Tuesday, October 19, 2010

Deislamisasi

Usai membaca buku Massa Actie tulisan Tan Malaka pada tahun 1926, WR Supratman terinspirasi hebat untuk menulis lagu tentang Indonesia merdeka. Dalam buku itu Tan menulis dalam bab “Khayalan Seorang Revolusioner“ tulisannya : Di muka barisan lascar, itulah tempatmu berdiri..Kewajiban seorang yang tahu kewajiban putra tumpah daranya”. Pada Sumpah Pemuda 28 0ktober 1928, lagu Indonesia Raya pertamakali dikumandangkan oleh seluruh pemuda Indonesia untuk mimpi tentang Indonesia yang merdeka dan bersatu. Kita memperingati Sumpah Pemuda secara nasional. Kita mencatat WR Supratman sebagai penulis Lagu Indonesia Raya, lagu nasional kita tapi kita lupa inspirasi lahirnya lagu itu. Ketika panah melesat, kita hanya melihat mata sang pemanah dan panah yang melesat. Kita sering lupa siapa yang menggerakan mata dan tangan untuk memanah. Sejarahpun melupakan Tan sebagai pendukung Pan Islamic. Kecuali dia tak lebih hanyalah komunis.

Kembali ketika sejarah mencatat tanpa lekang tentang sumpah Pemuda sebagai kelanjutan dari pencetus kebangkitan nasiona 1908. Padahal jauh sebelum Sumpah Pemuda itu digelar, atau 12 tahun sebelum itu ditahun 1916 , telah diadakan Central Sjarikat Islam dalam national Congres Central Sjarikat Islam pertama yang diadakan di Bandung. Tapi ini tidak pernah dicatat dalam sejarah sebagai awal kebangkitan nasional. Dalam buku Sedjarah Pergerakan RakyatIndonesia, Mr. A.K. Pringgodigdo menulis bahwa kenyataannya sampai dengan kongres Boedi Oetomo di Solo tahun 1928, Boedi Oetomo tetap menolak pelaksanaan cita cita persatuan Indonesia. Gagasan yang dicanangkan Dr. Soetomo pada tahun 1908 ( Boedi Oetomo) tak lebih merupakan perserikatan kejawen untuk menerapkan ajaran kedjawen atau djawanisme yang bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan Boedi Oetomo dalam tulisannya di Media Djawi Hisworo berani menghina Rasullullah.

Kita mencat dalam sejarah bahwa hari pendidikan Nasional diambil dari hari lahir Ki Hadjar Dewantara, pendiri taman siswa pada tahun 1922. Padahal ini tak lebih adalah perkumpulan Kebatinan Seloso Kliwon. Tapi anehnya hari lahir KH Achmad Dachlan pendiri Perserikatan Muhammdiyah pada tahun 1912 atau sepuluh tahun lebih awal dari berdirinya Taman Siswa , tidak pernah ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional. Padahal perguruan Muhammdiyah sampai kini masih exist dan terus berkembang sebagai provider pendidikan disetiap jenjang dan disetiap pelosok tanah air. RA Kartini yang kita catat dalam sejarah sebagai pencetus emansipasi wanita tak lebih hanyalah orang menulis dalam kegalauannya ditempat gelap dan tak kuasa menolak untuk dijodohkan dengan pria pilihan orang tuanya.. Tidak ada karya nyatanya untuk emansipasi wanita tapi Nyai Achmad Dahlan sebagai pendiri Aisyiah ( pergerakan kaum wanita dibidang social dan pendidikan ) yang sampai kini buah karyanya masih kita rasa tidak pernah dicatat dalam sejarah nasional.

Merah Putih adalah bendera nasional kita. Bendera pusaka kita. Tapi banyak orang lupa bahwa tanpa keterlibatan ulama dari sejak awal pembentukan republic ini, tak mungkin ada merah putih, Karena budaya merah putih berasal dari bendera Rasulullah. 68 Batalion sebagai cikal bakal TNI adalah bekas PETA dan sebagian besar dari mereka adalah ulama dan para alumnus santri. Karena diplomasi politikus dimeja perundingan gagal mendapatkan hak pengakuan kedaulan Indonesia secara utuh maka pada tahun 27 desember 1949 atau empat tahun setelah prokmasi kemerdekaan, Indonesia menerima sebagai negara RIS ( Republik Indonesia Serikat). Sebagai taktik untuk kemenangan Imperilais dalam politik adu domba. Namun berkat Muhammad Natsir sebagai PM yang juga intelektual islam, ulama dan politikus berhasil membubarkan RIS dan kembali kepada NKRI. Natsir tidak dicatat dalam sejarah sebagai pemersatu bangsa. Bahkan dizaman Soekarno dia penjara dan era Soeharto dia dikucilkan.

Apa yang terjadi dari masa kemasa tentang bangsa ini ? tak lebih adalah upaya tanpa lelah untuk melakukan deislamisasi. Satu upaya untuk mengikis habis jejak sejarah para ulama dan santri untuk berdiri republic ini. Padahal Douwes Dekker pernah berkata “ Jika tidak kerena sikap dan semangat perjuangan para ulama, sudah lama patriotisme dikalangan bangsa kita mengalami kemusnahan. Keadaan desilamisasi itu, sampai kini terus berlangsung. Ulama dipenjara , para santri dicurigai. Ini membuktikan satuhal bahwa kezoliman imperialisme tak hilang walau orang berkulit merah telah hengkang dari negeri ini. Selagi kezoliman itu tetap ada maka selama itupula deislamisasi terus akan berlanjut dan neocolonialisme terjadi dikeseharian kita sebagai bangsa. Bangkitlah wahai pemuda. Bangkitlah...bentangkan perjuangan , ayunkan langkah agar rahmat Allah sampai …

Monday, October 11, 2010

Akal dan Iman

Pada waktu saya masih remaja , ayah saya pernah menasehati saya “ Hidup berakal, mati beriman” Hampir semua orang minang pernah mendengar soal pepatah ini. Awalnya saya hanya tahu itu sepenggal kata yang lazim diucapkan para orang tua tua kepada anak anaknya. Pada waktu itu, Saya tidak tahu hakikat dari pepatah itu. “Kalau diuraikan makna dibalik pepatah itu tak akan selesai dalam sehari” Itulah kata ayah saya. Setelah dewasa , saya mencoba mendefiniskan pepatah itu untuk menjadi formula hidup. Kehidupan membutuhkan akal namun tujuannya harus didasarkan pada iman. Dari difinisi ini sayapun mulai mengeksplore lingkungan dimana saya hidup. Saya ada dibumi dan diatas saya ada jagad raya. Lingkungan saya terisolasi oleh ruang dan waktu. Diantara ruang dan waktu inilah hadir ketetapan Allah yang disebut sunattullah ( hukum alam, sekular ). Tanpa ilmu, gelap jalan dilalui. Tanpa iman , tak jelas kemana hendak dituju. Ilmu bersendikan syariat , syariat bersendikan kitabullah.

Membahas soal tersebut diatas.. Saya ingin memaparkan analogi. Kalau kita melihat buah durian, kitapun langsung meneteskan air liur untuk menikmatinya. Kita acuhkan kulitnya yang berduri keras. Kita acuhkan resiko mengupasnya dengan tangan. Persepsi kita , Durian tetap adalah sebuah makanan yang lezat. Ini proses akal; Harum , itu berasal dari indra penciuman kita. Rasanya yang gurih karena indra perasa kita. Bongkahan yang menggiurkan , karena indra mata kita. Akal menerima informasi dari mata, lidah dan hidung, menterjemah sebuah ide bahwa itu lezat. benarkah.? Sementara di Afrika, tidak ada satupun orang makan durian karena mereka anggap itu makanan dewa. Idenya dari metafora gaip; kalau kulitnya saja tajam gimana isinya?. Makanya hanya dewa yang pantas makan durian. Begitupula di Thailand. Mereka tidak makan durian karena alasan gaip. Bahwa durian itu makanan Gajah dan gajah itu kendaraan dewa yang mereka sembah.

Kita yang makan durian, orang afrika dan Thailand yang tidak makan durian, sebetulnya sama saja. Karena kedua duanya berangkat dari ide. Satu ide yang datang lewat akal dan satunya ide lewat kepercayaan ( Iman). Hanya bedanya, kita orang Indonesia mendapatkan manfaat dari Durian untuk kalori ditubuh kita dengan kadar gula dan asam yang tinggi. Sementara orang Afrika dan Thailand tidak mendapatkan apapun kecuali hanya kepuasan gaip belaka. Tapi benarkah kepuasan gaip tidak menghasilkan apa apa ? Kalau benar itu, tentu tak mungkin sampai kini orang Thailand tetap tidak makan Durian, begitu juga orang Afrika. Tak sudah kita membahas soal manfaat dari sebuah ide. Karena antara gaip dan akal , dua duanya berujung kepada kepuasan. Tujuannya sama..

Sebagian orang pemuja akal berkata “ Gaip adalah nothing” atau Tuhan tidak ada. . Baiklah, mari kita lihat akal kita. Buah durian itu terasa enak, karena lidah kita. Bukan pada duriannya. Durian itu harum, karena hidung kita. Bukan pada duriannya. Bongkahannya menggiurkan karena mata kita. Bukan duriannya. Lantas dimana durian itu ? Tidak ada. Itu semua hanya sebuah ide yang ada. Lantas apa bedanya dengan orang afrika, thailand yang tidak makan durian karena keyakinan gaip. Saya tidak akan membuat satu kesimpulan sendiri karena hanya sebatas analogi yang terbatas. Mungkin renungan David Hum yang dikenal sebagai ahli filsafat idealis dapat didengar bahwa pada akhirnya semua itu kembali kepada diri kita sendiri. Ternyata pada diri kita itu ukurannya bukan akal tapi sesuatu yang gaip. Apa itu. Kepuasan !. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa kita sendiri adalah repliksi dari sesuatu yang gaip. Akal tidak akan pernah tuntas menterjemahkan hakikat materi ( bunder of conceptions). Makanya terlalu memuja akal akan berujung kepada kebingungan sendiri. Tapi terlalu muja yang gaip juga bisa frustrasi.

Dimanakah kita harus tegak. Apakah keimanan pada yang gaip belaka atau pada akal kita yang bisa dihitung dan dinalisa ? Jawabanya tidak pada iman semata juga tidak pada akal. Kita harus berada ditengah tengah. Harus seimbang. Inilah yang disebut dengan cerdas dalam hidup atau disebut oleh orang minang “berakal “. Ketika berurusan dengna muamalah ( Dunia) , kita harus lepaskan belenggu gaip dalam diri kita. Kita adalah kita yang terikat dengan sunattullah. Allah menjamin rezeki semua makhluk tapi Allah tak pernah mengirim makanan kedalam sangkar burung. Disinilah perlunya ilmu untuk memahami hukum sebab akibat. Semakin luas pengetahuan kita akan sesuatu semakin luas rezeki Allah sampai. Tapi ketika rezeki didapat maka kita harus kembali kepada Allah (keimanan ) agar tujuan hidup tetap terjaga. Tak akan pernah kita kembali kepada Allah bila setiap syariah diawali tidak untuk Allah. Makanya niat itu sangat penting. Ada awal tentu ada pula akhirnya. Buruk diawal , buruk pula akhirnya.

IItulah perlunya Agama. Agama hidup dan menghidupi akal dan tidak bisa didebat. Karena agama mengajarkan tentang eksistensi Tuhan yang tidak terisolasi oleh ruang dan waktu. Agama mengajarkan hubungan manusia dengan Tuhan. Mengajarkan cinta dan kasih sayang. Semuanya sesuatu yang gaip namun memahaminya haruslah dengan ilmu. Harus diimani untuk sampai pada tujuan yang sebenarnya dan tentu akan berujung pada rasa syukur kepada Allah. Inilah kepuasan sejati. Selagi observasi indra menuntun akal kepada akal lagi maka selama itupula manusia kehilangan makna. Negara yang membuang agama dalam ranah politik sosial ekonomi juga negara yang kehilangan makna.

Hiduplah berakal , dan mati beriman.. “.Keseimbangan dan bermakna

Friday, October 8, 2010

Revolusi ?

Minggu lalu ( kompas 6/10/2010) Ketua Komite Ekonomi Nasional yang bernaung dibawah kantor Kepresidenan menyampaikan pidato pada dies natalis ke-47 Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor. Dia mengatakan bahwa saat ini nilai produk domestik bruto (PDB) Indonesia 700 miliar dollar AS atau sekitar Rp 6.300 triliun. Tahun depan diperkirakan PDB akan naik menjadi Rp 7.000 triliun atau 770 miliar dollar AS. Dari data itu dia menyimpulkan bahwa dalam tahun 2030 Indonesia akan masuk lima besar kekuatan ekonomi dunia. Kita akan bersanding dengan China, Amerika Serikat, Jepang , Eropa dan Korea. Kalau benar itu akan jadi kenyataan pada tahun 2030, lantas benarkah indonesia dengan populasi 200 juta lebih juga merasakan kemakmuran itu ?

Pak Budiono pernah terlempar kata kata tentang kekawatirannya akan bubble ekonomi akibat kebijakan makro ekonomi ( Koran Jakarta 01/07/2010). Ini merupakan pengakuan jujur dari seorang Budiono ditengah pencitraan pemerintah tentang kehebatan pertumbuhan ekonomi kita ? Karena bila kita analisa data pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun nampak sekali ada ketimpangan antara sektor riil dan moneter. Dari tahun ketahun sektor moneter menyumbang 74% pertumbuhan ekonomi dan sisanya adalah sektor riel. Sementara sektor riel lebih didominasi ( sekitar 45% dari akumulasi sektor riel yang ada ) oleh sektor property, Migas, telekomunikasi yang kurang kontribusinya bagi kesempatan kerja luas. Bagaimana dengan sektor Industri ? Dari tahun ketahun data BPS menunjukan terjadinya penurunan. Bahkan tahun 2009 terjadi minus 1 %. Kalau dicermati, pertumbuhan dan peran sektor industri terhadap pembentukan PDB ternyata terus menurun dari 27,9 persen (kuartal I-2008), 27 persen (kuartal I-2009), dan hanya 25,4 persen (kuartal I-2010).

Itulah kenyataan yang ada hingga kita pantas mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang menmpatkan kita masuk dalam G20 hanyalah pertumbuhan semu belaka. Kalau pemerintah memaparkan angka kemiskin menurun , inipun lebih menipu. Bagaimana mungkin pembangun yang bertumpu kepada sektor jasa nontrandable dan meminggirkan sektor riel dapat memberikan sumbangan penghasilan bagi orang miskin dan menampung angkatan kerja. Untuk menampung angkatan kerja baru sebesar 1,9 juta orang pada tahun 2010 hampir tidak mungkin dapat tercapai. Belum lagi stok pengangguran ditahun tahun sebelumnya Sementara pemimpin kita terus saja memperlihatkan angka angka statistik pertumbuhan ekonomi dan dampaknya terhadap penururan kemiskinan. Tapi mereka lupa satu hal bahwa pertumbuhan ekonomi yang dimaksud tidak seperti teori ekonomi pembangunan dimana pertumbuhan selalu berhubungan dengan keadilan sosial ekonomi bagi rakyat banyak.

Baiklah, untuk membuktikan pertumbuhan itu tidak terkait dengan kemakmuran maka lihatlah kenyataanya tidak ada peningkatan pembangunan insfrastruktur eknomi yang significant terhadap laju pertambahan penduduk. Chairul Tanjung sebagai ketua KEN berkata berdasarkan pengalamannya berinvestasi di Indonesia Timur bahwa”hanya orang gila yang mau invest di Indonesia timur”Begitulah betapa mahalnya ongkos investasi di Indonesia Timur karena keterbatasan Infrastruktur dan ini seperti yang juga di akui oleh Ketua DPR Marzuki Alie. Jangankan di Indonesia timur, di Indonesia barat saja yang padat populasi , listrik masih byar pet, Angkutan massal brengsek, Airbersih yang ala kadarnya.

Model pembangunan yang bertumpu pada sektor nontradable ( jasa keuangan ) memang tidak memerlukan infrastruktur berskala massive. Tidak butuh Kereta Api canggih sepeti China dan Korea punya.Tidak butuh MRT sehebat Hong Kong. Ia hanya butuh insfrastruktur terbatas untuk melayani komunitas yang juga terbatas , dan bahkan sangat exclusive, seperti Hotel berbintang, apartement , block city, Mall. Komunitas itu adalah segelintir orang yang menguasai deposito di bank dan portfollio saham /obligasi dibursa. Menurut Merrill Lynch & Co serta perusahaan konsultan Capgemini Lorenz ( 29 september 2010 ) dalam laporannya menyebutkan hanya sekitar 20,000 saja dari 200 juta lebih rakyat Indonesia yang punya akses kesektor nontradable ini. Memang model pembangunan yang menciptakan kelas.

Saya yakin semua elite politik sadar akan hal tersebut diatas. Mereka sadar biang persoalannya karena jebakan APBN dan hutang. Total hutang negara pada akhir juli 2010 mencapai Rp. 1.627 triliun atau setara dengan 160% total APBN. Inilah yang membuat pemerintah terpasung. Kita akan terus berputar putar dalam situasi yang semu, sementara kemiskinan terus bertambah. Bagaimana keluar dari putaran ini ? hanya satu jalan yaitu revolusi ! Revolusi bukan berarti harus bau amis darah. Tapi revolusi ”mindset ” untuk menjebol kekakuan APBN dari belenggu lembaga kreditur dan watch dog ; IMF, worldbak dan lain lain. Rakyat juga harus siap dengan segala pengorbanan akibar revolusi ini. Mungkin satu generasi akan menderita tapi ada ”hope” untuk generasi yang akan datang. Ini yang harus dilakukan oleh para elite politik kita. Segera !

Tapi kalau tidak ada kemauan untuk melakukan revolusi dan nyaman dengan status quo pertumbuhan semu maka sikap itu akan menimbulkan "keadaan " untuk lahirnya revolusi yang tak santun. Ketika itulah revolusi bukan lagi tindakan bijak tapi sebuah amarah dan dendam,yang tentu bau amis darah. Maka yang akan terjadi, terjadilah...

Sunday, October 3, 2010

Aidit ?

Pada pagi buta,, Jasir Hadibruto Komandan Brigade Infrantri IV membawa Aidit ke Bojolali seteleh berhasil ditangkap dalam operasi penggerebekan ditempat persembunyiannya di Solo. Di kabupaten inilah disuatu tempat Aidit di eksekusi mati tanpa proses pengadilan apapun. Dia hanya dapat perintah dari Panglima Kostrad ( Soeharto ) untuk membereskan Aidit. Ketika bertemu Soeharto pada tanggal 24 November 1965 di Gedung Agung Istana Kepresidenan Yogyakarta, dengan nada polos Jasir bertanya kepada Soeharto “ Apakah yang bapak maksudkan dengan perintah mem-bereskan memang seperti itu “. Soeharto tidak menjawab. Seperti biasa Soeharto hanya tersenyum. Ketika Aidit di eksekusi mati dia masih resmi menjabat sebagai Menko dan Wakil Ketua MPRS.

Aidit adalah tokoh kunci PKI. Dia adalah Ketua Umum PKI ketika itu. Yang merupakan partai nomor empat terbesar di Republik ini. Sepak terjangnya melawan penjajahan tidak perlu diragukan. Dia bersama Suroto Kuntho, Subadio Sastrosatomo dan Wikana adalah otak dibalik penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk memaksa memproklamirkan kemerdekaan setelah Jepang diketahui kalah dalam perang dunia kedua. Soekarno menolak namun keesokan harinya jam 10 Pagi Proklamasi dikumandangkan bersama para pemuda militan yang diantaranya adalah Aidit. Dua bulan setelah Proklamasi kemerdekaan di bulan September Aidit bersama Tan Malaka menjadi motor utama terjadinya rapat raksasa di lapangan IKADA. Ketika itu dilapangan Ikada dipagar betis oleh tentara Jepang dengan senjata terhunus kearah massa. Pada saat itulah meloncat keatas panggung dua orang pemuda yang memimpin massa untuk terus bergerak. Salah satunya adalah Aidit.

Hubungan kedekatan Soekarno dengan Aidit terjalin jauh sebelum kemerdekaan. Tahun 1944 Aidit bekerja di kantor keresidenan Djatinegara bersama sama MH Lukman. Aidit kemudian dipilih Bung Karno menjadi anggota Barisan Pelopor Istimewa. Sebuah kelompok khusus terdiri dari seratus orang pejuang paling dekat dan paling setia kepada Soekarno. Sejak itu mereka aktif dalam gerakan rahasia dengan kelompok militant revolusioner lainnya seperti Sjahrir, Tan Malaka. Mereka juga ikut program pendidikan politik dari para seniornya. Setelah kemerdekaan, meletus pembrontakan PKI dibawah pimpinan Muso tahun 1948, Aidit malarikan diri keluar negeri. Dia meloloskan diri saat Belanda melancarkan agresi Militer Kedua. TIdak ada yang tahu pasti kemana dia pergi. Apakah ke China atau Vietnam. Yang pasti dia terdampar di Singapora dan akhirnya kembali ke Indonesia tahun 1950.

Hanya tujuh tahun setelah perisitiwa Madiun , Pemilu tahun 1955 Aidit berhasil membangun kembali PKI dan menjadi Partai keempat terbesar di Indonesia. Keadaan ini sempat membuat tercengang semua kekuatan politik ketika itu, seperti masyumi , PSI dan lainnya. Artinya hanya lima tahun setelah dia pulang dari Luar negeri , dia mampu membangun kekuatan massa yang begitu dahsyat. Berakar sampai keseluruh pelosok Indonesia dan hampir semua kader PKI adalah orang orang yang militant. Karena dukungan PKI jugalah akhirnya Tahun 1959 Soekarno mempunyai kekuatan penuh untuk mengeluarkan dekrit agar kembali kepada UUD 45 dan Pancasila. Dengan demikian Soekarno berhasil menarik kembali UUD 45 secara murni setelah 14 tahun diselewengkan oleh system parlementer. Soekarno pun kembali menjadi President merangkap kepala pemerintahan. Pada saat itulah Soekarno merebut Irian Barat dari Belanda.

Hanya enam tahun setelah dekrit President itu, Soekarno dijatuhkan yang di picu oleh Gerakan 30 September ,dimana Aidit dituduh sebagai Pemrakasanya. Dan Soeharto tampil untuk berkuasa menggantikan Soekarno dan PKI pun dihancurkan sempai keakar akarnya. Banyak versi sejarah melatar belakangi perisitiwa 30 September 1965 itu. Tapi bila katanya Aidit sebagai dalang gerakan G30 S, sebagai ketua umum PKI , nyatanya tidak pernah diadili dan tidak pernah dijadikan saksi didepan pengadilan. Justru yang diadili adalah para bawahannya dan sebagian mati didepan regu tembak. Dari sosok Aidit yang kita kenal pembela kelas tertindas dan lapar, dia tidak disebut sebagai pahlawan dan memang sebaiknya mati tanpa diadili oleh republik yang dibelanya dengan jiwa dan raga.

Apakah Soekarno bersalah ? Tidak tahu. Karena Soekarno tidak pernah diadili didepan pengadilan dan tidak pernah dijadikan saksi dipengadilan. Belakangan kita bersama sama menjatuhkan Soeharto karena KKN tapi juga tanpa pernah diadili. Para mereka ,Soekarno, Soeharto, Aidit dan lainnya yang tercatat dalam sejarah Republik ini adalah pemimpin . Setiap pemimpin punya agenda. Masalahnya , niat dibalik agenda itu yang tahu hanya mereka dan Allah. Yang pasti setiap mereka akan diadili oleh Allah dengan seadil adilnya. Kepada mereka telah berlaku sunnattulah pada waktunya bunga mekar dan gugur sendiri. TIdak ada yang abadi, termasuk kekuasaan. Pelajaran berharga bagi pemimpin sekarang bahwa sehebat apapun agenda pada akhirnya Allah lah penentu dari semua itu. Maka perbaikilah niat untuk hanya beribadah kepada ALlah maka rahmat Allah akan sampai.

Saturday, October 2, 2010

Qualifikasi Pemimpin

Namanya Dai Xianglong, alumni dari Central University of Finance and economic di China. Setamat kuliah dia bekerja di Yunnan dibagian keuangan pada perusahaan Tambang batubara. Pada usia 29 tahun dia bergabung sebagai kader Partai Komunis dengan jabatan sebagai waki sekretaris Partai Komunis unit propaganda untuk kawasan khusus Industri di Yunnan. Setelah berhasil dalam jabatan ini, dia ditempatkan sebagai Account Officer pada Agricultural Bank of China Jiangsu Branch hingga menjadi wakil direktur untuk cabang Jiangsu. Kemudian karirnya terus naik menjadi Gubernur Agriculture Bank Of china wilayah Jiangsu. Dengan jabatannya itu dia berhasil membina petani miskin dalam mendistribusikan modal dan alat. Maklum Yunnan adalah daerah paling terbelakang di China.

Keberhasilannya meningkatkan peran serta petani dalam kegiatan real ekonomi telah membuat petinggi Partai di Beijing meliriknya. Dianpun di promosikan sebagai Gubernur Agriculture Bank OF China. Selama kepeminpinannya di Agriculture Bank OF china, dia berhasil mendorong produktifitas petani ketingkat tertinggi dalam sejarah dan berhasil meningkatkan porsi Petani dalam GNP. Dari keberhasilanya ini, Partai China mempromosikannya memegang posisi deputy People Banks Of china. Selama dalam posisi ini dia berhasil membuat skema pembiayaan bagi petani China secara nasional dan sangat sukses dalam implementasinya dilapangan. Tahun 1995 dalam usia 51 tahun dia dipercaya menduduki posisi sebagai Gubernur People Banks Of China.

Selama kepemimpinannya sebagai Gubernur bank central China, Dai dikenal sebagai governor who lowers the interest rate. Suku bunga bank tak pernah mampu naik. Akibatnya Industri dan dunia usaha china tumbuh pesat. Bank tidak bisa menikmati bunga dari bank sentral ( seperti kita SBI ) kecuali harus berlomba lomba memacu kredit untuk mendapatkan spread earning dari hasil pooling fundnya. Selama masa jabatannya sebagai gubernur bank sentral china, dia juga mengalami masa masa sulit ketika ASIA dilanda krisis tahun 1998. Pada masa itu tidak ada satupun bank di china yang di bail out dan tak ada satupun dunia usaha china yang collapse. Bahkan Hong Kong yang menjadi target operasi Hedge Fund George Sorros, berhasil diselamatkannya dengan fantatis hanya dua jam setelah Gelombang Hedge Fund masuk ke Hong Kong.

Tentang sosok Dai Xianglong , Fund Manager di Hong kong pernah berkata, tidak ada yang paling disegani oleh pejabat di Barat maupun di AS kecuali Gubernur Bank Central China. Tidak ada satupun pejabat World bank, IMF dan ADB bisa dengan mudah bicara dengan dia. Itulah keperkasaannya. Tahun 2002 diapun hijrah dari Gubernur Bank Central China untuk menempati pos baru sebagai Walikota Tianjin. Misinya adalah menjadikan Tianjin sebagai financial center kelas dunia. Kembali dia membuktikan kehebatannya memimpin selama 5 tahun. Tianjin telah menjelma sebagai Financial Center berkelas dunia dan menjadi Hub untuk arus investasi asing masuk ke China. Hampir seluruh lembaga keuangan kelas dunia hadir di Tianjin. Diapun menjadikan Asian Business School di Tianjin sebagai pusat pedidikan business dan keuangan berkelas dunia.

Keberhasilnya sebagai Walikota Tianjin, menempatkannya sebagai President Social security Fund China ( seperti TASPEN ) dengan pengelolaan Dana sebesar hampir USD 1 triliun. Misinya adalah mengawal dana Sosial Security Fund tidak disalah gunakan untuk kepentingan pasar modal maupun pasar uang. Dia harus mempu menjadikan kekuatan dana itu untuk meningkatkan pertumbuhan sector real dan meningkatkan kemampuan negara menyediakan jaminan social. Jabatannya kini juga merangkap sebagai anggota elite Partai Komunis dalam posisi kunci pada setiap kebijakan yang dibuat oleh committee Partai. Dia punya pesaing hebat yang mungkin lebih hebat dari dia yaitu mantan Wakil Walikota Bejing yang akhirnya dipenjara seumur hidup karena korupsi tidak lebih dari Rp. 2 miliar.

Bagaimana pandangan rakyat China terhadap Dai. Tanyalah kepada Rakyat di Yunnan, tidak ada satupun petani yang tidak mengenalnya. Dai adalah banker yang akrap dengan petani. Mereka tidak pernah bisa melupakan kelembutan hatinya dalam membina dan melindungi mereka. Tanyalah kepada Rakyat Tianjin, semua mereka tidak bisa melupakan kontribusinya bagi kemajuan Tianjin. Ketika dia menjabat waiikota , Tianjin lepas dari mimpi buruk akan kelangkaan air bersih. Dai, berhasil membangun water supply dengan mendestilasi air laut dan mampu memenuhi kebutuhan akan air bersih diseluruh Tianjin. Dia pula walikota yang membudayakan komunikasi dengan rakyat via email dan tak pernah tidak menjawab email yang dikirim oleh rakyatnya. Tanyalah kepada komunitas perbankan di CHina, semua mengenalnya sebagai sosok banker yang legendaris namun rendah hati. Pasih berbahasa inggeris dan francis. Piawai dalam diplomasi namun mampu berkomunikasi dengan petani dipelosok desa dengan bahasa petani pula.

Begitulah cara China menempatkan seseorang sebagai pemimpin. Integritas , capabilitas , dedikasi adalah ketiga hal yang harus dibuktikan dalam perjalanan karirnya sebagai pemimpin untuk pantas memimpin. Sedikit saja cacat maka mereka akan tersingkir. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana Gubernur terpilih bila jabatan walikota saja harus punya qualikasi seperti Dai Xianglong. Bagaimana qualifikasi Menteri dan bagaimana pula qualifikasi Perdana Menteri dan President di China !. Sementara di Negeri kita, Sri Mulyani kita nilai layak sebagai calon President…Saya rasa SMI hanya besar karena media local maupun asing. Belum ada prestasinya yang membuat petani makmur dengan kehebatannya menyusun APBN. Kita tempatkan Pak Budiono sebagai Wapres, kita tidak pernah melihat kemampuannya menekan suku bunga bank ketika dia menjadi Gubernur BI. Saya rasa kualifikasi mereka untuk sejajar degan Dai, masih sangat jauh dan itupun Dai hanya pantas menjadi Walikota di China.

Ya China besar bukan karena sumber daya alamnya. Bukan karena rakyatnya yang banyak tapi karena kepemimpinan yang qualified lahir batin. Bagaimana dengan kita ?

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...