Thursday, January 26, 2012

Create society

Dalam perjalanan ke Shenzhen, terlihat antrian panjang orang di gate immigration Hong Kong. Begitupula di station Louhu . Antrian didepan loket kereta panjang sekali.. Maklum ini menjelang tahun baru china  ( China New year ).Sebagian besar penduduk kota pulang mudik. Sama dengan di Indonesia ketika hari raya Idul Fitri.  Ada rasa kagum melihat antrian yang begitu panjang dan terkesan sangat tertip, padahal Polisi nampak hanya 4 orang berdiri diam depan gate.  Saya membayangkan dinegeri saya, masalah tertip antri itu sulit sekali. Saya sampaikan kepada teman tentang kekaguman saya itu. Teman saya hanya tersenyum. Menurutnya mereka semua tertip karena di create oleh pemerintah. Bukan karena dorongan hati untuk tertip.  Pemerintah china sangat ahli tentang tiga hal. Apa itu , tanya saya penasaran ?  Pertama, menciptakan rasa kawatir akan masa depan. Kedua , menciptakan ambisi  akan hari ini. Ketiga ,menciptakan rasa takut akan masa lalu.

Rasa kawatir akan masa depan ? bagaimana mungkin? Dalam system demokrasi semua pemimpin memberikan harapan masa depan lewat retorika. Teman ini melanjutkan bahwa orang akan mendengar apa yang terbaik yang harus dia lakukan hari  ini bila dia dikecam rasa kawatir tentang besok.. Ini sudah hukum alam. Anda akan menunda pekerjaan hari ini karena anda yakin akan ada hari esok. Padahal tomorrow never come.  Kehidupan itu hanyalah hari ini. Besok belum menjadi milik kita. Ok, lah. Bagaimana dengan menciptakan ambisi hari ini ? Tanya saya lagi. Justru dengan adanya rasa takut akan masa depan, membuat orang bersemangat tanpa lelah untuk berbuat apa saja untuk hari ini. Dan bagaimana dengan rasa takut akan masa lalu ? tanya saya. Pemerintah china punya sederet bukti sejarah yang gelap tentang masa lalu , seperti penjajahan jepang, revolusi kebudayaan. Itu semua dibenamkan dalam ingatan rakyat.

Kelihatannya sederhana ungkapan itu. Tapi bagaimana caranya sehingga menjadi sebuah system yang membuat rakyat terjebak dengan rasa kawatir akan masa depan, berambisi akan hari ini dan rasa takut akan masa lalu ? How ? tanya saya. Pemerintah sangat smart. Jawabnya. Bahwa ibarat air , rakyat china itu hanya butuh saluran untuk mereka mengalir deras. Tinggal bagaimana pemerintah menyiapkan kanal  sebaik mungkin agar air itu mengalir sampai  ketujuan.  Ada tiga hal yang  dilakukan pemerintah, yaitu pertama, membuat jalan atau transfortasi  darat , laut , udara sebaik mungkin. Jalan darat  seperti toll way, high way, rel kereta dibangun secara luas di China,  Bandara dan pelabuhan laut dibuat secara meluas disemua provinsi. Industri otomative ( mobil dan kereta ), Industri pesawat, indusri kapal angkut, di bangun oleh pemerintah lewat BUMN china. Riset system tranfortasi dilakukan disemua pusat riset china dan diimplemtasikan dalam setiap periode pembangunan nasional.

Dengan tersedianya  infrastruktur , memungkinkan arus barang dan orang dapat  mobil secara efisien maka ibarat air, rakyat akan bergerak ( mobil ) secara efektif untuk berinteraksi dalam setiap kegiatan business. BIla rakyat sudah disediakan kanal untuk mengalir deras kemana saja maka selanjutnya , kedua, pemerintah china menyediakan zona ekonomi yang bersaing. Pada zona ini semua orang dihadapkan pada satu kondisi, bekerja atau mati.  Kemana saja orang memalingkan wajahnya dan melangkah  mereka dijebak dengan kondisi kerja atau mati. Pekerjaan tersedia luas dimanapun namun ancaman malas adalah kematian ( =tersingkir tanpa dipedulikan ).  Pada kondisi ini, bila terjadi kerjasama antar rakyat , saling mendukung, itu memang tuntutan situasional. Dengan demikian ambisi rakyat pada hari ini adalah ambisi untuk bertahan hidup, bukan mimpi akan masa depan gilang gemilang. Retorika seperti jurkam Pemilu dan Pilkada, tidak ada di china.

Ketiga, pemerintah china menarik investor asing masuk. Setiap keberhasilan asing membangun suatu project ,akan disebar luaskan lewat media massa. Namun pada waktu bersamaan pemerintah mem propagandakan bahwa asing adalah musuh utama dan ancaman masa depan mereka. Dihadapan rakyat ada asing yang bebas berinvestasi dan mereka disadarkan bahwa asing akan memenggal kesempatan mereka untuk hidup pada hari ini.Filem seri tentang kekejaman Jepang ketika menjajah China sampai kini masih terus ditayangkan oleh TV nasional china. Itulah sebabnya , jangan kaget bila rakyat tidak peduli dengan paten atau copy right. Apa saja yang bisa dibuat oleh asing dan laku dijual , mereka akan copy. Lambat namun pasti perusahaan raksasa asing yang ada di China sudah berpindah tangan ke pengusaha local. Ini akan terus berlanjut.

Di Negara kita, orang di buai dengan janji masa depan yang gilang gemilang, sementara hari ini pemerintah mengobral SDA kepada asing, mempersulit  daya saing usaha kecil , menimbun hutang untuk dibayar dimasa depan dan masa lalu yang bau amis darah berusaha dilupakan. Maka dimasa lalu kita tidak mendapat pelajaran untuk hari ini dan pada hari ini tanpa disadari  kita mengubur masa depan itu sendiri…

Friday, January 20, 2012

Orba In memoriam

Ketika itu tahun 89 saya sebagai buying agent dari Daesung ( Korea ). Sebagai pengusaha muda saya sempat kecewa dengan keputusan pemerintah membatasi Import  “Fit On”. Fit On adalah alat receiver yang ditempatkan pada antenna parabola untuk menerima sinyal televise dari dalam maupun luar negeri. Pemerintah tidak melarang import Fit On hanya membuat spec yang sesuai kehendak pemerintah. Maksudnya agar jangkauan receiver terbatas yang bisa dijangkau oleh public. Maklum ketika itu kebijakan Orba sangat restriction dengan arus informasi global. Untuk itu pemerintah menunjuk satu importer untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Memang sudah tradisi Orba yang selalu menggunakan cara sederhana mengendalikan peredarang barang, yaitu menunjuk monopoli. Dan monopoli itu diberikan kepada Pt. Panca Niaga ( BUMN).

Saya berusaha menghubungi Pejabat Departement Perdagangan. Saya jelaskan kebijakan itu merugikan saya sebagai agent Fit On. Dengan tenang pejabat itu mendengar keluhan saya. Ada satu pernyataan dari Pejabat itu yang sampai kini saya tidak pernah lupa bahwa dia akan melakukan apa saja untuk membantu saya asalkan saya mampu memproduksi sendiri Fit on itu. Dia juga memotivasi saya untuk jangan lagi tergantung dengan import. Sebagai pengusaha muda saya harus creative untuk mandiri, demi kepentingan nasional.  Negara membutuhkan kemandirian dari pengusaha dan Negara akan berada dibelakang untuk membantu.  Saya tahu bahwa business saya hancur karena keputusan pemerintah itu namun didepan saya ada peluang, menjadi produsen. Masalahnya kini bagaimana membuat Fit On itu. Itu yang saya sampaikan dan berharap pejabat itu memahami kesulitan saya.

Tak berapa lama setelah pertemuan itu, pejabat itu mengundang saya datang kekantornya. Ketika bertemu kembali diruang kerjanya, dia memperkenalkan saya dengan tiga orang. Mereka dari Departement Perindustrian, ITB dan Lembaga Eelektronika Nasional.  Dalam pertemuan itu , pejabat itu meminta agar mereka membantu niat saya membuat fit on dan memproduksinya didalam negeri. Setelah pertemuan itu, proses mengarah kepada realisasi produksi Fit on itu memang berlangsung efektif. Sampai akhirnya bisa dibuat prototype untuk di uji coba. Hasilnya luar biasa. Lebih bagus daripada buatan import. Untuk membuatnya dalam produksi massal tentu membutuhkan modal tidak sedikit. Disini , lagi lagi pejabat itu memberikan solusi dengan mengundang bank terlibat membantu mimpi saya.

Pihak bank meminta jaminan pemasaran, sebagai pra syarat pengucuran kredit investasi. Tentu bankpun minta saya menyediakan jaminan. Jaminan pemasaran saya dapatkan dari hak monopoli yang diterima oleh Panca Niaga. Maklum dulu hampir semua Departement berkuasa penuh terhadap BUMN dibawahnya. Jadi cukup satu surat dari Pejabat Departement Perdagangan, Panca Niaga bersedia menjadi mitra saya. Tapi bagaimana dengan collateral.? Saya tidak punya. Lagi lagi pejabat itu memberikan solusi. Dia menyarankan saya menggandeng Yayasan dibawah President sebagai mitra. Diapun memperkenalkan saya dengan yayasan itu. Namun karena bisnis saya tidak  berskala besar, mereka tidak bersedia menjadi mitra. Namun bersedia membantu memberikan rekomendasi kepada bank yang akan memberikan pinjaman.Tak lebih satu bulan setelah business plan disampaikan ke bank, kreditpun sudah cair. Selanjutnya saya focus bagaimana membangun Indusri tersebut.

Apa yang saya alami ini juga dialami oleh pengusaha lain. Ada sahabat saya berhasil membangun industry electronica berupa komponen mesin pemintalan  ( Spinning machine ) untuk kebutuhan pabrik tekstil. Sebelumnya komponen itu diimport namun setelah diproduksi dalam negeri , pemerintah membuat kebijakan pelarangan import. Dulu hampir semua lahan perkebunan besar dikelola oleh Negara lewat BUMN ( PN Perkebunan ) dan belakangan PBS ( Perkebunan Besar Swasta )  di izinkan namun harus diterapkan dengan pola PIR. Artinya harus melibat rakyat sebagai mitra. Jadi bukan buruh seperti sekarang ini. Waktu itu pemerintah memang sangat powerfull. Hampir semua Departement membina langsung BUMN yang sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

Banyak kisah sukses pengusaha ketika itu dan sebagian besar peran serta aktif pejabat pemerintah membantu memberikan solusi. Ketika itu,ada istilah yang hidup ditengah pengusaha, bahwa kalau ingin sukses dalam bisnis caranya cukup ikuti GBHN ( Garis Besar Haluan Negara ). Artinya selagi business kita bersinggungan langsung dengan program jangka panjang pemerintah maka seluruh pejabat akan mendukung. Derap langkah mereka seirama. Koordinasi diantara mereka berlangsung dengan efektif. Para pejabat di Departement sangat efektif menerapkan kebijakan nasional karena mereka punya BUMN dan setiap BUMN juga membina Koperasi /UKM.  Ada pula program Indonesia Incorporate dimana swasta maupun pemerintah bergandengan tangan untuk mensukseskan GBHN. Bila ada kendala dari pejabat Daerah atau LSM maka Tentara melalui PANGDAM, KOREM, KODIM, KORAMIL akan bertindak cepat.

Ya demikian Orde Baru in Memoriam. Tentu tidak semua hal baik tentang orba. Tentu banyak juga kesalahan namun yang harus dicatat bahwa design Orba jelas bahwa kemandirian dan kepentingan nasional diatas segala galanya. Benar bahwa pejabat Orba kolusi dan nepotisme tapi itu bukan kepada asing, hanya kepada pengusaha local. Mungkin yang local itu keluarga pejabat atau teman, tapi  mereka tetap warga Negara RI yang memang berhak mendapatkan fasilitas dari negera. Tapi saat kini, hampir semua industry dan mega project , tak halal dihadapan pemerintah bila tidak ada orang asing. Promosi investasi bagi asing, seperti terkesan mengemis sementara banyak kekuatan local yang mampu memberikan terobosan kemandirian dikerdilkan , seperti kisah anak SMK yang bisa buat mobil dll.  Keberadaan BUMN semakin lemah dan dilemahkan. Sampai kini kita tidak punya lagi project  visioner seperti IPTN, lahan sejuta hektar diwilayah gambut, dll. Negeri ini memang mengarah kepada open source / open platform bagi semua bangsa, di pasarkan dan digadaikan. Tak ada lagi nasionalisme. Tak ada!

Tuesday, January 10, 2012

Negara gagal...

Acap kita mendengar bahwa Indonesia adalah Negara  yang paling berhasil melaksanakan system demokrasi. Para politisi  juga ikut mengomentari betapa Indonesia Negara yang paling cepat menyesuaikan diri dengan system demokrasi.  Benarkah ? mungkin ada baiknya kita melihat data riset dari pihak luar. Economist intelligent Unit dalam laporan tentang  Global Democracy Index 2011 menempatkan Indonesia pada rangking 60 dari 167 negara didunia. Indonesia masih dibawah Thailand (rangking 58)  , India  (39) , bahkan jauh dibawah Timor Leste (42)  yang merdeka ketika rezim reformasi berhasil menjatuhkan  Soeharto. Dalam survey tersebut dengan mengacu berbagai indikasi maka Indonesia dinyatakan sebagai Negara yang cacat demokrasi  ( Flawed Democracy ). Mengapa disebut cacat demokrasi ? ya karena pemilu yang penuh dengan kecurangan. Mengapa terjadi kecurangan ? karena memang tujuan orang berkuasa untuk menjadi koruptor dengan mempermainkan janji janji.

Akibat demokrasi yang cacat itu maka dapat pula dikatakan bahwa Indonesia belum masuk Negara modern. Bahkan menurut Failed State Index yang dirilis oleh The Fund for Peace dan Foreign Policy Magazine selama periode 2005-2010  Indonesia masuk dalam katagori Negara diambang gagal. Study ini memberikan posisi peringatan ( warning ), yang apabila tidak diperhatikan dengan serius maka akan segera masuk dalam posisi “waspada”, selangkah lagi menjadi Negara gagal. Yang menyedihkan dari tahun ketahun posisi Indonesia terus menurun dan mendekati Negara gagal. Saya tidak tahu bagiamana para elite menyikapi hasi riset ini. Yang pasti , tidak perlu diperdebatkan karena semua rakyat dapat merasakan dan melihat fakta keseharian.

Indikasi diambang Negara gagal ini seperti pemerintah pusat yang tidak efektif. Banyak kebijakan pusat tidak diperhatikan oleh Daerah. Banyak menteri yang mengabaikan perintah president.  Infrastruktur ekonomi yang payah dan mengakibat ongkos pelayanan public menjadi mahal. Korupsi semakin meluas, dari korupsi receh sampai ke pada korupsi sistematis bergaya mafia. Kriminalitas dan amuk massa mudah terjadi. Terjadi eksodus buruh keluar negeri. Indek ekonomi membaik tapi kehidupan perekonomian semakin memburuk. Gap antara kelompok kaya dengan kelompok miskin semakin melebar. Lantas mengapa ini bisa terjadi ?  Ketika ngobrol diruang tunggu keberangkatan pesawat tadi pagi saya sempat berkenalan dengan seorang Guru besar , dia mengatakan yang menjadi masalah  kita saat ini adalah kekacauan system ketata negaraan.

Menurutnya kesalahan ini berawal ketika di amandement nya UUD 45 tanpa dilakukan study menyeluruh. Seakan amandement itu dibuat dengan terburu buru. Entah mengapa harus terburu buru? Mungkin ada agenda tersembunyi dari kelompok tersembunyi yang ingin membonsai kekuatan Negara kesatuan ini , katanya.  Bayangkan, lanjutnya,  bagaimana program pemerintah akan efektif bila otoritas politik saja tidak jelas. Ketidak jelasan ini berakibat kepada kacau balaunya system pengawasan dan pengendalian administrasi. Dalam situasi kacau balau ini maka hukum menjadi permainan dan kompromi menjadi syah saja terjadi. Karena platform yang goyah akibat system yang kacau, membuat celah korupsi disemua lini terjadi secara legitimate. Sehingga susah diurai. Cobalah perhatikan, semua partai terjebak dalam kasus yang memalukan dan anehnya masih saja mereka bicara tentang demokrasi dan hukum.

Benarkah system  yang salah ? tanya saya. Dia menjawab dengan tegas bahwa secara akademis belum bisa dijawab dengan pasti. Karena perlu study dan kejujuran bersikap. Bukankah dalam setiap Pemilu jumlah pemilih diatas 50%, tanya saya. Kalau jumlah pemilih dalam Pemilu sebagai indikator kesetujuan rakyat terhadap system demokrasi sekarang, itu tidak benar, jawabnya. Karena rakyat hanya sebagai konsumen dan mereka membeli karena sytem promosi dari para elite dengan janji setinggi gunung dan seluas lautan. Namun nyatanya gunung tak terdaki, lautan tak terseberangi. Rakyat tetap ditempatnya tanpa beranjak, bahkan semakin terpuruk kedalam bumi. Kemakmuran hanya ada pada data statistik. Semuanya hanya permainan culas untuk menipu rakyat. 

Dalam sejarah , tidak pernah system politik itu dibicarakan langsung kepada rakyat. System politik itu dibicarakan dan dimusyawarakan oleh para elite yang terdidik dengan baik dan teruji akhlaknya untuk tegaknya kebaikan, kebenaran dan keadilan.  Nah kalau system demokrasi sekarang ini membuat Negara diambang gagal maka dapat disimpulkan sementara bahwa para perancang amandement UUD 45 dan juga mereka yang ada di Senayan, dibalik createor UU itu memang tidak qualified lahir batin sebagai negarawan. Dan akibat ulah mereka, rakyat banyak yang korban dan para elite kekuasaan hidup senang dengan segala kemewahan fasilitas negara. Benar benar culas.
***
Tapi semua itu biangnya karena negara telah menghalau adat sebagai perekat budaya dan mengasingkan agama sebagai fondasi negara dan akhirnya jadilah negeri tak bertuan. Hanya soal waktu, akan hancur dengan sendirinya. Semoga ini disadari oleh kita semua untuk berubah sebelum terlambat...

Monday, January 9, 2012

Harga ?

Tadi pagi ketika sarapan, istri saya sempat nyeletuk bahwa harga beras sekarang setengah juta rupiah  per karung ( ukuran 50 Kg ). Seperti  biasa saya tidak mau mengomentari keluhannya soal harga kebutuhan pokok yang  terus melambung. Namun yang membuat saya termenung dan akhirnya menoleh kearah istri saya adalah ketika dia mengingatkan kepada saya bahwa awal kami berumah tangga tahun 1985 harga baras hanya Rp. 22.000 per karung ( ukuran 50Kg).  Belum usai saya terkejut, dia juga nyeletuk harga emas ketika itu hanya Rp. 20,000 per gram dan sekarang harga mas dipasaran sudah mencapai hampir Rp. 500,000 per gram. “Apanya yang maju negeri ini”?. Nah, ujung  kata yang bernada bertanya inilah yang membuat saya benar benar tertawa. Seorang ibu rumah tangga yang tak paham ekonomi makro namun dapat mengajukan pertanyaan yang menyudutkan tentang public policy theory untuk kemakmuran.

Saya masih ingat ketika tahun 1985,  saya bekerja sebagai Penata Buku ( junior accountant ) free lance dan juga sebagai salesman kimia Industri free lance. Dari dua pekerjaan ini saya mendapatkan penghasilan rata rata sebesar Rp. 300,000 per bulan, Ketika itu usia saya barulah 22 tahun. Kalau di kurs kan dengan emas maka penghasilan saya ketika itu setara dengan 15 gram emas.  Kalau dihitung dengan harga emas sekarang maka penghasilan  saya perbulan  Rp. 7.500.000,00s ( 15 gram emas x Rp 500,000) Besarkan ! Makanya gaji sebesar itu membuat saya financial freedom. Apalagi ongkos bus kota ketika itu hanya Rp. 100. Uang muka BTN ukuran 45/124 hanya sebesar Rp. 400,000 dengan ansuran sebesar Rp. 27,000 perbulan atau hanya memenggal 9 % dari penghasilan bulanan saya.  Walau saya masih berstatus mahasiswa yang harus mencari nafkah untuk keluaga,  saya tidak merasa sulit memenuhi semua kebutuhan hidup. Benar benar hidup sangat bahagia dan lapang ketika itu.

Untuk pekerjaan saya dulu , saat sekarang masuk katagori pekerja lepas yang berhak mendapatkan gaji untuk tamatan SMU dengan UMR sebesar Rp. 1.200.000,0. Coba kurs kan dengan harga emas, maka hanya 2,5 gram emas atau hanya 15 % dari gaji saya dulu. Kalau di kurs kan dengan harga beras maka setara dengan 2,5 karung beras  ( ukuran 50 Kg /karung).  Bandingkan dengan penghasilan saya dulu yang bisa membeli beras sebanyak 15 karung.  Apakah mungkin UMR sebesar Rp 1200,000 dapat mengambil rumah BTN ukuran rumah seperti saya dulu?. Saya rasa di era sekarang itu hanya mimpi bagi pekerja dengan UMR tamatan SMU. Ini realitas. Kebayang engga di era sekarang pekerjaan sama seperti saya dulu  punya penghasilan Rp. 7.500,000.0 /bulan ? Sementara harga beras Rp. 10,000 per kg. Ongkos bus Rp, 3.500.,

Istri saya bertanya “ apanya yang maju negeri ini ?  dengan mengambil parameter beras dan emas. Beras berhubungan dengan perut dan emas berhubungan dengan keadilan alat tukar. Dua hal sangat esensi dalam mengukur tingkat kemakmuran suatu bangsa. Apa artinya data tersebut diatas ? bahwa memang negeri ini dari tahun ketahun tidak ada kemajuan , bahkan mundur kebelakang bukan hanya selangkah tapi beberapa langkah. Apa penyebabnya ? Saya tidak perlu menjelaskan dalam teori yang rumit. Cukup satu kata, yaitu INFLASI.  Inilah biang kemunduran negeri ini. Kebijakan moneter dan fiscal yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi ( GNP ) tentu perlu inflasi sebagai pemicu pertumbuhan, telah memenggal income rakyat. Walau pemerintah bicara tentang inflasi hanya dibawah 2 digit, itu hanyalah boong belaka diatas angka statistik, there are three kinds of lies: Lies, Damn Lies, and StatisticsKadang kenaikan harga disalahkan pedagang. Ini menipu rakyat. Kenaikan harga bukanlah ulah pedagang tapi ulah kebijakan pemerintah.

Dari masa ke masa pemerintah itu beroperasi seperti business ponzy. Mereka membuat kebijakan untuk kepentingan mereka sendiri. Tidak ada kepentingan rakyat. Setiap rezim jatuh meninggalkan luka dan derita bagi rakyat banyak dan selanjutnya digantikan oleh rezim berikutnya dengan janji perbaikan namun tak ada perubahan. Mereka justru melanjutkan permainan ponzy itu dengan bentuk dan rupa berbeda namun esensinya tetap sama, merampok rakyat. Apa permainan ponzy itu ? mencetak uang melalui penarikan hutang ( dalam dan luar negeri) sebagai mesin pendorong pertumbuhan atas dasar asumsi (pasti tidak tepat) dan kita hanya bisa merasakan harga terus naik mengalahkan kenaikan penghasilan tetap. Sementara ekses design pertumbuhan seperti itu melahirkan segelintir orang kaya dan super kaya, entah itu pejabat, politisi ataupun pengusaha yang dekat dengan penguasa. 

Monday, January 2, 2012

China ?

Pada tahun 2001 orang memprediksi China akan bankrupt bila China bergabung  dengan WTO dan mengikuti kepatuhan yang ditetapkan oleh WTO. Maklum saja Negara sosialis harus masuk dalam globalisasi perdagangan dunia, tentu akan menjadikan China sebagai sasaran korban terbesar dari kerakusan kapitalisme. Tapi benarkah ? Nyatanya dibawah kepemimpinan Partai Komunis , China tetap exist sampai kini dan bahkan mencatat rekor sebagai kekuatan ekonomi  nomor dua di dunia.   Mengapa China bisa bertahan ? Pertama tama disebabkan oleh pemerintah pusat China mampu mengelola keterlibatannya dengan WTO dan bermain cantik mengabaikan ketentuan WTO. Pada waktu bersamaan masyarakat Intenational mencoba tolerant terhadap China yang tetap melindungi pasar dalam negerinya dari serbuan produsen asing
Dengan ukuran apapun, faktanya, China memang berhasil membangun negaranya dengan sangat penomental setelah bergabung dalam WTO. Pertumbuhan ekonomi dua digit sejak tahun 1990. Dengan kenyataan ini World bank berani memprediksi bahwa China akan terus tumbuh  8 persen dalam dua decade berikutnya dan IMF memperkirakan lebih hebat lagi bahwa pada tahun 2016 China akan mengalahkan AS dari segi Ekonomi. Benarkah begitu?

Teman saya analis keuangan di Hong Kong menjawab dengan singkat “Don't believe any of this” Karena menurutnya kemajuan China sebelumnya lebih didukung oleh situasi dan kondisi yang memang tepat untuk tumbuh. Lucky time !Ya, kebijakan reformasi Deng bertepatan dengan usainya perang dingin , yang memang pasar dunia terbuka luas. Rakyat  bersemangat tinggi untuk keluar dari cengkraman rasa takut akibat kelaparan Revolusi Kebudayaan ,tidak memperdulikan berapa mereka dibayar atas barang yang dihasilkannya. Bagi mereka ynag penting dapat makan. Itu saja. Ini dimanfaatkan dengan cerdas oleh elite penguasa China untuk menjadikan rakyat banyak sebagai mesin pertumbuhan industri.

Namun ketika crisis terjadi, pasar menyusut. China mulai kehilangan momentum pertumbuhan. Sejak tahun 2008 krisis global terjadi , Pemerintah china telah berusaha dengan segala daya untuk mengantisipasi akibat dari krisis itu termasuk menggelontorkan dana USD 1 triliun untuk stimulus ekonomi. Mungkin ini jumlah dana stimulus terbesar didunia. Tapi apa hasilnya ? Indikator ekonomi menunjukan tak ada hasil apapun dari program stimulus itu. Bahkan memicu terjadinya inflasi ,yang selama ini merupakan hal yang sangat dibenci oleh pejabat di Beijing. Namun inflasi yang dimaksud tetap terkendali lewat kebijakan sector pedesaan yang  solid terhadap rakyat kebanyakan.  Mungkin inflasi terasa berat bagi pebisnis dan pekerja di perkotaan karena hampir semua kebutuhan hidup meningkat mahal tapi tidak bagi rakyat di pedesaan karena pemerintah mengentrol harga dengan ketat.

Yang menjadi isu utama sekarang adalah banyaknya pihak  asing mencela kebijakan Beijing yang tidak pro active untuk memberikan solusi kepada dunia usaha. Demikian yang saya dengar keluhan dari beberapa perusahaan asing. Tapi tidak bagi pengusaha local. Maklum saja, ketika krisis global , pasar export jatuh sampai 40% . Banyak perusahaan asing yang berinvestasi di China ingin mengalihkan pasarnya ke pasar domestic yang sangat potensial . Tapi  UU di china tidak membenarkan perusahaan asing yang berinvestasi di China masuk  kepasar domestic. Belum usai itu lagi, Pemerintah China mulai menaikkan tariff pajak bagi perusahaan asing dan pada waktu bersamaan menurunkan pajak bagi perusahaan local.  Maka jangan kaget bila hampir setiap har ada saja industry asing  di China yang mengandalkan export bertumbangan.

Banyak gedung  apartement yang selama ini dihuni oleh orang asing ,kini ditinggalkan oleh penghuninya karena industry mereka gulung tikar. Pada waktu bersamaan akibat permintaan apartement sebelumnya begitu tinggi telah mengakibatkan bubble assert. Kini ketika krisis , harga apartement jatuh sampai 40 % . Sebagian besar property di China mendapat pinjaman dari Bank dan kini bank di China terancam NPL dalam jumlah besar. Hanya masalah waktu NPL ini akan meledak yang mungkin akan menjadi bencana mortgage melebihi AS.  Usulan untuk memberikan kebijakan bail out bagi usaha property untuk keluar dari jebakan mematikan ini, ditolak keras oleh Pemerintah pusat.

Satu  hal yang mungkin orang lupa bahwa walaupun selama ini China terkesan kapitalis dan tumbuh berkembang lewat pasar bebas namun sebetulnya tidak ada kebebasan ala WTO atau globalisasi. Kepentingan dalam negeri China adalah harga mati yang harus dibela oleh seluruh elite Partai. China tetaplah komunis yang menempatkan mayoritas rakyat sebagai raja diatas segala galanya. Kemajuan china yang spektakuler selama ini akibat foreign investment  hanya dinikmati oleh 20% rakyat yang  menjadi kelompok menengah. Sementara ada 80 % rakyat hidup di pedesaan. Mereka hidup dalam suasana komunis, yang mengutamakan kerjasama, gotong royong menyelesaikan masalah keseharian.  Jutaan buruh migrant yang kehilangan pekerjaan di kota akibat industry yang bangkrut, tetap punya tempat untuk kembali kedesa. Ya kembali ketempat asal mereka untuk bersama sama dengan komunitasnya hidup damai dalam suasana kekeluargaan ala komunis.

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...