Saturday, March 15, 2014

Umat Islam, bersatulah....

Minggu lalu saya ikut dalam satu pertemuan dengan sekelompok  kecil orang yang memang dekat dengan kekuasaan. Mereka ini memang berada diluar ring namun secara tidak langsung mereka ikut mempengaruhi kebijkan penguasa. Saya hadir dalam pertemuan itu karena diminta oleh mereka dalam kapasitas saya sebagai advisory. Sebetulnya ini kali pertama saya bertemu dengan mereka sebelumnya hanya tahu dari media massa.  Dalam pertemuan itu, setelah saya selesai dengan presentasi saya, terjadi diskusi hangat seputar keadaan politik setelah Pemilu. Saya tidak mau terlibat dalam dialogh ini karena saya memang bukan politisi dan bukan pula orang hidup yang bersinggungan dengan dunia politik. Saya hanyalah pengusaha dan professional. Dari dialogh itu tahulah saya bagaimana sikap mereka tentang kekuatan  Islam. Bagaimanapun Pemilu yang akan datang adalah killing field bagi Partai yang berasaskan Islam. Operasi intelligent melemahkan mereka selama 5 tahun sangat efektif membuat mereka dijauhi oleh pengikutnya dan bahkan dibenci oleh umat Islam sendiri. Setiap  issue tentang bad image islam menjadi santapan media massa. Disamping itu Infiltration intelligent berhasil masuk kedalam ormas Islam agar mempropagandakan anti demokrasi sehingga mereka keluar dari  barisan Partai Islam. Singkatnya mereka akan lakukan all at cost untuk mengeliminate partai Islam. Dengan terpilihnya Jokowi sebagai Capres maka ini menjadi alat ampuh bagi mereka untuk membenturkan dua kekuatan yaitu Islam dan PDIP ( Jokowi). Keduanya akan saling bunuh. Melempar dengan satu batu mengenai dua target.

Bagaimana dengan akar rumput dari  kelompok Marhaen (PDIP)? Ada sederet  ormas Islam dan Tokoh islam yang akan membantu kampanye melarang umat islam memilih PDIP dan Jokowi sebagai capres. Ada isyu yang akan dilontarkan kepada umat islam bahwa ; Jokowi golongan  Syiah. Jokowi termasuk Islam abangan ( kejawen). Jokowi kepanjangan tangan dari konspirasi Yahudi untuk menghancurkan Islam. Menurut mereka beberapa tokoh Islam telah berhasil mereka pengaruhi. Berbagai saluran informasi mereka gunakan untuk meyakinkan umat islam bahwa PDIP anti perjuangan Syariah Islam. Black campaign ini akan terus digulirkan untuk panetrasi ke publik. Mereka sudah dapat sponsor dari beberapa pihak untuk memastikan Partai non Islam dan pro kebijakan kapitalisme dapat unggul dalam putaran pemilu. Secara kasar bila 100 juta pemilih ditebar uang per kepala USD10 ( Rp.100 ribu) maka itu artinya hanya dibutuhkan USD 1 miliar atau setara denganRp.12 triliun atau setara dengan produksi minyak Exxon dan Chevron dua hari atau setara dengan satu hari produksi emas Freeport. Selama kekuasan SBY memang ekonomi tumbuh pesat namun kantong kantong kemiskinan semakin banyak di Indonesia dengan terbukti semakin meluasnya asal TKW yang bekerja di luar negeri. Jadi dapat dipastikan operasi serangan fajar akan efektif. Uang Rp. 100 ribu bukan jumlah sedikit bagi orang miskin yang ada dipedesaan. Itu sangat berarti bagi mereka. Jadi operasi pemenangan pemilu lewat silent operation memang dilakukan secara sistematis dan professional sehingga kekuatan politik sosialis  kiri  ( PDIP ) maupun sosial kanan ( Islam ) hancur dengan sendirinya.

Lantas apa agenda dibalik ini semua ? Saya memberanikan diri bertanya. Dengan tersenyum mereka berkata bahwa Pemilu kali ini harus bisa memastikan kekuatan mereka  menang telak dengan penguasaan suara koalisi diatas 60%. Dengan demikian maka UU Intelligent akan mereka revisi sesuai dengan design mereka. Sehingga Intel punya kebebasan untuk mengawasi gerakan bawah tanah kekuatan Islam. UU Ormas akan mereka revisi sesuai konsep awal dimana seluruh ormas berasaskan Pancasila. Bagi Ormas Islam yang menolak akan dianggap inkonsitutional alias dibubarkan secara konstitutional. RUU Gender akan disyahkan sehingga eksistensi Islam dan Ruh islam dalam NKRI hilang sudah. Saya merinding mendengar agenda itu. Mengapa sampai sejauh itu kebencian mereka terhadap Islam? Bukankah umat islam berada digaris depan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia? Salah satu perserta bule yang hadir sempat berbisik kepada saya “satu satunya yang tahu siapa musuh negeri ini adalah Islam. Satunya satunya yang tidak mereka inginkan adalah sosialis kiri ( PDIP). Dua kekuatan ini sudah lemah dan mudah dirusak barisannya. Karena sulitnya tercapainya persatuan diantara golongan islam sehingga tidak sulit bagi mereka untuk memecah belah dengan informasi sesat yang penuh rekayasa. Maklum ,semua golongan dalam Islam merasa masing masing mereka paling benar dan paling berhak mewakili perjuangan umat islam. Sementara akar rumput PDIP kebanyakan adalah komunitas miskin yang mudah disuap dengan receh. 

Setelah pertemuan itu saya terhenyak. Nyatalah peringatan Allah bahwa persatuan diantara umat itu adalah mutlak. Tahun 1980 an saya selalu sholat subuh di Masjid Almunawarah ( Tanah Abang) karena Buya M.Natsir mengisi ceramah kuliah subuh di masjid itu. Ketika itu saya tanya kepada beliau mengapa Islam selalu kalah di Indonesia? jawabnya" Walau kiblat kita sama sama ke Makkah , rasul kita sama, namun kita paling sulit dipersatukan. Selagi islam tidak bisa bersatu maka jangan berharap perjuangan Syariah Islam akan berhasil. Umat Islam akan sama dengan buih dilautan yang mudah disibak oleh sampan berukur terkecil. Ingat firman Allah yang artinya “Dan berpegang eratlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah berpecah belah” . (Ali Imran: 103). Apa yang dimaksud dengan tali Allah ? Buya Natsir mengingatkan tentang makna ikhlas. Bila orang bejuang ikhlas  karena Allah maka dia akan sangat mudah dipersatukan. Saat sekarang kekuatan Islam yang ada dalam sistem demokrasi ada tiga yaitu PPP, PBB dan PKS.Ketiga Partai ini berasaskan Islam. Apabila anda mencurigai mereka tidak amanah dan memilih partai lain atau memilih Golput maka yakinlah bahwa bila Pemilu usai dan Partai Islam tidak mencapai parliamentary threshold, anda yang paling getol menentang demokrasi atau mencurigai partai islam akan lebih dulu disapu oleh kekuatan sekular lewat UU Ormas,UU inteligent,UU Gender. Allah tidak akan meridhoi perjuangan yang tidak dalam barisan yang kokoh (Al- Ashaff (61):4).Bersatulah dan cerdaslah...

No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...