Monday, January 14, 2013

Partai Demokrat ?

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa sebuah organisasi besar karena kehebatan pengaruh atau kharisma dari pemimpinnya. Lihatlah Microsoft besar karena Bill Gate dan Apple karena Steve Jobs. Samsung mengalahkan  Nokia dan Blackberry karena dipimpin oleh Lee Kun Hee sang visioner legendaries. Partai Komunis di China besar karena dipimpin oleh Mao Tse Tung.  Partai Demokrat besar karena SBY. Tapi yang harus dicatat bahwa Microsoft adalah microsoft. Apple adalah apple. Samsung adalah Samsung. Komunis adalah komunis. Sementara Partai Demokrat adalah SBY.  Partai atau organisasi yang berdiri tanpa berani melepaskan diri dari pigur dibaliknya maka sebetulnya organisasi itu diisi oleh manusia kardus yang tak punya value kecuali pemimpinnya.  Ini sangat renta untuk jangka panjang.  SBY menyadari akan hal itu, apalagi dia punya obsesi membangun demokrasi di indonesia. Menjadikan PD adalah dirinya adalah pendidikan yang salah untuk kehidupan demokrasi. Namun untuk merubahnya juga tidak bisa terburu buru. Butuh waktu sampai saatnya tepat SBY naik gunung. Karenanya pada puncak Kongress PD yang menempatkan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum adalah lagi lagi sukses SBY dalam restruktur PD menjadi Partai professional. Idiologi yang dipilih oleh SBY sudah tepat yaitu Nasional religius. Makanya tidak aneh bila sebagian besar elite Partai Demokrat adalah aktifis Islam yang memang merasa sejuk dibawah nasionalis religius.

Ketika Anas terpilih, agendanya tak lain menjalankan strategi SBY yaitu menjadikan PD sebagai partai perjuangan untuk mewujudkan masyarakat bangsa yang religius. Tak ubahnya dengan pancasila dengan Ketuhanan sebagai sila pertama. Untuk itu jargon pertama kali yang diusung oleh PD setelah kongress itu adalah” say no to Corruption “. Ya hanya masyarakat yang beragama yang membenci korupsi dan hanya orang yang berakhlak yang  tidak mau melakukan korupsi. Antara idiologi, propaganda seakan seiring sejalan. Disamping itu PD dikomandani oleh mantan Ketua Umum HMI dan jajaran pengurus lainnya merupakan aktifis islam berkelas nasional. Mereka secara sistematis melakukan konsolidasi keseluruh daerah, menanamkan visi partai, menjalin network kemana saja yang sejalan dengan idiologi. Semua on tract dengan dukungan unlimited resource sebagai partai pemenang pemilu. Keliatannya semua nampak sempurna. Namun upaya itu tersandung ditengah jalan karena kasus korupsi yang menyeret Nazaruddin ( bendahara PD) sebagai tersangka dan akhirnya terpidana. Anas dan beberapa Elite PD disangkutkan oleh Nazaruddin dengan suara nyanyiannya di Pengadilan. Prahara datang, citra terganggu, upaya konsolidasi menjadi kacau.  SBY hanya diam sambil menyaksikan itu semua terjadi. Apakah ini diluar skenario SBY? Bila ya, itu terlalu beresiko karena dampaknya menjatuhkan elektabilitas PD ketitik terendah. Jadi apa ?

Sebetulnya apa yang menimpa PD adalah bagian tak terpisahkan dinamika perpolitikan di Indonesia yang di isi dengan permainan yang serba culas. Kesantunan hanya ada dalam retorika namun dalam tindakan itu tak ubahnya seperti Singa yang sangat taktis menjatuhkan lawan atau seperti ular yang diam namun memagut kecil untuk mematikan. Masuknya pendatang baru dalam PD dengan mekanisme Kongress  yang sangat ketat , sangat demokratis telah dijadikan cara bagi lawan politik PD untuk menyediakan perangkap mematikan, yaitu Uang. Ini fatal mistake. Seorang Nazaruddin sebagai project taker masuk dalam kubu Anas sebagai cash provider untuk menjadikan Anas sebagai KETUM. Apakah Anas masuk karena Nazaruddin atau Nazaruddin masuk karena Anas, itu tidak penting. Yang pasti DPP baru duduk diatas bomb waktu. Terbuktilah, ketika Nazarudidin tersangkut pidana , Nazaruddin tidak berlaku seperti kader Partai Komunis yang siap mati demi partai. Yang tak mungkin sepatah kata keluar  untuk  menjatuhkan nama pimpinan partai atau pengurus, walau dia tahu pasti pemimpinnya salah. Nazaruddin layaknya soldier dari kekuatan lain yang dikirim kedalam PD untuk menghancurkan PD.  Tak ada sedikitpun rasa bersalahnya  karena ulahnya PD jatuh citranya sebagai partai religius.

Sebetulnya target lawan politik PD bukanlah Anas tapi SBY. Maka seharusnya SBY bertindak cepat.  Ini sebetulnya perang yang orang lain ciptakan untuk dirinya. Tapi SBY terlalu lambat bersikap. Sementara Anas bersama DPP punya agenda tersendiri untuk jangka panjang PD, yaitu menjadikan PD tumbuh tanpa SBY.  PD harus dikembangkan sebagai Partai perjuangan yang nasionalis religius sebagaimana agenda yang ditetapkan awalnya oleh SBY. Jadi ada upaya creative destruction Anas bersama kawan kawannya untuk menghilangkan SBY dari demokrat. Ini bisa dilihat dari pernyataan Anas atas jatuhnya  elektabilitas PD, dimana dia menyalahkan pemerintah SBY sebagai penyebab. Sebetulnya ini upaya smart untuk  menjadikan PD sebagai sebuah "lembaga". Tapi timing nya tidak tepat. Karena bagaimanapun saat sekarang PD masih butuh citra SBY untuk unggul dalam putaran waktu, juga, upaya creative destruction atas SBY  tidak efektif karena Anas sang ketum menjadi salah satu penyebab citra Partai jatuh. Andai Anas tidak tersangkut korupsi ,maka dijamin 100% upaya creative destruction atas SBY akan berhasil dengan baik dan bukan tidak mungkin mengantarkan Anas sebagai capres di 2014. Ingat bahwa Anas mewakili orang muda, Anas mantan Aktifis islam yang merupakan mayoritas di Indonesia, Anas berada di Partai pemenang Pemilu. Semua itu lengkap untuk menjadikan Anas sebagai President 2014.

Lantas bagiamana masa depan PD ?  Dalam keadaan kapal yang hampir karam, maka sang kaptain harus ambil alih kemudi. SBY harus tampil didepan menyelesaikan masalah dan sekaligus berhadapan langsung dengan lawan politik. Caranya ambil alih kepemimpinan DPP dan segera bentuk DPP baru lewat KLB dengan menunjuk pihak yang sejalan dengan idiologi partai nasionalis religius. Anas harus diamankan dari sangkaan korupsi. Kawal ketat dengan resource yang ada. Kalau terbukti salah, ya PD harus ikhlas tapi bila tidak terbukti maka kembalikan Anas secara terhormat dilingkungan PD. Yang cocok pengganti Anas sebagai Ketum  adalah Mahfud MD atau Dahlan iskan, atau tokoh nasional lainnya. Yang penting KETUM itu harus dikenal bersih dan punya integritas tinggi.  Apabila ini dilakukan oleh SBY maka dia akan bisa membalik keadaan begitu cepatnya. PD akan segera naik citranya sebagai Partai yang berkomitment membersihkan korupsi , termasuk bila harus mengusir setengah gerbong kader yang tidak punya integritas. Ini akan menjadi true reminding bagi rakyat untuk jangka panjang bahwa PD adalah partai anti korupsi, dan mereka memilih karena itu, bukan karena SBY. Maka tujuan atau agenda sby menjadikan PD sebagai partai professional dan modern akan terjelma. Setelah 2014 SBY dapat pensiun dengan damai sambil bermain dengan cucu tercintanya...

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...