Saturday, February 18, 2012

Alat perang

AAI Corporation, BAE Systems Inc., Boeing, Carlyle Group,Colt's Manufacturing Company, General Atomics, General Electric ( GEAE),General Dynamics, Honeywell, Lockheed-Martin, Northrop Grumman Corporation, Raytheon Corporation, United Technologies , Pratt and Whitney, Sikorsky Aircraft Corporation. Itu adalah deretan nama perusahaan yang mungkin sebagian anda hanya mengenal nama Boeing yang berhubungan dengan pesawat terbang atau GE yang berhubungan boklam. Tapi sebetulnya kedua perusahaan itu tidak hanya menghasilkan produk generic tapi juga senjata perang, sama dengan deretan nama lainnya.  Data research membutkikan perusahaan perusahaan tersebut mencatatkan penjualan pertahunnya diatas USD 1 trilun atau sama dengan delapan kali APBN kita atau dua kali dari GNP kita.  Anda bisa bayangkan betapa raksasanya mereka.

Bagaimana laba yang mereka peroleh ? dalam satu kesempatan saya pernah bersinggungan dengan pembiayaan project yang pemasok  komponen kebutuhan industry tersebut diatas. Pemasok itu berasal dari China yang bermarkas di Zuhai. Dari data aspek financial yang saya pelajari betapa terkejutnya saya bahwa laba per unit komponen itu bisa mencapai 100%. Ini business menggiurkan. Namun menurut pemasok itu bahwa untuk mendapatkan pesanan tidaklah mudah. Membutuhkan loby yang sulit dan tidak murah. Yang berkuasa dalam business ini adalah para broker ( perantara ) yang punya koneksi kepusat kekuasaan di AS.  Lantas siapa perantara itu ? kebanyakan adalah pe business Arab yang berkantor di London dan NY. Mereka dikenal sebagai peloby ulung karena kehebatan mereka mendatangkan pesanan miliaran dollar AS dari negara Negara Arab kaya minyak.

Bila pemasok komponen menjual mendapatkan keuntungan sebesar 100% lantas bagaimana dengan pabrikan itu sendiri menjual hasil produksinya kepada Negara yang membutuhkan peralatan system pertahanan? Dari penjelasan pemasok , saya dapat ketahui bahwa laba yang didapat oleh pabrikan itu bisa mencapai 10 kali lipat dari harga pokoknya. Jadi bila satu buah pesawat jet tempur seharga USD 250 juta maka harga pokoknya hanyalah USD 25 juta. Ini belum termasuk spare part dan training. Sekali pembeli memesan alat perang maka selamanya pembeli tergantung spare part dari pabarikan.  Soal harga spare part , kekuasaan ada pada pabrikan. Pihak pembeli tidak bisa bernegosiasi. Mereka harus membeli atau alat perangnya useless.  Jadi benar benar business memeras.

Bagaimana jangka panjang business ini ? tanya saya. Pemasok itu menjelaskan bahwa selama ada kerakusan entah itu pengusaha atau penguasa maka selama itupula business ini akan selalu mendapatkan pesanan. Setelah perang dingin usai memang strategi pemasaran produk ini kehilangan momentum namun mereka tidak kehabisan akal. Para perancang pemasaran produk ini adalah politisi yang mendapatkan masukkan dari ahli strategi global yang umumnya adalah orang yahudi. Lewat analisa strategi global inilah rasa cemas dibangun, rasa takut ditebar, rasa tidak aman di kampanyekan. Ada tiga strategy yang diterapkan yaitu 1. Terorisme. 2. Komplik kawasan antara china dengan tetangganya. Antara Rusia dengan tetangganya. Antara Arab dengan israel , Antara Indonesia dengan tetangganya. 3. Iran. Ketiga hal ini saling kait mengkait yang membuat dunia tidak aman.

Arab dengan kekayaan petro dollarnya terus belanja alat senjata demi memperkokoh rezim monarkynya. Taiwan yang bekerja keras siang malam untuk menumpuk devisanya harus mengurai anggaran nationalnya untuk belanja alat perang guna perlindungan dari serangan China. Korea Selatan juga tak ada bedanya dengan Taiwan yang terus mengeluarkan anggaran nasionalnya untuk belanja alat perang guna perlindungan dari serangan Korea Utara.  Singapore dan Malaysia juga melakukan hal yang sama dengan Korea dan Taipeh, Terus setiap tahun belanja alat perang guna perlindungan diri dari Indonesia. Rasa takut dan cemas berpadu jadi satu sebagai ujud rasa tidak aman. Maka para pabrikan senjata akan mendulang laba tak terbilang. Industri senjata memang mengasyikan, karena tidak membutuhkan tenaga kerja berlebih, dan tidak perlu transfarance. Soal promosi , tugas negara dan politisi untuk menciptakan market requirement.

Begitupula business turunan dari senjata yang dekat dengan politik berkaitan dengan konsesi business dinegara negara yang butuh senjata. Jumlahnya tak terbilang. Bahkan hampir sebagian besar potensi negara tersebut praktis dikuasai oleh mereka. Dari semua inilah elite AS menikmati kemakmuran dan menguasai dunia dan mereka tidak peduli lagi soal industry dalam negeri mereka yang menyerap angkatan kerja massal tergusur oleh China. Tak peduli. Karena para pemegang saham pabarikan senjata itu bukanlah Negara tapi sebuah lembaga swasta yang memang buta nasionalisme.
***
Tekad TNI untuk meremajakan Alutsista harus dievaluasi secara menyeluruh. Kita kawatir bila program ini tak lain seni provokasi business persenjataan agar Malaysia dan Singapore semakin memperbesar anggarannya dan disatu sisi kita juga terpancing untuk menguras anggaran kita untuk itu. Sementara perang sesungguhnya seperti yang ditakutkan itu sebetulnya tidak pernah ada. Itu hanya ada dalam  pikiran karena rasa takut dan tidak aman. Keamanan sejati adalah hidup rukun damai diatas rasa hormat untuk saling menjaga dan menolong. Selagi pertikaian tetap ada maka yang diuntungkan adalah pabarikan senjata. Semoga ini disadari oleh semua elite politik,

No comments:

Memahami pasar uang secara idiot

  Kita perhatikan kurs Rupiah turun naik atau terjadi volatilitas. Itu bukan gamebling. Engga perlu ruwet amat lewat Analisa yang canggih un...