Monday, July 23, 2012

Jakarta ( DKI)...

Di Jakarta ,dimana saja , juga dipinggir jalan raya nampak papan iklan berukuran besar yang mungkin bisa menutupi wajah buram Jakarta yang dihuni oleh sebagian besar para pendatang yang bisa dikatakan gagal.. Iklan jaringan telepon selular yang berkompetisi, real estate , Bank, Hotel, serta seluruh limpahan layanan berkelas yang terbentang dari utara ke selatan dan timur ke barat Jakarta. Meskinpun begitu saya menyukai Jakarta. Ada bangunan Masijd terbesar di Asia Tenggara memberikan penampilan sebagai kota religius, serta kemurnian tradisi orang Betawi. Jakarta, setiap hari seperti berada di open yang melelahkan dijalanan yang sesak dan macet atau menjadi kubangan besar ketika musin hujan. Tidak peduli seberapa keras kota ini berusaha terlihat seperti belahan dunia barat, Jakarta tetap belahan dunia bagian timur, yang selalu bersembunyi dari lingkungan yang kumuh, para tunawisma yang tertidur dibawah jembatan, stasion kota. Seluruhnya sengaja dirahasiakan ketika rombongan tamu asing datang berkunjung ke Istana, kecuali Mc Donald dan Starbuck. 

Hidup layak mungkin bukanlah suatu balas dendam terbaik, tetapi itu satu satunya kecenderungan yang ada bagi orang orang betawi yang sekarang merupakan minoritas populasi. Mereka terpinggirkan hanya dengan sedikit harta setelah melepas tanahnya untuk penduduk pendatang. Dan kemudian hidup dalam keterbatasan dipinggir kota, yang mungkin bisa sedikit menghibur mereka untuk mencoba gaya hidup kota Jakarta dari kejauhan. Jakarta mirip kehidupan barat, juga samahalnya sebagian kota di negeri ini yang mempunyai majalah Playboy, trend, life style, yang mengajak para orang muda living imaging. Tempat hiburan malam dan maksiat mudah ditemukan semudah mendapatkan sebungkus rokok. Para sebagian pendatang Jakarta yang terpinggirkan telah menambah aroma kepahitan hidup ditengah maraknya penawaran real estate walau memberi pekerjaan bagi ribuan mereka dan mempercantik kota. Gubernur atau siapapun orang besar yang ada di Jakarta tampaknya mengerti jika hasrat kerakusan ini adalah lem yang mempersatukan penduduk kota. 

Dibawah rezim yang pro barat dan neoliberal , Jakarta telah berkembang tempat menebar uang korupsi. Korupsi remeh pada masa lalu telah menjadi korupsi systematis bergaya wall street. Maka orangpun mulai saling curiga. Satpam dihadirkan disetiap pemukiman mewah dan apartement. Para koruptor yang private maupun pejabat public digosipkan oleh rakyat kumuh diwarung warung kopi dan kadang diteriakan didepan gedung DPRD namun Pejabat Kota diam membisu dan acuh tak acuh. Orang orang taat dan religius pergi kemesjid kumuh. Kadang orang orang yang dibilang islam fundamental adalah satu satunya yang bicara tentang kebenaran dikota ini. Mereka mengolok olok korupsi dan prilaku elite baru reformis yang lebih munafik ketimbang rezim militer. Kemarahan ada diJakarta, Terutama ketika para rakyat melihat Mercedez Band, BMW melintas, tetap tidak pernah mengekspresikannya secara terbuka. Penguasa mungkin sedang menjamu raksasa raksasa dari jepang atau Eropa atau AS disalah satu hotel berbintang yang ada dijantung Kota, tetapi dilorong lorong kumuh perkampungan miskin , mereka menghitung tumpukan karton yang didapatnya dari tempat sampah dan menepatkan kaligraphi Allah dan Muhammad di rumahnya yang kumuh. 

Kemunafikan adalah air susu ibu disini. Satu demi satu Pasar Tradisional yang berada diwilayah tanah emas, di privatisasi, yang tak dilirik oleh investor dibiarkan kumuh dan terlupakan. Pejabat kota yang meng claim ahli tak nampak cerdas ketika harus menjawab apa yang telah diperbuatnya selama dia memimpin kota. Namun tetap tidak punya rasa malu untuk terus memimpin. Dan anehnya semua partai besar tetap percaya dengan jargon “system telah dibangun dan tunggu saatanya system bekerja untuk Jakarta lebih baik dimasa depan. Makanya Jakarta perlu pemimpin yang mengerti Jakarta. Tapi rakyat tak lagi percaya. Tidak akan ada hope dari pemimpin yang culas. Satu hal yang dilupakan bahwa Jakarta bukan hanya diisi oleh segelintir orang yang berduit tapi Jakarta juga memiliki kekuatan arus bawah yang kencang, yaitu Islam dan tradisi betawi serta kaum muda yang sudah muak dengan gaya elit partai yang tak bisa berbuat apa apa kecuali menguras uang Negara untuk Jakarta yang tak pernah tuntas dibereskan. 

Dari Solo , Jokowi datang ke Jakarta untuk berkompetisi dengan didampingi oleh Ahok dari Belitung. Jokowi adalah kader PDIP dengan Platform pembela wong cilik dan Ahok didukung oleh Garindra yang punya platform nasional sosialis. Mungkinkah wajah Jakarta akan berubah ketika kelak dipimpin oleh Gubernur yang cinta kepada wong cilik ? Ya, pasti wajah Jakarta akan berubah. Tidak lagi garang dengan senjata rahasia mematikan bagi siapa saja yang lengah berbuat. Jakarta akan santun kepada mereka yang lemah. Akan ada system jaminan kesehatan bagi simiskin. Akan ada jaminan pendidikan bagi simiskin. Akan ada jaminan keamanan dan kelancaran di jalan. Akan ada peluang bagi semua untuk berbuat dan berkembang tampa harus menadahkan tangan lagi. Setidaknya ini bukan hanya janji kosong sebagaimana yang selama ini rakyat DKI dengar dari calon pemimpin tapi ini sesuatu yang sudah dibuktikan oleh Jokowi –Ahok ketika memimpin Solo dan Belitung. Memang solo atau Belitung tidaklah bisa dibandingkan dengan Jakarta tapi sebagai sebuah laboratorium pembangunan wilayah, solo dan belitung terlalu sempurna untuk hanya sekedar membangun Jakarta. 

Bagi Jokowi dan Ahok, Jakarta adalah milik semua orang, yang kuat dan lemah bersanding, setiap pemeluk agama bersedekat, tugas mereka merekat perbedaan itu untuk memastikan kebenaran dibela , kebaikan dijunjung dan keadilan harus menang, untuk Jakarta , untuk rakyat , untuk semua…

Saturday, July 14, 2012

Jokowi-Ahok


Sepertihalnya cerita dari negeri China. Dari sebuah desa , kepemimpinan terbentuk. Dari sebuah Desa orang diuji berjalan dititian. Dari sebuah desa orang dikenal , dipuji dan diasingkan. Hukum komunitas terkecil ini mempunyai hukum alam. Yang baik dihormati dan yang jahat diasingkan. Budaya terbangun ,ketulusan dijalankan. Beda sekali dengan dikota. Orang bergerak dalam diam namun penuh curiga dan awas. Segala kebusukan dan keshalehan bersatu, menjadi semuanya tak jelas dilihat dengan mata kepala. Dari kumpulan orang orang inilah budaya santun, tulus , terdegradasi menjadi budaya individualistis. Tapi bagaimanapun Desa tetaplah memanggil rasa rindu nurani siapa saja untuk menemukan kesejatiannya.

Begitupula yang dirasakan oleh seorang Salesman bosan mengejar impiannya di Kota. Namun di Desa dia mendapatkan senyuman dan harapan, yang selama dikota jarang dia dapatkan. Tak perlu terkejut bila kedamaian dibalas dengan ketulusan untuk berbuat dapat melahirkan kekuatan diluar akal sehat. Sesorang ini adalah dia. Diapun akhirnya didaulat menjadi Lurah di Desa. Hanya karena di Desa yang miskin kepeminpinan tidak memberikan pendapatan berlebih kecuali rasa hormat. Namun bagi dia, itu adalah segala galanya. Diapun sadar bahwa dia bukanlah siapa siapa. Hanya salesman di kota. Tak pula pernah mengenyam bangku kuliah. Namun, itulah dia, yang menyandang predikat sebagai pemimpin dari komunitas desa miskin.

Mungkinkah ?

Lihatlah apa yang dilakukannya. Sederhana saja. Dia hanya menggunakan rasa hormat penduduk desa untuk berbuat menyelesaikan masalah desa sehari hari. Walau usia masih muda namun status sebagai orang kotaan, sudah cukup membuat rakyat percaya untuk mengikutinya. Diapun mendidik masyarakat untuk bertanam jagung dan melupakan soal padi. Jagung ditanam. Panennya tidak dijual mentah tapi dilumat bersama dengan singkong , maka jadilan bahan baku untuk memenuhi pabrik di kota pembuat mangkok dan piring. Pemuda itu dapat meningkatkah penghasilan petani dan akhirnya mampu membeli beras yang sudah terlanjur mahal. Kesehariannya selalu ada ditengah tengah petani jagung dan singkong. Dalam perjalanan kekebun , dia selalu mengumpulkan sampah plastik kedalam keranjang. Sesampai dikebun, tida ada yang dilakukannya. Dia hanya duduk dan besiul sambil memandang hamparan tanah yang ditanam jagung dan singkong. Petani yang malas , bangkit karena rasa malu dihadapan pemimpinnya yang selalu hadir ditengah tengah mereka. Produktivitas meningkat dan mesin produksi pring dan mangkok pun semakin meningkat untuk memenuhi pasar. Antara pasar , kota dan desa menjadi satu kesatuan dan ketergantungan , bukan belas kasihan.

Keberhasilannya mengundang perhatian Partai. Diapun terpilih sebagai Bupati. Apa yang membuat dia terpilih ? ternyata karena hobinya mengumpulkan sampah plastic dan akhirnya diikuti oleh semua rakyat desa hingga desa itu menjadi desa bersih. Partai menganggap dia orang yang pantas untuk menjaga kota tetap bersih. Padahal tujuannya mengumpulkan sampah plastic agar tanah tidak tercemar. Ketika dia jadi bupati. Setiap hari , dalam perjalanan dari rumah kekantor, dia selalu menyempatkan diri untuk menanam satu pohon disetiap tanah lowong. Tidak ada rakyat yang berani mengganggu pohon itu karena dia yang tanam, bahkan rakyat menirunya. Lima tahun dia berkuasa, kota yang gersang, tumbuh menjadi kota yang sejuk dan penuh bunga. Keberhasilannya , ternyata bukan hanya mengundang perhatian pemerintah daerah tapi juga pemerintah pusat. Diapun diundang untuk datang kepusat. Jabatan tinggi sudah menantinya. Tapi ketika itu ditawarkan kepadanya , dia menolak dan lebih memilih untuk cepat pension. Ketika hal ini ditanyakan kepadanya , dengarlah jawabannya:

“ Lima belas tahun menjadi pemimpin , usia saya serasa bertambah 1000 tahun. Selama itupula saya tidak pernah menikmati yang seharunya saya nikmati. Apa itu, ? waktu!. Setiap hari , 18 jam waktu saya terpakai untuk mengabdikan diri kepada rakyat. Sehingga saya lupa tanggal ulang tahun istri saya. Lupa kapan terakhir saya mendapatkan bayi kedua saya. Saya lupa menjahit jas saya yang robek. Menjadi pemimpin itu ,bagaikan hidup diatas bara. Setiap detik, bukanlah hal yang menyenangkan. Kalau anda ingin memberikan hadiah kepada saya , maka biarkanlah saya menikmati pension saya dengan damai. Jangan pernah berpikir sayalah yang terbaik karena kehidupan tidak akan pernah berhenti hanya karena ketidakadaan saya. Kita hanya butuh satu keyakinan, beri kesempatan kepada siapa saja untuk berbuat karena nuraninya,  dan karena cinta untuk semua “

Mungkin banyak pemuda di negeri ini yang mempunyai kemampuan seperti cerita anak muda diatas. Salah satunya adalah Jokowi dengan keberhasilannya memimpin kota Solo dan Ahok di Belitung. Walau system politik negeri ini tidak memberi peluang pengabdi rakyat untuk memimpin melainkan pengabdi Partai. Namun Jokowi dan Ahok mampu memadukan ketiga hal dalam Politik yaitu  kekuasaan , aturan dan keteladanan. Ketiga hal itu bertumpu kepada kerendahan hati, kesederhanaan. Tak ubahnya seperti Ahmadinejad ketika memimpinTeheran. Bahwa kekuasaan tanpa moralitas adalah Penjahat, Aturan tanpa keadilan adalah penjajahan, Retorika  tanpa keteladanan akhlak adalah Penipuan. Bagi mereka kekuasaan adalah politik yang datang karena kebutuhan untuk ” menyelesaikan”. Untuk ”menyelesaikan” bukanlah kemudahan dibalik banyak fasilitas jabatan yang menempel dalam simbol simbol kekuasaan dan kemewahan. Tapi deretan derita dan kelelahan untuk ” menyelesaikan”. Bila calon pemimpin menyadari ini  maka tentu tidak ada lagi yang berani sombong karena kekuasaan atau jabatan. Tidak ada lagi yang mau merekayasa Undang Undang Politik untuk terus berkuasa. Tidak ada lagi fitnah. Tentu tidak adalagi kelaparan dan kematian karena kemiskinan. Mungkinkah...

Monday, July 9, 2012

Marzuki Alie..


Marzuki Alie, adalah pria kelahiran Sumatera Selatan. Latar belakang pendidikannya adalah bidang Ekonomi Management dan kemudian dilanjutkan Corporate Finance pada Master degree. Sepanjang karirnya dia hanyalah PNS yang terakhir bekerja sebagai Direktur PT. Semen Baturaja. Kemudian ketika peluang reformasi memungkinkan siapa saja masuk dalam kancah bisnis pada bidang politik maka diapun bergabung dengan Partai Demokrat. Demikian sekilas rekam jejak latar belang seorang  Marzuki Alie. Dia hanya tahu bahwa dalam system demokrasi pemenang ditentukan oleh kepiawaian mengemas strategi kampanye untuk menggiring rakyat bodoh kedalam bilik pemilu dan memilihnya. Itu sebabnya dia terobsesi dengan marketing politik dan akhirnya diperdalamnya dalam bidang keilmuan dengan mengatarkannya sebagai PHD dalam tesis Marketing Politik pada University Utara Malaysia. Ya bagi Marzuki Alie , politik tak ubahnya business, yang butuh strategy marketing untuk instant menjadi pemenang,  bukan  social effort yang lahir dan ditempa lewat perjuangan panjang ditengah masyarakat yang harus dibela karena Allah.

Kini Marzuki Alie duduk sebagai Ketua DPR RI dan sekaligus sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Apakah dia qualified sebagai pejabat Negara atau politisi? Saya tidak tahu pastinya. Dalam teori intelligent ada cara untuk mengetahui karakter seseorang sekaligus mengetahui apakah dia jujur dengan sikapnya. Caranya adalah ajukan pertanyaan mudah maka dia akan menjawab dengan spontan. Jawaban spontan inilah kebenaran yang keluar karena tanpa kendali otak kirinya. Kadang orang tidak sadar akan hal itu.  Ada beberapa kata kata yang keluar dari Marzkui Alie yang direkam oleh wartawan dan ini bisa kita jadikan cara untuk menilai pribadi Marzuki Ali. 27 Oktober 2010, setelah nelayan di Mentawai, Sumatera Barat, terkena tsunami.  Ketika ditanya atas bencana itu, dia menjawab “ Ada pepatah, kalau takut ombak, jangan tinggal di pantai. 17 Februari 2011, Anggota DPR melakukan kunjungan kerja ke luar negeri membawa serta istrinya. Marzuki menanggapi, "Laki-laki sifatnya macam-macam. Ya, perlu diurus untuk minum obat, (atau) pengin hubungan dengan istrinya rutin. Itu terserah. Sepanjang tidak menggunakan uang negara."

26 Februari 2011, Marzuki mengomentari sejumlah kasus yang menimpa tenaga kerja wanita di luar negeri. "PRT TKW itu membuat citra buruk, sebaiknya tidak kita kirim karena memalukan. 9 Mei 2011, Marzuki menanggapi rencana pembangunan gedung baru di kompleks MPR/DPR yang menuai kritik. "DPR ini bukan ngurusin gedung, tapi rakyat. Kalau saudara-saudara tanya soal gedung terus, DPR tak ada lagi, ngurusin gedung saja. 13 April 2011, hama ulat bulu menyerang Pulau Jawa. "Saya dengar, (serangan hama) ulat bulu sampai ke Jakarta. Itu peringatan Tuhan. 29 Juli 2011, Kasus korupsi di Indonesia terus terungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Terungkap pula kasus politikus Partai Demokrat M. Nazaruddin. "Jadi, kita maafkan semuanya. Capek kita ngurusin masa lalu terus." "Kalau tudingan Nazaruddin terbukti, sebaiknya KPK bedol desa atau lembaganya dibubarkan saja. 21 Desember 2011, Fitra mengkritik besarnya anggaran DPR yang mencapai Rp 69 miliar untuk renovasi gedung. "Kalau tidak mau keluar biaya, kita tidur saja, gampang. Saat kasus Nazaruddin menyeruak, Marzuki membuat usulan mengejutkan yakni memaafkan koruptor. "Jadi kita maafkan semuanya, kita minta semua dana yang ada di luar negeri untuk masuk. Tapi kita kenakan pajak."

Sidang Paripurna DPR pembahasan APBN-P terus dihujani interupsi. PDI Perjuangan menolak usulan kenaikan harga bahan bakar minyak. Waktu kian sempit dan sejumlah politikus PDI-P termasuk Puan Maharani berada dekat dengan tempat duduk pimpinan DPR. PDI Perjuangan walk out setelah mendengar ucapan tersebut. "Anda tak diizinkan ke sini, silakan Anda duduk atau saya akan minta Anda keluar dari ruangan. Anda berusaha membeli waktu.” Ada juga ucapannya seperti ini “  Koruptor adalah orang-orang pintar. Mereka bisa dari anggota ICMI, anggota HMI, lulusan UI, UGM, dan lainnya." Marzuki menyampaikannya dalam acara "Masa Depan Pendidikan Tinggi di Indonesia" di Universitas Indonesia, Depok, Senin, 7 Mei 2012. Terakhir  saat menjadi nara sumber dalam acara seminar yang digelar bersamaan Kongres BEM PTNU se-Indonesia di Unipdu Rejoso, Minggu (8/7/2012). Dia menjawab pertanyaan perserta berkaitan dengan korupsi dan kemiskinan. Jawabnya adalah “Jadi bukan salah siapapun kalau ada orang miskin. Itu salahnya sendiri, karena dia malas, Salah sendiri malas. Kalau mau usaha, pasti tidak miskin.

Demikianlah seorang Marzuki Alie ketika berbicara dan silahkan anda menyimpulkan sendiri kualitas pribadinya sebagai negarawan.  Mungkin ( semoga saya salah ) dia menggandrungi paham demokrasi yang diajarkan oleh JJ Rousseau bahwa dia boleh bebas berkata atau melakukan apapun sepanjang tidak mengancam keamanan orang lain. Ini era kebebasan menyampaikan pendapat. Setiap individu bertanggung jawab atas dirinya masing masing. Setiap individu bebas kaya bebas miskin. Free entry free fall. Padahal demokrasi sejatinya adalah universialisme dimana semua untuk satu , satu untuk semua. Satu kesatuan yang saling kait mengkait sebagai satu bangunan yang utuh. Setiap Individu adalah bagian dari kebersamaan. Setiap masalah kebersamaan diselesaikan bukan hanya dengan akal tapi juga hati untuk terbangunnya  rasa persaudaraan, tenggang rasa, senasip sepenanggungan. Untuk itu diperlukan negarawan yang melihat persoalan secara holistic untuk menyikapinya dengan arif dan bijaksana. Tapi , memang prinsip demokrasi yang dipicu oleh sikap individualism tidak mungkin melahirkan negarawan kecuali gerombolan yang menjadikan politik sebagai profesi business, bukan pengabdian sebagai amanah dari Tuhan. Maka dengarkah dia berkata...

Thursday, July 5, 2012

Markiah...


Tadi siang saya nonton TV one ada berita seorang ibu  yang mengakiri hidupnya bersama kedua anaknya dengan melompat dari jembatan Pulo empang, Bogor Tengah, Kota Bogor. Akibatnya wanita itu meninggal dunia bersama anak keduanya. Sementara anak pertamanya dapat diselamatkan oleh warga. Kejadian itu Rabu 4 Juli 2012. Dari Koran digital , saya membaca lebih lengkap. Setelah itu saya terenyuh. Saya bacakan kisah itu dihadapan istri saya. Istri saya berlinang air mata.Saya terkejut, karena saya pikir istri saya akan menyalahkan wanita itu karena tidak sabar dalam kemiskinan. Seakan sambil berbisik dia berkata, kita ikut bersalah dengan keadaan itu. Tapi yang lebih bersalah adalah mereka yang duduk dan ditakdirkan sebagai pemimpin di negeri ini. Para tuan terhormat tidak akan pernah merasa bersalah akibat kematian Markiah, Tidak mungkin! Tentu , semua itu karena tuan-tuan para elite penguasa negeri ini adalah orang yang beradab. Mengaku bersih dari segala dosa dan noda.

Tuan memang beradab. Tapi tak ada peradaban ketika Markiah harus lompat dari Jembatan , jatuh dan mati, sebuah harapan telah hilang ditelan debu kepongahan, dan kita semua yang memilih para elite itu tidak berbuat banyak untuk manusia seperti Markiah yang jumlahnya selalu dikaburkan oleh data statisitik . Markiah adalah indikator negatif peradaban. Dia seorang janda miskin. Ketika suaminya meninggal, tak ada harta yang ditinggalkan. Sejak suaminya meninggal dia bersama kedua anaknya tinggal berpindah pindah. Demikian pengakuan dari anaknya tertua. Mungkin setiap dia tinggal terpaksa diusir karena tak mampu membayar sewa rumah. Dari Banten akhirnya dia mati di Bogor. Memang takdir telah berlaku baginya. Selesaikah ? tapi diakui atau tidak , seorang Markiah nasipnya ditentukan oleh tuan tuan terhormat di Parlemen dan Tuan Tuan yang Kabinet dan Tuan President, juga kita yang berkecukupan. Mengapa ? Karena uang semakin banyak , uang semakin sulit didapat oleh simiskin. Ketidak adilan yang memang menyedihkan dan ini teror bagi simiskin secara sistematis, berujung kepada kematian sia sia.

Apa daya Markiah ? Ia hidup di sebuah negeri dengan para birokrat yang seperti tak hendak tahu dan berbuat; kemiskinan akibat sebuah system bukanlah hal yang baru, Ini sudah dibicarakan dan dibahas sejak era kolonialis hingga negeri ini di Proklamirkan. Markiah  adalah sebuah indikator kemalasan da keculasan para pemimpin.  Ia juga gejala kegagalan.  Di China ketika Revolusi kebudayaan para orang pintar dan terdidik serta bangsawan dibersihkan akal dan nyawanya oleh Mao. Hanya karena mereka acuh tak acuh dengan kemiskinan disekitarnya. Mereka dianggap kutu dalam selimut. Mereka pantas mati dihadapan pengadilan rakyat miskin.  Soekarno mencintai Marhaen sebagai buruh tani yang miskin. Ketika PKI tampil membela golongan Marhaen, Soekarno bermasam muka kepada ulama yang tak berpikir membela kaum miskin, kecuali ulama yang mau memikirkan orang miskin, kecuali nasionalis yang mau membela orang miskin. Maka jadilah persekutuan nasionalis dan agama untuk membela kelompok marhaen, bernama NASAKOM.

Apa yang baik bagi China, adalah ketika Deng tidak menyalahkan Mao. Deng belajar dari substansi hati nurani Mao untuk rakyat tertindas. Dengan itulah reformasi ekonomi dicanangkan dengan satu tujuan, mengangkat mereka dari kubangan kemiskinan melalui Produksi. Tapi berbeda dengan Soeharto, ketika Soekarno jatuh, dengan mudahnya menyalahkan Soekarno yang pro komunis, pro marhaen, pro rakyat tertindas. Para agamais juga menyalahkan Soekarno dengan alasan Komunis anti agama. Tapi agamais lupa substansi dari komunis yang membela orang tertindas. Mereka lupa berpolitik demi QS Al-Maun. Para nasionalis juga menyalahkan Soekarno dengan alasan tidak jelas. Tapi setelah itu, Soeharto bicara tentang Repelita melalui berhutang dan mengundang asing datang untuk memberi modal dan tekhnologi. Para Markiah dari kumpulan Marhaen menjadi penonton dalam sunyi ketika buldoser membelah dan meluluh lantakan hutan, memecah gunung dan bukit, meratakan rumah kumuh untuk dibangun Mall dan industry. Nasip kaum Marhaen terlupakan, juga Markiah tenggelam dalam catatan statistic, dan mati tanpa harapan.

Kini, apa yang berubah setelah Soekarno tiada dan Rezim Soehato jatuh? Markiah , tak tahu. Yang saya tahu, Indonesia tak mengalami apa yang dialami Iran. Di sana, demokrasi yang menggantikan kediktaturan  Syah Reza Pahlevi memangkas habis semua mereka yang pernah bersinggungan dengan Syah Reza Pahlevi, bahkan termasuk networking kapitalisme dari Barat dan AS juga disingkirkan. Yang tersisa adalah sesuatu yang baru, dengan paradigm baru untuk rakyat, untuk agama. Apa yang terjadi ? swasembada pangan , Swasembada tekhnologi , swasembada modal , swaaembada kesehatan, dan yang lebih penting lagi adalah kehormatan semakin tinggi. Saya tak tahu adakah ini soal malang rakyat  Indonesia.. Yang pasti, demokrasi datang dan negeri ini hanya punya sederet pengambil keputusan yang kacau, atau tak cerdas, atau bingung. Ya Markiah adalah indicator dari kepemimpinan yang lahir dari system yang kacau dan bombrok.  Tuan-tuan pasti punya sejuta alasan untuk tidak sependapat dengan saya. Tapi faktanya Markiah telah mati.

Kisah tragis Markiah  bukanlah hanya cerita tentang kemiskinan akibat  kekuasaan dan kebebalan. Ia juga cerita sebuah keadaan, ketika seorang bisa begitu putus asa tak ada tempat tinggal , tak ada penghasilan dengan beban dua anak,  sementara tak jauh dari tempat ia melompat dari jembatan , ada rumah pemimpin negeri ini. Ada vila mewah yang diisi oleh  selir para orang kaya di Jakarta , bisa saja mereka anggota dewan atau bisa saja juga pengusaha yang dekat dengan penguasa. Mereka terbiasa menghabiskan urang puluhan juta untuk memanjakan diri ditempat hiburan atau melempar uang lewat phone bankingnya untuk para selir dan istrinya  Cerita Markiah  adalah cerita seorang yang dibunuh dengan acuh tak acuh. Maka ia juga cerita tentang kematian yang tak terdengar, tapi seperti sebuah teriakan.  Markiah  memang tak menggugat siapa-siapa, tapi ia tetap sebuah kontras: ia kecemasan yang tak ditengok. Markiah  akhirnya sebuah cerita selamat tinggal yang tenang. Putus-asa itu tampaknya menyebabkannya siap dan ikhlas. Ia adalah pengingat kita untuk tak kianat kepada UUD 45 pasal 34 dan firman Allah QS Al-maun…

Sunday, July 1, 2012

Aburizal Bakrie ( Ical)


Resmi sudah akhirnya Golkar menetapkan Aburizal Bakrie sebagai calon Presiden. Sebagian orang menanggapi berita ini dengan sinis.Apalagi proses terpilihnya Ical sebagai calon dari Partai Golkar terkesan dipaksakan. Apa kehebatan Ical sehingga pantas dicalon sebagai President oleh Golkar? Inilah pertanyaan yang diajukan teman kepada saya. Menurut saya yang tidak begitu mengenal dekat Ical , bahwa Ical memang kader Golkar yang sudah dibina bertahun tahun. Tampilnya ical dipuncak pimpinan Golkar bukan jalan yang mudah. Ini penuh perjuangan dan tidak murah.  Tentu dia sudah kenyang asam garam politik dan tentu pula hapal diluar kepala kekuatan Golkar sebagai kendaraan politik menuju RI-1. Yang jadi pertanyaan yang tak mudah dijawab adalah mengapa Ical sangat berambisi menjadi President di Indonesia. Apakah murni ingin berjuang untuk kejayaan Indonesia. Kalau , ya , apa program yang akan dijualnya hingga rakyat percaya? Inilah yang membuat saya sendiri bingung.

Semua orang tahu bahwa ical terlahir dari keluarga kaya raya. Ayahnya Abdul Bakrie adalah termasuk orang terkaya di Indonesia dan eksis sejak Orla sampai Orba. Setelah ayahnya meninggal, Ical sebagai anak tertua mengambil alih peran ayahnya untuk memimpin keluarga Bakrie. Ditangan Ical , Bakrie tumbuh semakin besar. Namun ketika krisis moneter 1998, Bakrie termasuk dalam deretan nama yang assetnya dikuasai  BPPN. Keluarga Bakrie menghadapi tuntutan dari Pemerintah untuk menyelesaikan hutangnya. Berkat tangan dingin Ical dan ketekunan serta ketabahannya menyelesaikan masalah, Bakrie berhasil diselamatkan dari jeratan pengambil alihan oleh BPPN.  Tentu ini karena kemampuan Ical meyakinkan para kreditur bank dalam dan luar negeri untuk memberikan kesempatannya dalam program reschedule hutang. Disamping itu memang kedekatannya dengan PDIP dan keluarga Megawati ikut berperan besar. Namun bagaimanapun skema penyelesaian hutang termasuk yang terbaik dibandingkan konglomerat lainnya. Ical memang pantas disebut sebagai wiraswasta tangguh.

Ketika tampilnya SBY sebagai calon president 2004,  Ical berada dibelakang  SBY. Ketika itu Ical bersama JK keluar dari group Golkar yang dikomandani oleh Akbar Tanjung. Ical membuktikan strategynya mendukung JK yang mendampingi SBY jauh lebih cerdas dan ampuh. Setelah JK terpilih sebagai Wapres, Ical bersama kelompoknya berhasil menggusur semua pendukung setia Akbar Tanjung dan menempatkan JK sebagai Ketuan Umum Partai. Setelah JK tidak lagi Wapres , Ical bersama kelompoknya mampu menyingkirkan JK dalam Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar dan menempatkannya sebagai Ketua Umum. Namun ini semua berkat kekuatan dana yang ada ditangannya. Dengan dana itulah Ical membeli kekuasaan dari DPD Golkar diseluruh Indonesia. Semua masih ingat janjinya yang akan memberikan dana abadi kepada golkar sebesar Rp. 1 triliun bila dia terpilih sebagai Ketua Umum. Sebagai pemain politik dia memang piawai memanfaat resource yang dimilikinya untuk unggul.

Kalau dilihat sekilas rekam jejak Ical maka saya sependapat dengan kata teman bahwa apa yang dilakukan Ical dalam politik tak ubahnya apa yang dia lakukan dalam business. Semua sepak terjangnya dalam politik tak lain sebagai upayanya untuk mendukung kepentingan business nya. Kedekatanya dengan PDIP ketika awal reformasi menyelamatkannya dari upaya pengambil alihan BPPN. Sebagai politisi dia tahu betul bahwa kekuatan PDIP tidak bisa berlangsung lama. Diapun mendukung Partai Demokrat secara invisible untuk menjadikan SBY sebagai President. Terpilihnya SBY sebagai President, posisi Ical semakin kokoh dalam business terutama upayanya menjadikan Tambang Batu Baranya sebagai tambang raksasa didunia tercapai dan sudah pula listing di Bursa London. Ketika SBY terpilih kedua kalinya sebagai President, Ical tak lagi berada dibelakang SBY namun bergandengan dengan SBY sebagai Ketua Umum Partai yang menjadi Pendukung Pemerintahan SBY dalam koalisi di Parlemen. Pemainan politik yang ingin mengotak atik business nya lewat hak angket pajak , kandas di DPR dan bahkan membuat SMI yang pertama kali membuka borok Bakrie group soal pajak tergusur dari jabatan Menteri Keuangan  lewat pertarungan kasus scandal Century di DPR.

Dari segi strategy dan taktik serta kepiawaian teamnya di parlemen dan di koalisi, memang Ical berhasil membuat Partai lain tak berkutik, termasuk Presiden. Namun ada satu hal yang membuat kehebatannya useless yaitu pasar yang semakin menyusut sebagai akibat dari crisis global. Seperti halnya negara kapitalis yang kehilangan power menghadapi pasar. Hukum pasar bekerja efektif membuat Group Bakrie limbung. Hampi semua Fund Manager tak lagi tertarik dengan saham Bakrie. Kehebatan direksi dan professional Bakrie menggali hutang dengan memanfaatkan bubble price sahamnya dibursa  , kini ketika bursa jatuh malah menjadi boomerang bagi Group Bakrie. Asset Bakrie semakin menyusut. Tahun 2012 ini saja saham Bumi Resource telah menyusut 43%. Jaminan hutangnya berupa penguasaan saham di anak perusahaan yang ditempatkan pada Long Haul Holding Ltd yang terdaftardi Nevis, West Indies, Kepulauan Karibia tentu juga menyusut. Akibatnya para kreditur seperti Credit Suisse AG menuntut Bakrie untuk menambah jaminan hutangnya atau segera melunasi hutang Bumi Resource  yang berjumlah USD 437 ( Rp. 4 trilun ). Darimana Bakrie mendapatkan uang sebanyak itu ditengah krisis global saat ini?  Belum lagi hutang dari anak perusahaan lainnnya.

Disamping masalah hutang yang menggunung, Keluarga Bakrie juga dihadapkan masalah Lapindo yang belum tuntas diselesaikan. Keadaan Lapindo yang terus mengeluarkan lumpur adalah citra buruk yang tak mudah dihapus oleh rakyat jawa timur yang merupakan populasi terbesar di Indonesia. Belum lagi masalah pajak groupnya yang belum tuntas diselesaikan. Ini akan dijadikan senjata oleh partai lain untuk menjatuhkan citra Ical sebagai calon Presiden. Dan bagaimanapun Ical bukanlah orang jawa, dan dalam sejarah Indonesia paska kemerdekaan hampir tidak mungkin orang diluar jawa bisa jadi Presiden. Suka tidak suka, populasi terbesar Indonesia adalah orang Jawa. Keliatannya jalan menuju kursi orang nomor satu di Repubik ini  bukanlah jalan yang mulus bagi Ical, dan kalau tujuannya ingin menyelamatkan business nya maka itu juga bukan cara yang terbaik ditengah krisis global saat ini. Mengapa Ical tetap berambisi untuk menjadi Presiden? That is only business. Tidak mudah dipahami kecuali memang ambisi alias nafsu, semakin besar resiko gagal semakin besar adrenalinnya terpacu. Dan seperti biasanya Ical selalu keluar sebagai pemenang. Bagaimana selanjutnya? akankah dia berhasil lagi? Kita lihat nanti..

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...