pada saat sekarang rasio utang AS berbanding PDB sudah mencapai 106%. Artinya sama dengan anda punya penghasilan 100% tetapi menanggung hutang 106%. Secara akuntasi AS memang hidup dari utang. Kok AS engga stress? malah ekonominya tumbuh hebat.

Sekarang kita lihat skenario jangkan panjang terhadap ekonomi AS dan China. Ini kita bahas karena menyangkut adanya perang dagang yang sebetulnya ditujukan kepada China. Apa yang akan dilakukan China atas sikap Trumps yang tidak ramah terhadap China. ?

Pertama, kalau China melepas atau rush surat utang yang dia pegang, AS tidak mungkin bisa bayar. Kalau AS menarik hutang baru untuk bayar utang ke China maka Surat utang AS akan banjir di pasar. Value surat utang akan jatuh dipasar dan yield akan semakin tinggi. Jadi kalau sampai china menjual surat utang AS ke pasar maka mata uang AS akan jatuh. Biaya uang akan semakin mahal. Sehingga akan menyulitkan perusahaan AS untuk mendapatkan dana murah dari pasar. Apa yang terjadi pada China? Mata uang RMB akan semakin menguat sehingga menyulitkan pabrik china menjual barang ke AS. Daya saing akan jatuh. Yang terjadi justru adalah ancaman PHK pabrik di China. Ini ancaman serius bagi China yang secara politik merupakan negara para buruh.

Kedua, China tidak akan melepas surat utang AS yang dia pegang. Tidak akan me rush obligasi AS. Namun China akan membeli Dollar di pasar dengan menggunakan mata uang RMB. Ya China tinggal cetak RMB kemudian dia belikan USD. Apa yang terjadi ? secara tidak langsung China mendevaluasi mata uangnya sehingga RMB melemah dan mata uang AS menguat. Pada waktu bersamaan kelebihan dollar ditangan China dia gunakan untuk membeli surat utang AS. Dengan demikian secara tidak langsung AS berhutang kepada china dari uang RMB yang dicetak oleh China. Akibatnya mata uang China tidak begitu menguat terhadap Dollar AS. Sehingga pabrik di China tetap bisa berproduksi untuk menjualnya ke AS dengan harga bersaing.

Nah perhatikan alasan pertama dan kedua. Sejak dua tahun lalu China menggunakan skenario pertama untuk menggertak AS dalam setiap perundingan dagang. Namun secara diam diam diam China membeli dollar AS dari RMB yang dia cetak sendiri. Keadaan ini dibaca oleh Trumps dengan cerdas. Maklum, Trumps itu pedagang. Dia paham sekali cara main China dan sangat paham keadaan socio culture ekonomi AS yang sudah terlanjur terjebak dengan hutang. Kira kira kalau Trump ketemu dengan Xijinping, kedua tertawa sambil becanda “ Lue bantuin gua cetak uang lewat berhutang ama elo agar barang elo bisa gua beli dengan cara juga ngutang.”

Jadi kesimpulannya, China culas dalam hal mata uang tetapi AS lebih culas dalam hal berutang. Nah bila dua pihak culas kumpul, apakah anda masih percaya akan saling melukai? Mereka akan saling melindungi lewat sistem agar sama sama happy. Lantas siapa yang korban? Ya orang yang masih berpikir soal uang dan kurs. Kalau orang terus berprodusi dan pegang asset daripada pegang uang ya itu dia smart. Tapi kalau masih pakai ekonomi jadul lebih baik pegang uang daripada invest, ya itu bego namanya. Lah uang itu di create untuk produksi dan konsumsi bukan untuk disimpan. Kalau disimpan uang akan delusi dan gilanya lagi delusi itu karena adanya sistem yang ngatur.

***
“ Kami punya konsep membangun komunitas yang saling terkait. Komunitas terhubung karena emosional personal. Bisa antar teman atau kelompok bisa juga antar dirinya sendiri.” katanya berbicara dengan nada datar dihadapan angel investor yang belum nampak reaksi antusiasnya atas prologh presentasi bisnis yang diadakan di ruang meeting yang megah itu. Dia terdiam sebentar. Melirik kearah sang angel. Kemudian dia melirik kearah layar presentasi. “ Nah anda bisa perhatikan data ini” lanjutnya “ Saat sekarang sudah tersambung 5 juta pemakai aplikasi jaringan sosial media kami. Walah motif mereka berbeda beda bergabung dalam jaringan kami namun tujuannya sama. Yaitu kepuasan secara personal. “ dia kembali terdiam.

Suasana hening. 

“ Seluruh umat manusia mengenal Tuhan dan percaya kepada Tuhan. “lanjutnya lagi, Sang angel tersenyum. Dia pikir anak muda ini sudah kehilangan harapan untuk menaklukannya. “ Kalaulah ada data statistik tentang seberapa banyak orang berbicara dengan Tuhan, tentu itu akan menempatkan rangkir nomor satu paling banyak dalam berkomunikasi. Tetapi itu tidak pernah terungkapkan. Karena hubungan dengan Tuhan adalah hal yang sangat personal. Kami menyediakan aplikasi jaringan sosial ini tak lain mengangkat hubungan personal antara manusia dengan dirinya sendiri dan orang lain, yang tentu berhubungan dengan Tuhan. 

Lewat jaringan sosial kami, pikiran mereka akan terungkapkan secara vulgar dan dalam hitungan detik akan tersebar keseluruh anggota lainnya. Apakah itu pesan cinta, benci, keluhan dan harapan. Tak penting. Akan selalu ada yang akan menanggapi dan memberikan komen. Dari sini terjadilah interaksi emosional. Mereka akan terperangkap dalam lingkaran yang saling membutuhkan secara virtual tanpa sekat entis, agama, atau strata sosial. Semakin banyak interkasi semakin banyak rasa ingin tahu dan semakin terikat mereka satu sama lain. “ Katanya. 

Sang angel nampaknya mulai larut dalam presentasi yang disampaikannya. “ Keliatanya menarik. Cara sederhana mengalihkan pikiran orang kedinding ratapan untuk orang mengungkapkan apa saja sehingga menjadi daya tarik emosional diantara mereka. Cara smart membuat mereka bagian dari komunitas yang tak terpisahkan oleh ruang dan waktu.  Saya bisa memahami” 

“ Anda bisa simpulkan, Apa yang dapat kita manfaatkan bila sepertiga saja manusia di planet bumi ini dalam lingkaran jaringan apliasi sosial media kami. “
“ Paham saya. Itu nilai yang tak bisa diukur dengan uang. Dan saya akan keluarkan uang untuk konsep masa depan ini. “

Investasi yang dikeluarkan untuk membangun jaringan sosial ini sebesar USD 1 miliar dalam bentuk Loan to equity SWAP. Sebagian besar investasi lebih banyak kepada tekhnologi lunak dan sebagian lagi untuk perangkat keras berupa server untuk menyimpan data dan menggenerate komunikasi antar member lewat jaringan fiber optic dan satelite. Delapan tahun kemudian , bisnis ini masuk ke bursa dengan value 25 kali lipat dari modal yang ditanam. Dan akan terus berkembang seiring bertambahnya anggota komunitas. Hutang sebesar USD 1 miliar tidak dibayar dari laba tetapi dari value market.

Anda bisa bayangkan, uang yang dikeluarkan USD 1 miliar dalam 8 tahun menjadi 25 kali lipat dihargai oleh pasar. Apakah pasar dirugikan dari value yang begitu tinggi? tidak. Karena pasar bekerja bukan hanya berdasarkan nilai masa kini tetapi juga nilai masa depan atas dasar variable yang ada dimasa kini. 25 kalilipat itulah yang disebut dengan value dari sebuah visi masa depan. Bisnis Saudi Aramco yang punya beragam asset keras berupa kilang minyak dan sumur tetapi gagal mendapatkan value dimarket. Sementara bisnis vitual jaringan sosial media seperti facebook, alibaba, yang tidak ada pabrik dan sumber daya alam terlibat , ternyata lebih mudah diakui pasar sebesar 25 kali lipat. Itulah fakta di era sekarang.

***
Komunitas di Amerika Serikat yang berada dalam jaringan berhutang, ternyata menjadi magnit dunia untuk investasi surat utang negara dan menjadi darah segar membangun peradaban lewat konsumsi. Juga di Jepang dan China, yang membangun komunitas produksi untuk memasuki pasar global ternyata menjadi magnit mengalirnya dana investasi lewat surat utang korporat.  Rasio utang nasional AS berbanding dengan PDB sekarang mencapai diatas 100% atau tepatnya 106%. Sementara Jepang mencapai 200% dari PDB. China walau data formal rasio utang sebesar 30% namun sesungguhnya utang mencapai rasio 80%  dari PDB. 

Sebagaimana bisnis virtual, yang terus menarik dana dari pasar untuk ekpansi dengan jaminan asset vitual, tidak pernah dipertanyakan berapa asset realnya. Investor menanamkan uangnya karena value, bukan asset dibalik saham itu yang nilainya tak lebih 2% dari markap. Negara modern juga membangun dengan visi virtual untuk menarik dana dari pasar. Dan membayarnya dari value negara dengan tingginya konsumsi dan investasi disektor produksi. Karena itu barang dan jasa berputar kerumah tangga dan uang mengalir kembali kepasar untuk memastikan sistem bekerja dari pasar untuk pasar. 

Jadi apa sebenarnya yang harus anda ketahui dari sistem dunia sekarang?  Orang tidak lagi melihat seberapa besar harta ditangan anda. Tidak melihat seberapa besar utang anda. Orang melihat sejauh mana likuiditas itu terjamin. Selagi likuiditas terus terjamin maka  produksi dan utang akan terus berdampingan untuk saling ketergantungan. Karena itulah mesin produksi bekerja efektif untuk memastikan uang terus diperlukan.  Cobalah, bayangkan andaikan tidak ada barang dan jasa, apakah ada arti uang ditangan anda? tentu tidak. 

AS tidak pernah membayar utang dari kelebihan penerimaan. Eropa, Jepang dan juga China tidak. Boeing dan Microsoft juga tidak membayar utang dari laba. Mereka membayar utang dari value yang nilainya berlipat dari utang yang ada. Dan itu berkat likuiditas yang terjaga. Jadi apa yang bisa anda simpulkan dari ini semua?  Pada akhirnya bukan apa yang anda miliki tetapi apa yang bisa anda beri. Bukan apa yang anda pelajari tetapi apa yang anda ajarkan ke orang lain. Bukan apa pengetahuan yang ada ketahui tetapi apa bisa anda sharing ke orang lain. Di masa depan tidak ada yang pasti kecuali kematian. Dan tidak ada orang mati membawa saham dan harta, apalagi uang. Yang dibawanya adalah kebaikan yang dia semai semasa hidup. Kata kunci menjamin likuiditas adala trust dan reputasi. Itulah akhlak. 

Wednesday, September 12, 2018

Belajar dari krisis Negara lain


Turki, Argentina dan Pakistan.

Sejak kejatuhan Lehman 2008, krisis moneter global berdentang di jantung kapitalis. Ini glombang tsunami yang baru sampai dinegara berkembang lima tahun kemudian , yaitu tepatnya tahun 2013. Indonesia, Turki, Argentina, merupakan anggota emerging market masuk dalam putaran gelombang tsunami itu. Dimana terjadi eksodus dana jangka pendek bermata uang dollar AS dari negara emerging market ke Amrik. Tentu itu dipicu oleh hukum permintaan dan penawaran. Dimana AS menaikan suku bunga yang otomatis investor memindahkan dananya kembali ke AS. Jadi ini motif profit taking yang alamiah. Saya akan membahas kejatuhan Turki, Argentina, Pakistan. Ketiga negara ini sudah masuk kelubang krisis. Sementara untuk Thailand, Philipina dan Malaysia sedang berjuang keluar dari krisisis. Akan saya bahas pada postingan ke 2. Mengenai Indonesia akan aya bahas disetiap akhir tulisan.
.
Jebakan hutang 
Ketika likuiditas Dollar melimpah masuk ke Turki, Argentina, Pakistan, mereka memanfaatkan kesempatan ini dengan baik untuk memacu pertumbuhan ekonominya. Memang berhasil meningkatkan pertumbuhan ekpnomi diatas 7%, Sektor usaha berkembang pesat. Namun ada kesalahan yang prinsipil dari adanya likuiditas yang melimpah itu. Apa ? Likuiditas itu tidak didapat dari kelebihan atau surplus tabungan pemerintah. Tetapi diambil dari utang. Nah cara narik utang inilah biang masalah dikemudian hari. Gimana caranya ? Turki dan Argentina , Pakisan berbeda cara narik utangnya. Mari kita lihat style masing masing negara.

Turki.
Rasio utang pemerintah terhadap Pendapatan domestik Bruto tahun 2018 hanya 28%. Jadi tidak jauh dari Indonesia. Pertumbuhan ekonomi 7%. Tetapi kenapa mata uang Turki jatuh ? Walau utang pemerintah relatif aman. Tetapi pemerintah juga memberikan kelonggaran kepada perbankan sebagai guarantor utang luar negeri. Mengapa ? agar suku bunga bisa dikendalikan pemerintah menjadi rendah. Tentu tujuannya agar swasta efisien. Tetapi karena utang itu sebagian besar berjangka pendek maka ketika terjadi arus balik dollar ke Amrik, swasta tidak bisa membayar karena proyeknya belum menghasilkan laba untuk mengembalikan investasi. Otomatis , Perbankan sebagai guarantor harus membayarnya. Kalau perbankan tidak bisa membayar maka pemerintah harus bailout. Sementara kas pemerntah tidak cukup uang untuk membayar.

Argentina. 
Rasio utang Argentina terhadap PDB sebesar 60%. Ini sudah lampu merah. Yang jadi masalah adalah sebagian besar utang itu bermata uang asing terutama USD. Skema hutang Argentina adalah pemerintah menarik utang kepada asing dan pada waktu bersamaan mensuplai uang ke perbankan untuk ekspansi kredit dunia usaha. Ketika terjadi arus balik uang ke AS maka pemerintah tidak mampu membayar utang tersebut. Karena pertumbuhan ekonomi stuck akibat jatuhnya komoditas utama Argentina. Defisit perdagangan semakin melebar sehingga cadangan devisa ikut tergerus untuk menyediakan valas dalam rangka membayar utang luar negeri. Sampai akhirnya , pemerintah tidak bisa lagi terus membayar. Terpaksa lempar handuk putih kepada IMF untuk dapatkan bantuan.

Pakistan
Rasio utang terhadap GDP sebesar 67%. Ini udah dalam posisi insolvent. Kasus Pakistan sama dengan Argentina,dimana pemerintah menarik utang yang sebagian besar dari China untuk membiayai APBN nya. Ketika utang jatuh tempo , mereka tidak bisa membayar. Karena banyak proyek BUMN yang dibangun belum menghasilkan laba. Padahal utang BUMN dijamin oleh pemerintah. Sumber penerimaan pajak drop karena dilanda dampak krisis global. Bagaimanapun pemerintah harus bailout utang tersebut.

Dampaknya terhadap Turki , Argentina dan Paskistan atas utang tersebut adala sama. Yaitu jatuhnya kurs mata uang. Ini bukan lagi fluktutasi tetapi sudah falling down. Maka apa yang terjadi ? para investor langsung menyesuaikan kurs mata uang mereka terhadap kemampuan mereka membayar utang. Artinya kalau uang lokal ditangan mereka sebesar 100 namun dollar hanya tersedia 60% maka nilai mata uangnya terjun sebesar 40%. Jadi kejatuhan Turki, Argentian, Pakistan tak lebih adalah jebakan utang. Belakangan turki dapat dana bailout dari Qatar tetapi ini tidak solusi menyeluruh. Hanya jangka pendek. Pakistan dapat solusi dari China lewat swap hutang dengan kontrak PPP berjangka waktu 100 tahun. Argentina sedang minta bantuan IMF.

Apa yang terjadi terhadap Turki, Argentina dan Pakistan, tidak akan terjadi di Indonesia. Mengapa ? Indonesia melarang perbankan memberikan jaminan utang luar negeri kepada dunia usaha. Pemerintah tidak lagi menerapkan aturan bailout seperti tahun 1998 ketika terjadi krisimon. Jadi kalau perbankan menilai proyek itu layak maka dia harus menggunakan sumber dana pihak ketiga yang dia pooling dari publik. Dana pihak ketiga ini bersifat likuiditas yang lancar sehingga sesuai dengan prinsip risk management yang diatur oleh Bank International for settlement. Bagaimana kalau sampai bank gagal bayar dana pihak ketiga? itu resiko ditanggung oleh LPS ( Lembaga Penjaminan Simpanan). Tidak ada lagi bailout negara.

Utang BUMN tidak dijamin sepenuhnya oleh Pemerintah. Maksimum yang dijamin hanya sebesar 6% dari PDB. 94% proyek BUMN merupakan proyek B2B dimana yang dijaminkan adalah konsesi bisnis bukan asset BUMN. Itupun untuk proyek strategis nasional. Sementara Utang pemerintah 60% bermata uang rupiah. Rasio utang masih dibawah 30%. Itupun utang yang berkaitan dengan fiskal, bukan belanja. Artinya return nya jelas dan terukur. Jadi kalau terjadi arus balik dana keluar tidak berdampak significant terhadap lkuiditas valas. Makanya rating surat utang kita sangat baik dimata investor.

Utang dan Politik.
Mengapa Turki, Argentina dan Pakistan tidak bisa menerapkan kebijakan seperti Indonesia ? karena ini berhubungan dengan Politik. Dengan skema utang seperti Turki, Argentina dan Pakistan, memungkinkan pemerintah menjadi undertaker utang secara nasional dan tentu pemerintah sangat powerfull mengontrol politik. Maklum politik kan pada akhirnya bagi bagi kue. Utang adalah financial resource. Kekuasaan menjadi magnit bagi para elite politik untuk menyembah dan loyal kepada penguasa. Oligarki politik melahirkan oligargi bisnis rente yang memberikan keuntungan kepada segelintir orang. Jadi resiko utang tak lebih akibat resiko politik yang korup.

Di era Jokowi, utang berhubungan dengan oligarki politik untuk kepentingan oligarki bisnis, tidak ada lagi. Sudah di removed. Pemerintah hanya memberikan peluang investasi dan bisnis. Pembiayaannya sebagian besar (70%) diserahkan kepada dunia usaha. Kalau sumber pembiayaan itu berasal dari utang maka resiko dikembalikan kepada dunia usaha ( swasta nasional maupun asing ). Skema ni memang menuntut profesionalitas dunia usaha dan kesediaan menerapkan good governance. Kalau engga mana ada kreditur mau kasih uang. Apalagi tanpa jaminan pemerintah. Jadi pengusaha yang andalkan akses politik biar dapat kredit bank, udah engga laku lagi. Akses uang ya reputasi bisnis, pure business.

Namun skema era Jokowi ini memang tidak populer bagi politisi yang terbiasa menikmati rente bisnis dari oligarki politik. Makanya mereka yang tidak ingin Jokowi berkuasa lagi, adalah mereka yang inginkan kekuasaan bisa menjadi pesta tanpa jeda lewat skema utang seraya memberikan secuil kepada rakyat lewat subsidi dan resiko diserahkan pada rakyat kini atau besok.

Thailand
Sebelum krisis moneter yang melanda ASIA ditahun 1998, pertumbuhan ekonomi Thailand mencapai rata rata diatas 7%, bahkan bisa mencapai 9,8%. Thailand mendapatkan kucuran dana dari AS, karenanya sebagian besar produk Thailand di ekspor ke AS. Ekonomi Thailand ketika itu sangat bergantung kepada Ekspor, yaitu 60% PDB. Kucuran dana bantuan dari AS dan Jepang tersebut digunakan secara luas untuk membangun infrastruktur ekonomi. Agar ekonomi yang bertumpu kepada sektor pertanian dapat efisien menjual ke luar negeri. Jadi sepertinya Thailand by design memang di persiapkan dengan baik oleh AS untuk menjadi sumber pangan. Namun ekspor dari sektor pertanian ini tidak begitu besar volumenya dalam valas. Tdak sebesar ekspor MIGAS. Jadi ekspansi yang dibiayai utang itu kalah cepat dengan kemampuan membayar utang.

Mengapa ? Rasio utang terhadap PDB naik dari 100% menjadi 167% di empat negara ASEAN termasuk Indonesia. Pada tahun 1993–96, lalu melonjak hingga 180% pada masa-masa terparah dalam krisis ini. Tahun 1997, Thailand menetapkan kurs mengambang terhadap Baht karena cadangan baht di bank central Thailand tidak tersedia cukup lagi untuk melayani permintaan akan dollar. Sejak Baht dilepas dipasar, cepat sekali terjadi perubahan kurs. Bahkan bisa dikatakan terjun bebas. Efek kejatuhan baht ini berdampak sistemik terhadap ekonomi ASIA TIMUR.  Pasar uang global bereaksi keras terutama para pemain hedge fund memanfaatkan kerapuhan mata uang ASEAN ini untuk take advantage. Kurs pun berjatuhan. Krisis moneter melanda empat negara ASEAN dan Korea.

Hampir semua negara ASEAN yang kena krisis termasuk Korea karena peran negara yang begitu besar sebagai financial resource lewat berhutang. Hanya Thailand dan Korea lebih beruntung , bahwa utang itu sebagian besar memang digunakan untuk pembangunan innsfrastruktur. Jadi secara fundamental ekonomi mereka masih bagus. Hanya struktur APBN nya yang tidak sehat dimana komponen hutang sangat besar dan rasio GINI melebar sebagai dampak dari politik kekuasaan yang bertumpu kepada utang. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Itu juga terjadi pada indonesia. Paska krisis, Thailand bisa melewatinya dengan baik dibawah kepemimpinan Thaksin Shinawatra yang naik sebagai PM tahun 2001.

Thaksin adalah alumni Eastern Kentucky University AS,  S2 Criminal Justice dan Sam Houston State University (S3). Thaksin yang berlatar belakang sebagai pengusaha,tahu betul bagaimana melakukan reorientasi ekonomi Thailand. Dia focus bagaimana mengembangkan kemampuan ekonomi domestik. Bagaimana caranya ?  Dalam upaya mengakhiri krisis mata uang tahun 1997, Thailand sejak awal telah berupaya meningkatkan ekspornya. Pertumbuhan ekspor tahun 2002 Thailand tercatat sudah mengalami kenaikan sebesar 2,8%. Agar sektor UKM bisa menjadi penopang kekuatan domestik, Thailand membentuk BUMN nirlaba yang bertugas membeli produksi dalam negeri dan kemudian di distribusikan kepada retail tradisional dengan harga subsidi. Bank central Thailand memberikan program kredit bagi UKM retail tradisional yang mau meningkatkan usahanya. Otomatis sektor tradisional bergairah tumbuh pesat menjadi jaring pengaman paska krisis.

Thaksin juga tidak takut membuat defisit anggaran samakin melebar agar negara lebih besar kemampuan melakukan ekspansi. Anggaran defisit pemerintahan Thailand pada tahun 2002 sekitar 3,4%, sengaja ditingkatkan dari 0,8% pada tahun 2001. Tetapi kebijakan ekspansif sektor fiskal itu tidak untuk belanja konsumsi tetapi untuk barang modal (infrastruktur ) yang banyak menyerap angkatan kerja. Sehingga memungkinkan permintaan domestik meningkat. Penganguran berkurang dan daya beli domestik meningkat. Selama 5 tahun atau periode pertama kekuasaan Thaksin, pendapatan rakyat meningkat, terutama petani dan UKM. Pada masa itu juga Thailand mampu membayar lunas utangnya sebesar 17 miliar USD ke IMF.

Tetapi model pembangunan Thaksin yang pro kepada rakyat dan sektor real ternyata tidak membuat elite politik happy. Thaksin merusak oligarki politik dalam bidang ekonomi. Thaksin juga membabat birokrasi yang dinilai menjadi penghambat kemajuan ekonomi dan bisnis. Pemerintahan Thaksin menganggarkan sedikitnya 10 miliar baht untuk membiayai program reformasi birokrasi, dengan mengurangi 5 persen dari jumlah pegawai negeri yang mencapai 1,7 juta orang. Bisnis  non tradeble dipangkas. Dampaknya semakin mengecilnya rasio GINI. Namun tahun 2005 laju ekonomi Thailand kemudian melambat. Harga BBM yang naik meningkatkan inflasi dan suku bunga. Tahun 2006 ekonomi Thailand mencatat pertumbuhan sekitar 4,2% tidak jauh berbeda dengan 4,5% pada tahun 2005. 

Pertumbuhan ini adalah yang paling lambat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Momentum ini digunakan oleh elite politik Thailand untuk menjatuhkan Thaksin. Apalagi kalau bukan issue asing yang digunakan oleh Elite politik menjatuhkan Thaksin.  Kebetulan dalam rangka meningkatkan ekonomi non utang lewat investasi asing secara langsung, Thaksin membuat kebijakan Asing boleh menguasai saham dari tadinya 25% menjadi 49%.  Sejak tahun 2005-2006, issue investasi asing terus digoreng oleh oposisi. Sehingga menimbulkan aksi demontrasi besar besaran dengan tuntutan agar Thaksin mundur. Pada tanggal 19 September 2006, Dewan Reformasi Demokrasi mengumumkan pengambil-alihan kekuasaan dari tangan PM Thaksin Shinawatra. Suksesnya menjatuhkan Thaksin karena pihak oposisi didukung oleh militer. Padahal ketika itu Thaksin baru saja unggul dalam pemilu periode kedua kekuasaannya.

Setelah Thaksin jatuh, maka ekonomi Thailand kembali kepada lebih besar porsi non trandeable nya. Rasio GINI melebar. Pertumbuhan ekonomi terus merosot yang berdampak semakin rendahnya kapasitas nasional menyediakan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan. Tahun 2006 pertumbuhan ekonomi masih 5 % namun empat tahun kemudian atau tahun 2009 tinggal -0,7%. Tahun 2010 sempat naik sebesar 7,2% karena likuiditas murah dari the Fed. Tetapi tahun 2011 drop lagi menjadi 0,8%. Tahun 2012 naik lagi karena kebijakan QE AS yang mensuplai uang ke emerging market. Tahun 2013-2017 rata pertumbuhan hanya 3%. Itu lebih dipicu oleh sektor manufaktur yang berorientasi ekspor. Sementara konsumsi domestik stuck dan agak tertolong karena bisnis pariwista yang tumbuh autopilot.

Utang pemerintah terhadap PDB sebesar 41% (2017)  Kalau termasuk utang swasta tentu lebih besar lagi, bahkan mencapai 60% dari PDB. Bandingkan dengan  Indonesia yang penduduknya 4 kali thailand rasio utang hanya 30% dari PDB. Itu sebabnya sangat sulit bagi Thailand untuk bertahan terus dengan jebakan utang yang begitu besar sementara pertumbuhan ekonomi dibawah 3% setiap tahun. Golongan intelektual di kota Bangkok dan kaum pengusaha yang tadinya mendukung tindakan kudeta junta militer terhadap pemerintahan PM Thaksin tanggal 19 September 2006 mulai kecewa. Issue nasionalisme menjatuhkan Thaksin ternyata tidak membuat Thailand lebih hebat. Bahkan terpuruk. 

Ini pelajaran mahal bagi Indonesia. Pilihlah pemimpin yang tulus namun cerdas mengelola ekonomi ditengah arus globalisasi dan tahu menjaga kepentingan domestik. Dan itu saya lihat hanya pada Jokowi. Bukan retorika tetapi track record nya membuktikan itu. Sekali kita salah memilih pemimpin yang kemaruk harta maka anak cucu kita yang harus membayarnya dan kita ikut bertanggung jawab atas kemunduran ekonomi dan kegagalan mencapai keadilan sosial bagi semua.

Malaysia.
Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam, adalah tiga negara yang memperoleh kemerdekaan dari Inggris secara damai. Tidak ada revolusi, tidak ada perubahan struktural birokrasi. Birokrasi pemerintahan berjalan dengan tertib, aman dan damai. Meskipun secara politik diliputi oleh suasana autokrasi yang ketat, ketiga negara berkembang dalam sistem birokrasi dan pengawasan yang terkendali. Selama 40 tahun tercapai tingkat kemakmuran rata rata yang demikian tinggi sehingga tidak pernah terjadi gejolak politik yang berarti. Pada 1961, empat tahun setelah kemerdekaan, Perdana Menteri Malaysia Tunku Abdur Rahman membentuk Negara Persekutuan Malaysia, yang terdiri atas: Semenanjung Malaya, Sabah, Serawak dan Singapura. Empat tahun setelah itu di bawah tekanan Presiden Sukarno, Singapura melepaskan diri dari Malaysia dan menjadi negara republik yang berdiri sendiri.

Malaysia yang kemudian hanya terdiri dari Malaysia Semenanjung plus Sabah dan Serawak, bersatu di bawah kepemimpinan Tunku Abdul Rahman yang segera setelah pemisahan ini mendirikan Partai UMNO (United Malay National Organization) sebagai kendaraan politiknya. Tatkala Mahathir memimpin pemerintahan (1978- 2004) Pertumbuhan ekonomi tahunan mencapai tujuh persen, praktis telah melewati masa krisis moneter 1997, sementara banyak negara di Asia belum bisa pulih sepenuhnya. Infrastruktur transportasi, komunikasi darat, laut, udara telah selesai dibangun. Pusat tenaga listrik telah siap memasuki era industrialisasi yang sudah diambang pintu. Income per capitarata-rata mencapai US$7.000 per tahun. Bahkan negara bagian Johor telah mencapai US$20.000, sama dengan beberapa negara Eropa. Tingkat pengangguran nol persen. Malaysia harus terpaksa mengimpor jutaan tenaga kerja asing dari berbagai negara Asia, termasuk Indonesia.

Pada 1980, Malaysia mengirim 500 ribu siswa tamat SMA untuk melanjutkan pelajaran di berbagai universitas di Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan negara lain, sepenuhnya ditanggung negara. Tenaga lulusan luar negeri yang banyak itu lalu menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi Malaysia. Putra Jaya The Cyber City yang menjadi semacam Silicon Valley-nya Malaysia telah selesai dibangun. Di kawasan ini terdapat pusat kegiatan pemerintah serta pusat pengendalian komputer dan cyber space yang terbentang di segenap kota besar Malaysia. Perusahaan minyak Petronas, yang dulu dibantu Pertamina di era mahathir telah menjadi perusahaan minyak raksasa yang membangun kilang minyak diberbagai tempat dan berinvestasi di 40 negara. Jauh mengungguli Pertamina yang makin terseok-seok.

Kini ? Menteri Keuangan Malaysia Lim Guang Eng dalam konferensi pers menjelaskan saat ini total utang Malaysia tercatat 1.087 triliun ringgit pada 31 Desember 2017. Jumlah ini sama dengan 80,3% dari produk domestik bruto (PDB) Malaysia ( bandingkan dengan Indonesia hanya 30% dari PDB). Padahal pada era awal Perdana Menteri Najib Rajak, utang hanya 685 miliar ringgit. Dan ketika terakhir Mahathir mundur kekuasaan , utang hanya 300 miliar ringgit. Hanya 13 tahun setela Mahathir undur diri dari kekuasaan, ekonomi Malaysia masuk jebakan utang. Pertumbuhan ekonomi dibawah 5%. Yang lebih rumit untuk diselesaikan adalah utang tersebut sebagian besar untuk subsidi. Sementara ketergantungan ekonomi Malaysia terhadap MIGAS seperlimanya terhadap PDB. Ketika harga minyak, jatuh akan semakin sulit bagi Malaysia untuk recovery dari jebakan utang.

Walau Mahathir terpaksa tampil kembali ke panggung Politik karena panggilan moral menyelamatkan ekonomi Malaysia, namun keadaannya tidak mudah. Karena ongkos APBN sudah terlanjur besar. Najib selama kekuasaannya menina bobokan rakyat lewat pertumbuhan falsu dengan memacu konsumsi domestik tetapi itu dibiayai dari utang. Bagaimana solusi dari Mahathir ? dia berjanji akan memberlakukan kembali subsidi bahan bakar sebagai salah satu upaya menekan meningkatnya biaya hidup. Namun, kebijakan keuangan Mahathir ini bakal memperbesar defisit anggaran jika tanpa kebijakan yang mengimbangi. Mahathir lebih mengutamakan menyelesaikan jebakan utang kepada China sebesar USD 20 billion, Padahal proyek ini berkaitan dengan infrastruktur ekonomi. Namun keliatannya Mahathir perlu mendapatkan simpati kaum Melayu yang anti China.

Dulu tahun 1978 adalah Mahathir muda. Tetapi keadaan kini udah berbeda. Mahathir tidak muda lagi. Anggaran sudah terlanjur membesar. Mental politik Mahathir tidak seperti waktu masih muda yang dikenal keras dan raja tega. Kini dia malah larut dengan mental melankolis dan populis. Seharusnya belajar dari Jokowi bagaimana menyelamatkan ekonomi. Orientasi ekonomi harus dilakukan dan pada waktu bersamaan reformasi anggaran dilaksanakan walau karena itu akan dihujat rakyat dan tidak disukai elite politik. Malaysia kedepan sedang melalui trakdirnya karena salah memilih pemimpin seperti seorang Najib. Harganya yang tidak murah yang harus dibayar oleh generasi kini.

Singapore
Saya pernah makan malam dengan eksekutif salah satu perusahaan sekuritas. Dia bercerita bahwa ada salah satu perusahaan di Singapore yang mempunyai beberapa franchise makanan dan minuman menawarkan untuk kerjasama. Padahal beberapa tahun lalu dia berusaha membujuk perusahan itu untuk masuk ke Indonesia untuk bermitra dengan clients nya tapi tidak tertarik. Tapi sekarang perusahaan itu sangat antusias untuk masuk ke Indonesia. Apa alasannya ? ekonomi singapore semakin suram dan daya beli semakin turun. Apalagi utang Singapore sekarang sudah diatas PDB nya atau sebesar 110% dari PDB. Secara akuntasi Singapore sudah insolvent. Pertumbuhan ekonomi melambat dibawah 3%.

Ekonom bisa saja membuat analisa data statistik dan menyimpulkannya atas dasar keilmuannya. Tapi pemegang merek franchise khususnya makanan dan minuman, tidak pernah salah menentukan data market. Mau tau kurs sebenarnya mata uang, liatlah harga minuman di Starbucks dan harga ayam di Mc Donald. Mengapa? Karena mereka mencatat dengan rapi real market setiap hari. Walau indikatornya kelas menengah namun sebetulnya itulah real indikator ekonomi. Yang mengggerakan ekonomi suatu negara ya kelas menengah. Jadi kalau banyak perusahaan franchise makanan masuk ke Indonsia itu artinya indikator ekonomi Indonesia kuat.

Masalah singapore sebetulnya bukan saja karena semakin restriksinya china terhadap bisnis jasa yang di tawarkan singapore tapi juga karena kebijakan tax amnesty dari Indonesia yang tadinya di sikapi sebelah mata, tapi ternyata jadi bagaikan angin tornado. Beberapa teman merasakan betapa sulitnya melakukan cross border transfer diatas USD 500,000 dari Singapore. Padahal dulu yang membuat Singapore menjadi sorga bagi orang kaya karena kebebasan transfer. Tapi dengan adanya restriksi ( masuk katagori suspicions transaction reports/ STR ) yang di picu oleh rasa kawatir berlebihan itu , menjadi bola salju, semakin membesar dan rumor beredar dimana mana bahwa cadangan devisa singapore tidak sebesarnya yang di beritakan.

Kini walau belum bisa di katakan rush tapi kecenderungan itu semakin terasa. Beberapa fund manager mengatakan memang ada kekawatiran dari clients nya untuk pindahkan dana dari singapore. Ini pelajaran mahal dari Singapore. Seharusnya Singapore tetap tenang. Berapapun orang mau pindahkan uangnya tidak perlu di sikapi berlebihan. Kekuatan dan citra singapore sebagai financial center kelas dunia harus di pertahankan, dan salah satunya menjamin kemudahan pemindahan dana termasuk orang indonesia yang mau pindahkan uangnya ke Indonesia. Kini Singapore mengandalkan pendapatan dari jasa wisata yang bertumpu kepada Casino. Ya Macao kecil di ASEAN.


Ingat kata supir taksi di Singapore " Because God sent a great person to be president in Indonesia. Now Singapore leaders are aware that they are not smart enough..

Thursday, September 6, 2018

Kurs melemah karena faktor eksternal

Setelah krisis Lehman ekonomi AS jatuh. Kejatuhan sesuatu yang sudah diprediksi jauh sebelumnya oleh para ekonom.  Proses kejatuhan itu sudah berproses sejak tahun 90an tetapi sengaja disembunyikan lewat sistem supply and demand pasar uang derivative yang bubble. Bubble itu pasti meledak hanya kapan?, tidak ada yang bisa menentukan. Karena semua orang terjebak dalam bisnis ilusi. Jadi ketka terjadinya kasus Lehman . pemain pasar engga kaget banget. Mereka sadar inilah saatnya dimulainya babak baru kehidupan krisis tanpa jeda bagi AS. Dampaknya bukan hanya AS tetapi dunia. Semua negara didunia menyalahkan AS tetapi mau marah gimana? karena proses transaksi yang menyeret negara lain itu melalui sistem keuangan dunia yang cross border dan liberal. Free entry free fall.

Ketika Obama terpilih sebagai presiden, team ekonominya berusaha menyelesaikan krisis ekonomi dengan cara konvensional. Yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga rendah. Melalui skema QE , the Fed mensuply uang ke perbankan. Diharapkan perbankan akan mensuplai uang ke dunia bisnis agar ekonomi bergerak. Logikanya, kalau suku bunga rendah maka efisiensi bisnis akan naik dan orang akan terpacu untuk mengembangkan usaha. Tetapi apa yang terjadi ? ekspansi kredit perbankan tidak terjadi. Dunia usaha AS tetap tidak tumbuh significant. Mengapa ? karena supply uang ke perbankan dari the Fed itu bukan gratis tetapi utang dengan jaminan saham, dan tentu ada bunganya. Daripada perbankan suplai kredit kepada nasabah yang beresiko lebih baik mereka lempar ke pasar uang emerging market dengan suku bunga tinggi.

Makanya uang dari AS mengalir deras ke 30 negara emerging market seperti Turki, Brazil, Argentina, Indonesia, Rusia, China dan lain lain. Semua instrumen utang dibeli oleh fund manager yang terhubung dengan the Fed. Likuiditas dollar negara emerging market melimpah. Dollar melimpah ini ditukar ke mata uang lokal untuk disuply ke dunia usaha. Ekonomipun tumbuh pesat. Tapi dunia usaha AS terpuruk. Banyak pabrik gulung tikar karena kekurangan dana. Sementara dunia usaha negara emerging market dan negaranya kelebihan dollar. Akibatnya mata uang mereka menguat.  Pada moment ini kebijakan Obama berdampak positip terhadap ekonomi AS. AS diuntungkan dua hal, pertama, perbankan AS kembali sehat setelah terkena krisis mortgage. Spread margin atas bunga the fed dengan bunga pinjaman negara emerging market sejak 2008 sampai dengan 2013 lebih dari cukup menutup kerugian mereka. Artinya secara tidak langsung AS membebankan kerugian itu kepada negara emerging market untuk membayar kejatuhan wallstreet. Kedua, mata uang AS semakin melemah sehngga punya daya saing ekspor ke negara emerging market. Tetapi momentum ini tidak berdampak real terhadap gairah dunia usaha di AS. Padahal peluang sangat bagus. Bank sehat, inflasi rendah , suku bunga rendah dan kurs melemah.

Kemudian, Trump terpilih sebagai presiden. Kalau kita ingin melihat kebijakan ekonomi suatu negara harus tahu latar belakang pemimpinnya. Karena ini besar sekali pengaruhnya dalam mengambil keputusan terhadap berbagai pilihan kebijakan.  Sebagai pengusaha, Trump berpikir realistis. Dia sadar bahwa masalah ekonomi AS tidak bisa mengandalkan sektor real.  Bahwa generasi AS sekarang bukan generasi ketika terjadi great depression tahun 1930. Dimana pada waktu itu ketergantungan ekonomi rakyat kepada pemerintah hanya 16%. Artinya mental rakyat AS memang dominan sekali membawa As keluar dari krisis. Sementara sekarang, tingkat ketergantungan Rakyat AS kepada pemerintah mencapai 90%. Terbukti tingginya tingkat pemilih pada Pemilu.  

Menghadapi realita ini , Trump tidak mau terjebak dengan kebijakan jangka panjang. Ini masalah mental. Bukan masalah ekonomi. Bagi Trump yang penting adalah bagaimana ekonomi AS bisa survival ditengah kas yang kosong dan rasio utang terhadap GDP mencapai 108 %. ( Bandingkan dengan Indonesia 29%). Artinya AS itu secara akuntasi udah insolvent. GImana caranya.? AS menaikan suku bunga the fed. Apa yang terjadi ? Para pemilik danapun di negara emerging market yang pegang porfolio asset mata uang lokal melakukan reposisi portfolio. Mereka menjual asset itu untuk membeli surat utang AS yang bermata uang dollar. Maka yang terjadi adalah pelepasan Asset (  saham dan bond)  mata uang lokal dan berpindah ke T bill AS. 

Hukum permintaan dan penawaran terjadi.  Kurs lokal negara utama emerging market melemah karena terjadi permintaan dollar untuk membeli asset ( surat utang ) AS. Dollar AS pun pulang kampung. Terjadilah krisis likuiditas Dollar dimana mana. Mata uang Turki jatuh karena tidak cukup US dolar untuk memenuhi rush pasar lokal. Kemudian Argentina juga tumbang. Pasar memang kejam. Sekali saja pemerintah lokal lambat merespons pasar untuk permintaan dolar AS maka langsung berdampak kepada sentimen negatif terhadap kurs lokal. Kurs akan berjatuhan cepat sekali. Ini disebut efek sistemik. Makanya kalau anda lihat data 10 negara utama emerging market semua mata uangnya melemah.  Mengapa ? karena mereka paling banyak menyerap supply dollar dari operasi the Fed.

Karena Dollar pulang kampung ke AS. Likuiditas jadi banjir. Mata uang AS otomatis menguat dan mata uang negara emerging market melemah. Lantas apakah AS diuntungkan dari kurs yang menguat ini? tidak. Index manufaktur AS tidak begitu bagus.  Industri belum bisa tumbuh secara significant. Mengapa ? Daya saing industri AS masih lemah untuk berhadapan dengan produk dari China. Karena faktor upah buruh AS yang tinggi dibandingkan negara emergin market terutama China. Karenanya negara emerging market seperti China tetap bisa masuk ke pasar AS walau mata uangnya menguat. Tentu China terpaksa memenggal laba pabriknya. Itu lebih baik daripada kelebihan kapasitas produksi tidak terserap yang bisa berdampak kepada gelombang PHK. Ini lebih bahaya bagi negara komunis. Maklum negara para buruh. 

Apakah situasi ini membuat Trump menyerah? tidak. Trump menuduh negara emerging market seperti China, Argentina, Eropa, Indonesia dan lain lainnya melakukan praktek proteksi dan penipuan mata uang. Itu sebabnya Trump menerapkan tarif impor tinggi terhadap produk negara emerging market. Bagi negara emerging market dengan kenaikan tarif impor dan kurs yang menguat maka ini merupakan pukulan beruntun AS kepada mereka. Apakah negara emerging market diam saja.? Tidak. China membalasnya dengan mendevalusi mata uangnya agar lebih murah. Dan negara lain seperti Eropa dan jepang mengeluarkan program QE ( skema cetak uang secara tidak langsung ) agar mata uangnya melemah. Maka perang dagang terjadi, terjadilah. Bagaimana dengan nasip AS ? keliatanya gaya Trump yang pragmatis dan bertumpu pada utang untuk mengongkosi APBNnya lewat kebijakan suku bunga tinggi, akan terus berlangsung sampai masa akhir jabatannya. Tentu dampaknya likuditas negera lain akan berterbangan ke AS sampai tahun 2020. Korban sudah berjatuhan seperti Turki, Argentina dan bukan tidak mungkin berikutnya nyusul adalah Malaysia dan Thailand juga Pakistan.

Bagaimana dengan Indonesia ? Indonesia, India, Afrika Selatan, Brasil, Turki adalah kelompok negara yang masuk fragile five dimana sebetulnya sudah keluar dari resiko kebijakan operasi pasar uang the FED. Tetapi itu dengan dasar tidak ada perang dagang ulah Om Trump. Dengan adanya perang dagang maka 10 negara emerging market yang merupakan mitra dagang Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dan berusaha melemahkan mata uangnya. Akibatnya daya beli juga turun. Pasar jadi menyusut. Harga jatuh. Itu sebanya walau volume ekspor tinggi namun nilainya turun dalam mata uang dollar. Terjadilah defisit transaksi berjalan. Jadi defisit itu bukan hanya karena faktor rendahnya kinerja ekpor tetapi lebih karena jatuhnya harga komoditas. Jadi jatuhnya mata uang rupiah, lebih disebabkan faktor eksternal. 

Bagaimana solusinya ? Masalah Indonesia bukan kepada utang gagal bayar seperti Turki, Argentina. Secara fiskal dan moneter resiko utang sangat kecil. Tetapi lebih kepada perdagangan international. Maka masalah perdagangan itulah yang harus diselesaikan.  Pertama, ini saatnya kita menggunakan special condition dalam article force majuer WTO. Apa itu? menaikan tarif produk impor agar barang impor jadi mahal. Sehingga terjadi perluasan indusri substitusi impor. Ini baru akan dirasakan dalam lima tahun kedepan.  Kedua, Bank Indonesia menyediakan fasilitas swap dengan tarif barter valas yang lebih murah. Dengan demikian perusahaan yang menguasai 85% devisa dollar AS dari perdagangan ekport berani menukar dolarnya kerupiah. Karena ada asuransi resiko atas kejatuhan rupiah dikemudian hari. Dampaknya rupiah akan menguat karena ada sisi permintaan terhadap rupiah.



Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...