Friday, January 20, 2012

Orba In memoriam

Ketika itu tahun 89 saya sebagai buying agent dari Daesung ( Korea ). Sebagai pengusaha muda saya sempat kecewa dengan keputusan pemerintah membatasi Import  “Fit On”. Fit On adalah alat receiver yang ditempatkan pada antenna parabola untuk menerima sinyal televise dari dalam maupun luar negeri. Pemerintah tidak melarang import Fit On hanya membuat spec yang sesuai kehendak pemerintah. Maksudnya agar jangkauan receiver terbatas yang bisa dijangkau oleh public. Maklum ketika itu kebijakan Orba sangat restriction dengan arus informasi global. Untuk itu pemerintah menunjuk satu importer untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Memang sudah tradisi Orba yang selalu menggunakan cara sederhana mengendalikan peredarang barang, yaitu menunjuk monopoli. Dan monopoli itu diberikan kepada Pt. Panca Niaga ( BUMN).

Saya berusaha menghubungi Pejabat Departement Perdagangan. Saya jelaskan kebijakan itu merugikan saya sebagai agent Fit On. Dengan tenang pejabat itu mendengar keluhan saya. Ada satu pernyataan dari Pejabat itu yang sampai kini saya tidak pernah lupa bahwa dia akan melakukan apa saja untuk membantu saya asalkan saya mampu memproduksi sendiri Fit on itu. Dia juga memotivasi saya untuk jangan lagi tergantung dengan import. Sebagai pengusaha muda saya harus creative untuk mandiri, demi kepentingan nasional.  Negara membutuhkan kemandirian dari pengusaha dan Negara akan berada dibelakang untuk membantu.  Saya tahu bahwa business saya hancur karena keputusan pemerintah itu namun didepan saya ada peluang, menjadi produsen. Masalahnya kini bagaimana membuat Fit On itu. Itu yang saya sampaikan dan berharap pejabat itu memahami kesulitan saya.

Tak berapa lama setelah pertemuan itu, pejabat itu mengundang saya datang kekantornya. Ketika bertemu kembali diruang kerjanya, dia memperkenalkan saya dengan tiga orang. Mereka dari Departement Perindustrian, ITB dan Lembaga Eelektronika Nasional.  Dalam pertemuan itu , pejabat itu meminta agar mereka membantu niat saya membuat fit on dan memproduksinya didalam negeri. Setelah pertemuan itu, proses mengarah kepada realisasi produksi Fit on itu memang berlangsung efektif. Sampai akhirnya bisa dibuat prototype untuk di uji coba. Hasilnya luar biasa. Lebih bagus daripada buatan import. Untuk membuatnya dalam produksi massal tentu membutuhkan modal tidak sedikit. Disini , lagi lagi pejabat itu memberikan solusi dengan mengundang bank terlibat membantu mimpi saya.

Pihak bank meminta jaminan pemasaran, sebagai pra syarat pengucuran kredit investasi. Tentu bankpun minta saya menyediakan jaminan. Jaminan pemasaran saya dapatkan dari hak monopoli yang diterima oleh Panca Niaga. Maklum dulu hampir semua Departement berkuasa penuh terhadap BUMN dibawahnya. Jadi cukup satu surat dari Pejabat Departement Perdagangan, Panca Niaga bersedia menjadi mitra saya. Tapi bagaimana dengan collateral.? Saya tidak punya. Lagi lagi pejabat itu memberikan solusi. Dia menyarankan saya menggandeng Yayasan dibawah President sebagai mitra. Diapun memperkenalkan saya dengan yayasan itu. Namun karena bisnis saya tidak  berskala besar, mereka tidak bersedia menjadi mitra. Namun bersedia membantu memberikan rekomendasi kepada bank yang akan memberikan pinjaman.Tak lebih satu bulan setelah business plan disampaikan ke bank, kreditpun sudah cair. Selanjutnya saya focus bagaimana membangun Indusri tersebut.

Apa yang saya alami ini juga dialami oleh pengusaha lain. Ada sahabat saya berhasil membangun industry electronica berupa komponen mesin pemintalan  ( Spinning machine ) untuk kebutuhan pabrik tekstil. Sebelumnya komponen itu diimport namun setelah diproduksi dalam negeri , pemerintah membuat kebijakan pelarangan import. Dulu hampir semua lahan perkebunan besar dikelola oleh Negara lewat BUMN ( PN Perkebunan ) dan belakangan PBS ( Perkebunan Besar Swasta )  di izinkan namun harus diterapkan dengan pola PIR. Artinya harus melibat rakyat sebagai mitra. Jadi bukan buruh seperti sekarang ini. Waktu itu pemerintah memang sangat powerfull. Hampir semua Departement membina langsung BUMN yang sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

Banyak kisah sukses pengusaha ketika itu dan sebagian besar peran serta aktif pejabat pemerintah membantu memberikan solusi. Ketika itu,ada istilah yang hidup ditengah pengusaha, bahwa kalau ingin sukses dalam bisnis caranya cukup ikuti GBHN ( Garis Besar Haluan Negara ). Artinya selagi business kita bersinggungan langsung dengan program jangka panjang pemerintah maka seluruh pejabat akan mendukung. Derap langkah mereka seirama. Koordinasi diantara mereka berlangsung dengan efektif. Para pejabat di Departement sangat efektif menerapkan kebijakan nasional karena mereka punya BUMN dan setiap BUMN juga membina Koperasi /UKM.  Ada pula program Indonesia Incorporate dimana swasta maupun pemerintah bergandengan tangan untuk mensukseskan GBHN. Bila ada kendala dari pejabat Daerah atau LSM maka Tentara melalui PANGDAM, KOREM, KODIM, KORAMIL akan bertindak cepat.

Ya demikian Orde Baru in Memoriam. Tentu tidak semua hal baik tentang orba. Tentu banyak juga kesalahan namun yang harus dicatat bahwa design Orba jelas bahwa kemandirian dan kepentingan nasional diatas segala galanya. Benar bahwa pejabat Orba kolusi dan nepotisme tapi itu bukan kepada asing, hanya kepada pengusaha local. Mungkin yang local itu keluarga pejabat atau teman, tapi  mereka tetap warga Negara RI yang memang berhak mendapatkan fasilitas dari negera. Tapi saat kini, hampir semua industry dan mega project , tak halal dihadapan pemerintah bila tidak ada orang asing. Promosi investasi bagi asing, seperti terkesan mengemis sementara banyak kekuatan local yang mampu memberikan terobosan kemandirian dikerdilkan , seperti kisah anak SMK yang bisa buat mobil dll.  Keberadaan BUMN semakin lemah dan dilemahkan. Sampai kini kita tidak punya lagi project  visioner seperti IPTN, lahan sejuta hektar diwilayah gambut, dll. Negeri ini memang mengarah kepada open source / open platform bagi semua bangsa, di pasarkan dan digadaikan. Tak ada lagi nasionalisme. Tak ada!

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...