Sunday, February 12, 2012

Israel dan Islam

Ada hal yang menarik waktu bertemu  dengan Mark sebelum saya pulang ke Jakarta. Dia sengaja mengundang saya untuk bertemu denganya di Financial Club. Menurutnya ada business bagus yang harus dibicarakannnya. Saya tidak mengerti mengapa dia bicara business. Dia hanyalah fund manager yang setiap hari berkutat dengan data financial dan analisis. Ketika bertamu , dia memperkenalkan clients nya dari China. Clients nya pengusaha dibidang high tech. Dia cerita bahwa clients mendapatkan order dari Israel untuk mensuplai kebutuhan peralatan elektonica canggih system pertahanan AS. Saya sempat terkejut karena dia bicara tentang business persenjataan dan sekaligus menyinggung tentang keberadaan Israel dibalik suplai kebutuhan industry persenjataan srategis di AS. Dia menginginkan saya membantu memberikan solusi sumber pendanaan karena di china kredit export sudah semakin sulit. Kalau mungkin dia menawarkan kerjasama agar saya terlibat dalam business ini.

Today, Israeli contributions to U.S. national interests cover a broad spectrum. Through joint training, exercises and exchanges on military doctrine, the United States has benefited in the areas of counter-terrorism, intelligence and experience in urban warfare. Increasingly, U.S. homeland security and military agencies are turning to Israeli technology to solve some of their most vexing technical and strategic problems. Demikian dia mengawali. Sebagaimana biasanya , saya lebih suka menjadi pendengar yang baik sebelum saya bersikap. Dia mengatakan bahwa Israel tak ubahnya sebagai second home bagi AS. Hampir semua blue print system pertahanan AS dirancang dan dikembangkan oleh Israel.

Walau Israel Negara kecil namun keberadaan mereka dibidang system pertahanan strategis mencakup jet tempur canggih, system radar, system alteleri (rudal) , system serbu darat , dll adalah sangat maju. Lantas bagaimana dengan pemerintah AS sendiri. Tanya saya.l Menurutnya pemerintah AS hanyalah pengambil kebijakan. Kebijakan itu berdasarkan analisa geopolitik dan geostrategic yang dibuat oleh team ahli international Israel sendiri. Mereka adalah lembaga Study yang umumnya dikomandani oleh mantan mantan pejabat tinggi AS  , yang masih sangat kuat pengaruhnya di lingkaran satu kekuasaan AS.

Pertanyaan besar saya adalah bagaimana AS begitu percayanya dengan Israel? Teman itu tersenyum sambil menjelaskan bahwa Israel memang sejak berdirinya dirancang untuk berperang. Umumnya Negara dalam keadaan berperang sangat piawai mempersiapkan segala sesuatunya untuk bisa bertahan, termasuk riset persenjataan. Disamping itu , sudah menjadi platform AS juga Barat bahwa islam sebagai idiologi adalah musuh bersama yang harus diperangi. Selagi keberadaan Israel tetap dipermasalahkan bagi umat islam itu tandanya platform kebijakan global tetap eksis. Mengapa ? tanya saya bingung. Menurutnya lagi bahwa satu satunya agama yang berhasil membangun imperium dunia dan bertahan lebih dari 600 tahun adalah Islam. System islam inilah yang menjadi momok menakutkan sehingga kadang disebut sebagai islam phobia. Bila Israel tumbang maka tumbanglah sekularisme. Islam akan menjadi kekuataan baru yang tak mungkin ada satupun idiologi yang bisa membendungnya.

Bukankah sekarang islam sudah diterima luas oleh masyarakat Eropa dan AS. Islam bukan ancaman serius. Itu saya katakan dengan tegas. Namun dia mengatakan , benar pemeluk agama islam bukanlah ancaman. Yang menjadi ancaman adalah islam sebagai idiologi bernegara. Karena prinsip islam tidak mengenal local tapi globalisasi. Sekali idiologi islam mendapatkan peluang untuk tumbuh dan berkembang maka tidak akan membutuhkan waktu lama  bagi mereka untuk menjadi kekuatan besar dunia dan menggusur semua idiologi. Dia juga menyitir firman Allah tentang keharusan umat islam untuk berdakwah menegakkan hokum Allah secara konprehensive. Ini bukan mitos. Ini serius. Makanya islam ditakuti oleh semua system yang ada didunia. Demokrasi, kapitalisme, sosialisme, komunisme , bergandengan tangan untuk menjadi kekuatan melawan pengaruh idiologi islam masuk kedalam system bernegara.

Jadi itu sebabnya Iran menjadi musuh bersama Barat/ AS juga Negara didunia lewat PBB. Kata saya. Dia menganguk . Segala jenis propaganda digunakan untuk mengecilkan peran Iran sebagai sponsor gerakan bangkitnya kekuatan islam. Termasuk isyu syiah – sunni dipakai agar umat islam terpecah dan terkecilkan dalam pertarungan global merebut hegemony system. Hanya soal waktu Iran akan dihabisi. Katanya. Juga sebagaimana dketahui bahwa ada G20 compliance yang memastikan setiap anggota harus digaris depan membendung hegemoni islam dalam system demokrasi, termasuk membatasi pengaruh islam dalam UU dan Peraturan dinegara yang menjadi mitranya. G20 lebih besar pengaruhnya dan lebih berwibawa dibandingkan WTO dan IMF. G20 sebagai icon kekuatan new world order dalam platform baru dan Indonesia  anggota dari G20,katanya tesenyum.

Saya berusaha meredam ekspresi wajah saya dihadapan teman ini. Betapa saya sangat tersinggung. Tapi apa hendak dikata, sebagian besar elite politik  yang beragama islam tidak menyadari soal inil.  Mereka larut dan mabuk dunia untuk menerima system yang bukan ditentukan oleh Allah dan Rasul. Pada waktu bersamaan kehadiran mereka tak ubahnya sebagai boneka dari kekuatan musuh musuh orang beriman. 
Dengan sesuatu alasan, saya memilih untuk mengakiri pertemuan ini. Itulah yang bisa saya lakukan dalam ketidak berdayaan sambil pulang untuk berdoa. Semoga Umat islam tetap istiqamah dalam perjuangan menegakkan kalamullah…

1 comment:

Rinaldy Roy said...

walan thardho .. millatihimm..

medan pertempuran abadi sampai akhir zaman ..

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...