Tuesday, March 13, 2012

Ekonomi dan Politik

Seorang anak muda yang resah dengan system yang ada dibidang perekenomian sempat bertanya apa bedanya perbankan, lembaga keuangan dan Koperasi. Saya tahu bahwa dia bertanya karena berkaitan dengan structure dan system yang berlaku. Ini pertanyaan yang cerdas karena langsung kepada system yang diterapkan dan bukan hanya soal apa yang nampak dipermukaan yang kadang terkesan utopis.  Pertanyaan ini sebetulnya pernah saya ajukan ketika berdialogh dengan professor di Beijing. Dia menjawab pertanyaan saya dengan sederhana. System ekonomi pada suatu Negara berhubungan dengan system politik. Bagaiman kepemimpinan itu dilahirkan akan mencerminkan bagaimana system perekenomian dibentuk. BIla kepemimpinan lahir karena uang atau modal maka yang akan muncul adala system politik yang bekerja untuk kepentingan pemodal. Rakyat yang dimaksud adalah mereka yang juga punya akses kepada modal dan pasar. Selebihnya adalah sampah.

Baiklah. Saya akan uraikan sedikit. Lembaga perbankan, mereka pooling fund karena legitimasi Negara sesuai peraturan  standard compliance ( Kepatuhan sesuai aturan BI atau OJK ) yang tetap.  Jadi orang narok duit di bank karena dasarnya kepercayaan atas izin yang melekat pada bank. Orang tidak peduli uang itu mau diapain , yang penting dia dapat bukti penempatan dana. Kalau bank itu collapse maka resiko ditanggung Negara melalui LPS ( Lembaga penjaminan SImpanan ). LPS pun dananya dari public sendiri ( Bukan APBN) yang diberi hak memungut premi dari setiap deposan. Bank selalu menentukan bunga deposito berdasarkan suku bunga SBI. Artinya bila tidak ada debitur yang qualified maka mereka bisa lempar dana deposan itu ke BI lewat SBI dan menikmati spread dengan santai. Itu sebabnya bank hanya bekerja berdasarkan laba semata. Ini konspirasi smart antara pemilik modal dan Negara ( BI). Dengan mekanisme ini pemilik bank benar benar bisa menikmati bisnis ponzy yang legitimate.

Lembaga keuangan bukan Bank, mereka pooling fund berdasarkan peruntukan dengan jelas.  Mereka diwajibkan mem presentasikan untuk apa uang itu dipakai, apa resikonya, berapa yield nya , gimana settlement nya. Semua transfarance. DIsamping itu Negara juga berhak mengawasi dengan ketat peruntukan dana itu. Namun yang kita sayangkan adalah lembaga keungan yang didesign ini dilarang masuk langsung ke sector riel. Merka hanya boleh masuk ke sector pasar uang dan modal. Jadi lagi lagi hanya untuk kepentingkan system moneter yang sudah di design dimana uang berputar disana sana saja. Sektor riel tetap tempat yang sophisticated untuk dijangkau oleh kekuatan putaran dana public.

Lantas gimana kelanjutannya untuk perjuangan menggerakan sector riel ?  Saya tidak peduli bila dibilang puritan oleh siapapun bahwa bagi saya KOPERASI adalah cara yang tepat kalau kita ingin bicara tentang solusi yang berbasis dari masyarakat untuk masyarakat, dari tujuan  produksi/jasa , konsumsi maupun financial resource. Koperasi tidak mengenal suara mayoritas. Satu anggota satu suara. Tidak peduli berapa dia punya dana. Koperasi didirikan berdasarkan peruntukan yang jelas dan untuk kepentingan komunitas yang jelas. Para ahli ekonom selalu mengatakan bahwa kelemahan koperasi sangat sulit untuk dijadikan cara spread ownership berskala massive seperti bursa saham. Ya benar, kalau kita bicara  30 tahun lalu. Tapi di era IT system yang sudah melilit dunia, hal itu bukan hal yang sulit. Tersedia database software untuk menggerakan system keanggotaan berskala massive sekaligus clearing house nya.. Lewat IT system, secara otomatis seluruh anggota akan berpungsi langsung sebagai wakil dan ikut mengawasi secara online.

Koperasi adalah hasil renungan panjang seorang M. Hatta, bapak pendiri negeri ini. Dia seorang intelektual yang dibesarkan oleh pendidikan modern di Eropa. Dia juga hidup dalam perjuangan bawah tanah ketika usia belia. Aktif terlibat dalam diskusi lintas isme. Ada yang mengatakan bahwa Hatta adalah sufi modern yang hidup sederhana namun visinya bicara tentang cinta dan kasih sayang kepada rakyat yang lemah.  Baginya koperasi adalah alat perjuangan rakyat untuk melawan kekuatan modal.  Bung Karno dan para pendiri Negara kita mengatakan bahwa Koperasi adalah suku guru perekenomian yang berbasis kepada keadilan social dan ekonomi bagi seluruh rakyat. Mengapa ? karena koperasi yang kuat akan equal dengan kekuatan ekonomi lain seperti PT, BUMN.  Tidak akan ada saling menjatuhkan karena semua bergerak saling memberikan manfaat berdasarkan system yang diatur berbasis keadilan social bagi semua.

Sebetulnya kalaulah rezim ini begitu euphoria dengan system demokrasi maka seharusnya mereka tidak punya alasan untuk menjadikan Koperasi sebagai kekuatan barisan ekonomi Rakyat. Tidak ada system demokrasi pada PT atau Persero. Yang ada adalah  tiran kekuatan suara mayoritas berdasarkan modal, tidak peduli bila penguasa saham mayoritas itu adalah segelintir orang. Di china , kekuatan koperasi terbukti menjadi penyeimbang kekuatan pemodal. Juga di Taiwan, Eropa dan Negara lainnya. Buku tulisan Hatta masih menjadi rujukan bagi para pengambil kebijakan ekonomi makro di Negara tersebut. Jangan sampai dijadikan kebijakan ekonomi Negara berlandaskan kepada ekonomi pasar. Ekonomi adalah politik dan karena itu rakyat memilih pemimpin untuk melindungi mereka dari bayang bayang kekuatan pemodal dan pasar yang rakus juga culas.

Sunday, March 11, 2012

Dana?

Bulan lalu saya bertemu dengan teman di Singapore. Teman ini bekerja pada Lembaga Keuangan international bermarkas di London. Kebetulan saya lagi di Jakarta, dan dia berharap bisa bertemu dengan saya untuk makan siang. Dengan penerbangan pertama dari Jakarta , saya berharap bisa menemaninya makan siang dan dijadwalkan sore saya sudah bisa kembali ke Jakarta. Saya sempatkan untuk bertemu dengannya karena kebetulan perusahaan saya di Hong Kong memang sedang membutuhkan layanan dari perusahaannya. Dia seorang wanita, menurut saya usianya belum genap empat puluh. Dari pancaran matanya saya tahu précis bahwa dia wanita yang cerdas dan perpectionis. Terkesan hati hati bersikap namun tidak mengurangi keramahannya sebagai executive tingkat tinggi. Itu kesan yang saya dapatkan tentang dia. Ada hal yang menarik dari obrolan ketika makan siang itu. Dia mengatakan sedolar putih memutihkan 10 dollar yang hitam. Saya tidak paham apa maksudnya.

Dengan santai dia menjelaskan maksudnya bahwa dari USD 10 dana hasil money laundry operation  , USD 1 digunakan untuk bantuan international. Saya terkejut. Bagaimana mungkin dia bisa menyimpulkan seperti itu. Menurutnya, kebanyakan orang menduga money laundry berkaitan dengan teroris dan perdagangan obat bius. Ini salah besar. Dana haram  yang berkaitan dengan perdagangan obat bius dan teroris jumlahnya sangat kecil dibandingkan dengan total dana haram yang berputar. Hasil  investigasi yang dilakukan oleh IMF tahun 1996 saja jumlah dana semacam ini  yang berputar berkisar  2-5 % dari total dana Global. Diperkirakan nilainya per tahun diatas USD 2-3 trilion.  Bandingkan dengan jumlah APBN kita yang hanya sebesar USD 120 miliar atau GNP kita yang berjumlah USD 450 milliar. Kekuatan financial resource republik dengan penduduk diatas 240 juta orang hampir tidak ada arti dibandingkan dengan segelintir penguasa dana hitam. Jumlah ini dari tahun ketahun terus meningkat.

Mengapa terus terjadi peningkatan ? tanya saya. Karena semakin canggihnya skema lalu lintas uang secara global. Harap maklum , bila awalnya money laundry hanya berkisar soal dana hasil perdagangan obat bius, namun kini dana itu lebih banyak berasal dari penggelapan pajak, dana korupsi dan penipuan berkelas international seperti White collar crime, insider trading dll. Saya teringat kasus bagaimana Bank Century menjelang collapse melalui skema penjualan surat berharga mendapatkan  blocking fund dari Dresdner bank di Swiss. Dengan blocking fund sebagai collateral, BI mengeluarkan kredit likuiditas kepada Century. Belakangan blocking fund itu tidak bisa dicairkan dan harus masuk dalam sengketa di pengadilan. Pada situasi ini BI dalam posisi tertipu oleh sindikat international.  Jumlahnya tidak kecil tapi lebih dari Rp. 1 triliun. Itu salah satu contoh bagaimana canggihnya operation sindikat penipuan international sehingga otoritas bank central yang punya resource raksasa dapat tertipu.

China merupakan Negara rangking 4 dunia sebagai penyerap dan sekaligus channeling dana haram. Teman saya mengatakan bahwa sebagian besar dana itu berasal dari penggelapan pajak melalui transfer pricing. Maklum saja sebagian besar perusahaan TNC mempunya business di China. Karena restriction transfer capital keluar negeri sangat ketat maka sebagian perusahaan TNC menggunakan skema transfer pricing yang rumit untuk menggelapkan pajak dan karenanya tidak aneh bila barang produksi china terkesan sangat murah dibandingkan produksi Negara lain. Bahkan terkesan dumping price.  Bagaimana tidak? Industri itu dari awal memang dirancang untuk skema pencucian uang. Bagi china ini tidak ada masalah selagi industry tumbuh dan angkatan kerja terserap. AS merupakan peringkat pertama tempat pencucian uang karena maklum AS merupakan pusat likuiditas pasar uang international dengan kekuatan  berbebagai produk investasi dari yang regulated sampai yang unregulated ( 144 A SEC Act ).

Eropa , AS, China , Hong Kong dan juga Singapore adalah wilayah sorga pencucian uang.  Mereka mendapatkan manfaat berganda dari keberadaan uang haram, khususnya untuk kemajuan perekonomiannya dan sekaligus sebagai financial resource yang murah dan mudah. Sementara Negara berkembang seperti Indonesia dan lainnya dipaksa untuk patuh dengan standard compliance dari Financial Action Task Force (FATF) dan harus merupakan bagian dari International financial intelligent. Anehnya, dana haram itu mudah terbang dari Negara berkembang dan sulit kembali ke Negara asal. Kalaupun ada sengketa dipengadilan dan menang, tak mudah untuk bisa mencairkan karena ketika dana itu ditempatkan di luar negeri dia sudah bermetamorfosa lewat skema placement, layering, integrity dan utilization yang notabene mengikuti aturan international yang berlaku. Hampir sebagian besar penggugat dana haram tidak pernah dimenangkan oleh Negara asal dana, tidak pernah.

Aturan international yang membatasi arus operasi pencucian uang tidak pernah efektif karena memang dunia dirancang oleh segelintir orang yang menjadikan pemerintah sebagai boneka yang by system tidak berdaya. Inilah neo-colonialism 

Tuesday, March 6, 2012

Mafia minyak ?

Ditengah rencana pemerintah akan menaikkan harga BBM, teman bertanya kepada saya apakah benar ada mafia dalam business minyak ? pertanyaan ini diajukannya karena semua tahu bahwa  pada saat sekarang Indonesia menjadi net importer minyak. Pengadaaannya diatur oleh Pertamina Energy Trading Ltd (Petral )  yang merupakan trading arm Pertamina bermarkas di Singapore. Suara miring yang selama ini terdengar dimana Petral sebagai kepanjangan tangan dari elite politik untuk mendapatkan komisi dari pengadaan BBM ini.  Sebagai praktisis saya katakan kepada teman bahwa mafia perdagangan minyak benar adanya. Namun mafia mekanisme tender dapat dipastikan tidak mungkin terjadi. Mengapa ? tanya teman saya. Karena proses tender minyak itu dilakukan dengan standard international trade dan pemerintah Singapore punya system pengawasan ketat sebagai trade center berkelas dunia.

Justru keberadaan mafia business minyak yang sudah menggurita diseluruh dunia, telah membuat setiap Negara tidak berdaya bermain main dengan system tender. Dalam system tender ini dipastikan siapapun yang tidak qualified sebagai supplier akan tergusur dengan sendirinya. Siapakah yang qualified itu ? ya mereka yang tergabung dalam sindikat perdagangan minyak kelas dunia. Makanya jangan kaget bila pemenangnya itu itu saja. Ini tidak ubahnya dengan pasar uang dalam arena 144 A SEC act dimana hanya pemain yang dianggap sebagai QIP ( Qualified institutional Purchaser ) yang bisa ikut lelang bond berkatagori AAA atau No risk. Minyak dan uang bagaikan sejalin sedarah. Hanya mereka yang benar benar qualified atau mereka yang menguasai stock dan bunker yang bisa masuk dalam proses tender. Bunker dalam sindikat perdagangan minyak tidak selalu berada di refinery tapi bisa juga bunker berjalan yang siap berlabuh dimanapun apabila harga disepakati dan uang tersedia untuk membayar tunai.

Dalam  business perdagangan minyak tidak dikenal dengan istilah structure financing. Semua harus bicara cash.  Ini transaksi tidak berkisar jutaan dollar tapi sudah mencapai ratusan juta dollar. Nah sudah dapat ditebak bahwa pedagang minyak adalah mereka yang juga menguasai peredaran uang didunia. Mereka umumnya punya access ke system keuangan global yang dengan cepat bergerak untuk menguasai stock refinery. Melalui sindikat perbankan international mereka juga sudah menguasai crude oil sebelum diangkat dari perut bumi. Karena maklum hampir semuan perusahaan drilling oil bergantung dengan pinjaman lembaga keuangan. Sebagai salah satu syarat pinjaman adalah adanya ketentuan akan offtaker market. Para offtaker ini umumnya punya hubungan khusus dengan lembaga keuangan karena mereka juga bertindak sebagai pensuplai likuiditas perbankan.

Apalagi stock dalam perdagangan minyak sudah masuk dalam bursa derivative,yang sehingga supply sampai daengan tiga bulan kedepan sudah habis dikuasai oleh pedagang dibursa. Karena sudah menggurita diseluruh dunia maka tidak mudah bagi setiap Negara untuk mengontrol demand and supply pada harga yang rasional. Suka tidak suka, harga pada akhirnya ditentukan oleh segelintir trader yang menguasai stock. Pada situasi ini segala hal mereka lakukan untuk mempermainkan harga. Mungkin ada kekuatan broker yang mengandalkan hubungan kedekatan dengan pejabat di Jakarta tapi Pertamina ( buyer ) tidak mau ambil resiko bila tidak ada kepastian delivery. Untuk memastikan delivery pihak broker harus bisa menunjukan proof of product dalam bentuk certificate product dari bunker atau refinery. Ini tidak mudah karena untuk menguasai stock , broker harus punya uang tunai sebagai jaminan. Umumnya broker tidak punya uang kecuali akses ke barang dan politik. Dalam Trading oil , ini tidak laku untuk menjadi pemenang tender. Hal inilah yang kadang orang awam tidak paham.

Hal lainnya yang jadi pertanyaan awam selama ini adalah mengapa pemerintah melalui BUMN seperti Pertamina tidak membuat penyulingan minyak ( Refinery )  sendiri sesuai kebutuhan dalam negeri ? kata teman saya. Menurut saya bahwa  Investasi refinery bukan investasi kecil. Ini menyangkut dana raksasa. Minimum untuk kapasitas kecil diperlukan dana ratusan juta dollar. Kalau yang menengah bisa mencapai miliaran dollar.  Persoalannya adalah resiko business refinery adalah jaminan supply crude oil. BIsa dibayangkan apa yang terjadi dengan investasi kilang berskala raksasa bila tidak ada jaminan bahan baku untuk ber produksi. 
Memang acap saya dengar rencana pendirian refinery didukung oleh beberapa perusahaan minyak kelas dunia tapi ini hanya dokumen yang tidak bisa menjamin apapun. yang bisa menjamin adalah uang. Siapa yang punya uang ?

Bila jaminan supply crude oil tidak ada maka tidak ada perbankan atau private investor yang akan masuk. Resikonya sangat besar. Pertamina saja harus mengeluarkan segala sumber dayanya untuk mendapatkan pasokan crude melalui pasar international agar pusat penyulingannya di  Dumai Aceh, Balongan, Cilacap, Balikpapan dan Kasim Papua dapat berproduksi. Itupun dalam kapasitas tidak penuh maklum sebagian besar kilang itu sudah berumur lebih dari dua puluh tahun.  Makanya sebagian kebutuhan BBM di import langsung. Walau kini pemerintah sudah memberikan izin kepada 20 perusahaan dalam dan luar negeri untuk membangun kilang namun , menurut saya itu tak lebih project mimpi. Terbukti project refinery Selayar di Sulawesi sejak tahun 1996, sampai kini belum terbangun, belum lagi yang lainnya. Kita akan selalu tergantung dengan kekuatan segelintir pemain minyak yang menguasai hulu sampai hilir, termasuk financial resource.  Sementara kita tidak bisa menunda akan kebutuhan minyak dalam negeri.

Jadi suka tidak suka, pemerintah diseluruh dunia termasuk Indonesia sudah terjebak oleh mafia perdagangan minyak yang begitu perkasa dan bermain canggih lewat SOP tender  oil international, dimana hanya mereka yang berhak dan pantas sebagai pemenang. Sebentar lagi harga minyak akan naik dan kita meradang dengan ketidak berdayaan APBN menyediakan subsidi. Inilah akibat dari pasar bebas. Secara system kita terjajah dan benar benar terjajah, bukan oleh Negara lainn tapi oleh kekuatan kapitalis…

Friday, March 2, 2012

Harga Minyak naik ?

Harga minyak mentah AS naik lebih dari USD 10  per barrel. Ini terjadi pertama kali sejak bulan May setelah berita milik pemerintah Iran melaporkan adanya ledakan pipa minyak Arab Saudi di Awwamiya. Pasar Futures meningkat menjadi USD 110,55 pada perdagangan di NY. Minyak mentah untuk pengiriman April naik US $ US1.77 menjadi USD 108.84 per barel di NYMEX.  Minyak Brent untuk pengiriman April naik US3.54, atau 2,9 persen, ke level tertinggi 10 bulan  pada posisi  US126.20 per barel di Futures yang berbasis di London. Walau pemerintah Saudi membatah berita itu namun tidak meredam gejolak harga minyak. Maklum saja , harga minyak naik karena berita. Pedagang  tidak mau ambil resiko karena ini berkaitan dengan persediaan dan suplai minyak.

Memang kekawatiran komplik yang terjadi antara polisi Saudi dan demonstran Syiah di Awwamiya dan al-Qatif, telah meningkat sejak 11 Oktober . Bahkan polisi terluka dalam bentrokan itu. Pihak Arab Saudi dan AS menduga bahwa pemerintah Iran berada dibalik komplik ini.  Akibat dari komplik ini harga minyak melambung.  Keadaan pasar minyak keliatannya kedepan akan semakin panic. Iran telah menghentikan penjualan minyak ke Eropa. Belum lagi berita ketika Norton Schwartz, Kepala staf Angkatan Udara AS , mengatakan bahwa Kepala Staf Gabungan telah menyiapkan opsi militer untuk menyerang situs nuklir Iran jika terjadi konflik dan Israel akan dilibatkan dalam serangan ini.  Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan untuk bertemu dengan the American Israel Public Affairs Committee di Washington pada 5 Maret, sehari setelah Presiden Barack Obama berbicara dengan kelompok utama lobi pro-Israel di Amerika Serikat.

Teman saya seorang analis pasar sempat bingung dengan situasi ini. Menurutnya keadaan pasar property AS semakin membaik dan tingkat pengangguran semakin berkurang. Ekonomi mulai nampak bergairah. Namun dengan kenaikan harga minyak ini maka akan membuat keadaan ekonomi yang sudah melaju percaya diri akan kembali melambat. Ada apa sebenarnya?. Apa agenda dibalik ini semua?. Dia bingung.  Karena menurutnya, seharusnya, pihak AS dan Eropa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ini dengan menghindar dari segala komplik regional. Apalagi issue soal Iran ini , sudah seharusnya disikapi dengan bijak. Bila komplik benar terjadi, tidak tahu bagaimana keadaan perekonomian dunia , katanya. Sangat mengerikan.

Dampak bagi perekenomian dunai sangat luar biasa , termasuk Indonesia. Tentu setiap kenaikan harga minyak dunia akan berdampak kepada tekanan APBN. BIsa saja sebagian orang mengatakan bahwa kenaikan harga minyak tidak begitu berpengaruh terhadap APBN namun yang harus disadari bahwa kita tidak lagi surplus minyak tapi kita minus dengan menjadi net importer minyak. Kini pemerintah terpaksa merevisi APBN-P 2012 dengan mengurangi beban subsidi BBM. Direncanakan harga BBM akan naik sebesar Rp. 1000 – Rp. 1.500. Dengan kenaikan harga ini pemerintah diperkirakan bisa menghemat APBN sebesar Rp. 25 triliun. Memang bagi Indonesia , kenaikan harga minyak dalam satu dilemma besar. Bila subsidi dihapus maka APBN akan aman untuk terus menjaga pertumbuhan ekonomi. Namun ongkos politiknya mahal sekali. Ini akan memicu keresahan public. Bila subsidi tidak dikurangi maka akan membebani APBN dan semakin mengurangi daya dukung APBN bagi kesejahteraan rakyat.

Bila harga minyak naik maka yang pasti diuntungkan adala produsen minyak. Siapa mereka itu. Semua sudah tahu bahwa mereka adalah kelompok raksasa yang sebagian besar merupakan konsorsium TNC Eropa dan AS. Sudah dapat dipastikan bila harga minyak setinggi ini maka peluang explorasi minyak laut dalam yang tadinya terhenti akan kembali bergairah. Tentu kenaikan harga itu akan terus dipertahankan untuk menjaga Return on investment. Caranya adalah memelihara komplik. Sementara ongkos dari komplik itu yang membayar adalah public dengan naiknya harga konsumsi minyak. Bagaimanapun bagi Indonesia, inilah harga dari keterbukaan pasar dan tanpa disadari semua sumber daya alam migas kita dikuasai oleh Asing. Kita hanyalah penonton dari kemelimpahan laba minyak. Sementara bagi hasil yang kita harapkan terserab lebih banyak untuk cost recovery yang sebagian besar kembali kepada pemegang kontrak. Sangat menyedihkan… 

Thursday, March 1, 2012

Kelas Menengah ?

Di Jakarta, kalau saya ingin minum secangkir hot capucino di Starbucks maka tak selalu tersedia korsi yang kosong. Hampir semua outlet Starbucks selalu ramai dikunjungi konsumen. Padahal harga secangkir kopi  Rp. 37,000 atau setara dengan USD 4. Itu sama juga dengan dua kali penghasilan sehari orang yang dikatagorikan miskin oleh BPS yang berjumlah 123 juta orang di Republik ini. Kalau anda pergi ke kawasan kota dalam kota seperti Kelapa Gading, BSD, Modern Land, Lippo dan lain lain maka anda akan temui mereka tinggal dan beraktifitas. Lingkungan yang nyaman, tertip dan aman. Belum lagi tingkat disiplin yang tinggi karena system lingkungan yang tertata rapi, yang sehingga selalu bersih dari sampah yang menusuk hidung. Ketika duduk santai sambil menikmati secangkir kopi maka saya perhatikan para pengunjung sebagian asyik dengan Note book, Tablet, Iphone Tentu mereka sedang berinteraksi dengan pihak lain melalui device communication nya yang terhubung dengan WIFI.  Melihat suasana di Starbucks , saya merasa berada di Orchard Singapore atau di Causeway Bay Hong Kong atau di CItic Plaza Shenzhen.

Mereka adalah kelompok kelas menengah Indonesia yang jumlahnya sejak sepuluh tahun belakangan ini bertambah dua kali lipat. Pada 1999 kelompok kelas menengah baru 25 persen atau 45 juta jiwa, namun satu dekade kemudian melonjak jadi 42,7 persen atau 93 juta jiwa. Sedangkan jumlah kelompok miskin berkurang dari 171 juta jiwa menjadi 123 juta jiwa. Data itu direkam dari survei sosial ekonomi nasional  yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik pada 1999 dan 2009 . Cara  membedakan kelompok miskin dan kelas menengah dengan memilah jumlah pengeluaran individu per hari. Yang dimaksud kelompok miskin adalah penduduk dengan pengeluaran di bawah US$2 per hari.  Sedangkan, pengeluaran US$2 ke atas atas tergolong kelas menengah yang dikelompokkan dalam sejumlah kategori.

Kategorinya sebagai berikut. Kelas menengah bawah adalah mereka yang pengeluarannya sejumlah US$2-4 per hari, menengah-tengah US$4-10, menengah-atas US$10-20, dan kelompok berkecukupan dengan pengeluaran US$20 per hari. Berdasarkan data itu, jika diperinci lebih jauh, selama sepuluh tahun, kelompok menengah-bawah telah naik dua kali lipat dari 37 juta menjadi 69 juta jiwa. Kelompok menengah-tengah meningkat hampir tiga kali lipat ,dari 7,5 juta menjadi 22 juta jiwa. Kelompok menengah-atas naik lima kali lipat dari 0,4 juta menjadi 2,23 juta jiwa. Sedangkan, kelompok berkecukupan naik 0,1 juta menjadi 0,37 juta jiwa. Saya tidak tahu  apakah data ini benar. Namun yang saya tahu pasti memang kelompok menengah bertambah seiring meningkatnya APBN yang kini telah tembus Rp. 1000 triliun. Lantas bagaimana bisa tumbuhnya kelompok menengah ini? Apakah dikarenakan daya dukung produksi nasional memang meningkat ? 

Menurut saya, ini bukan didasarkan kepada meningkatnya produksi riil yang berbasis SDM dan creativitas tekhnology tapi lebih dipicu oleh naiknya harga komoditas yang berhubungan dengan Sumber Daya Alam, seperti minyak, CPO, Coal, Coklat, dll. Kenaikan harga komoditas ini menguntungkan kelompok menengah yang terlibat didalamnya. Mereka adalah para professional, pedagang, Karyawan, buruh , PNS , politisi dan lain sebagainya. Ditambah lagi, business turunan dari kenaikan harga komoditas itu berkembang pesat dalam maraknya pasar domestik yang umumnya berbasis produk import. Penjualan mobil terus meningkat dari tahun ketahun. Penjualan Perumahan juga meningkat pesat. Pelanggan telp selular juga meningkat pesat bahkan Indonesia merupakan pelanggan selular nomor tiga terbersar di dunia. Dari keadaan inilah ekonomi Indonesia tumbuh pesat dan juga menjadi penyelamat ditengah krisis global dewasa ini.

Menurut pengamat , kelompok menengah Indonesia bukanlah kelompok militan. Mereka sangat pragmatis dan gemar menjadi follower apa saja. Mereka dikenal Mat Nyinyir yang hanya pandai berbicara tak jelas lewat facebook , twitter dan lain sebagainya dan setelah itu mereka lupa apa yang dikatakannya. Ketika harga komoditas turun dan ekspor juga menurun maka kelompok menengah inipula yang paling banyak mengeluh. Tak sedikit yang menyalahkan pemerintah. Bahkan ada yang bernostalgia untuk kembali ke era Orde Baru. Namun selagi mereka aman saja, mereka tidak peduli soal keadilan sosial yang butuh tindakan nyata. Namun banyak pula yang tetap sadar untuk tetap berpikir positip dengan melakukan apa saja agar tidak terseret aruh perubahan. Walau sebagian mereka rentan, pragmatis namun tetap sebagai potensi besar untuk lahirnya Indonesia baru yang kokoh dan berdaulat dinegerinya sendiri tanpa harus menjadi konsumen produk asing.

Caranya , pemerintah harus menyediakan infrastruktur ekonomi secara meluas dengan memanfaatkan kekuatan dana yang berputar dikelompok menengah dan pada waktu bersamaan mulai memberikan kebijakan mendorong produksi dalam negeri. Kehebatan kelompok menengah yang akhirnya menjadi locomotive pertumbuhan ekonomi berkelanjutan telah dibuktikan oleh China, Korea, Taiwan, Jepang dan Malaysia. Namun bila pemerintah tidak bisa memanfaatkan kekuatan kelompok menengah ini maka sedikit saja ada goncang ekonomi makro , mereka akan jatuh miskin , tak ubahnya seperti yang terjadi di AS. Karena tipical kelompok menengah yang rentan , pragmatis ,  mereka mudah frustrasi untuk bergabung bersama mereka yang sudah lebih dulu terpuruk dalam kemiskinan. Harap dimaklumi bahwa kelompok menengah yang frustrasi bagaikan bensin yang mudah dibakar dan menyeret kelompok bawah untuk melahirkan chaos. Revolusi social akan terjadi secara massive.  maka yang terjadi , terjadilah….

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...