Sunday, August 8, 2010

Qingdao

Di China, disetiap restoran atau Bar, yang tersedia bir bermerek Tsing tao. Ini bir buatan China dan merupakan produsen peringkat sepuluh didunia. Kalau anda mengunjungi situs Web dari produk ini, mungkin inilah satu satunya web minuman keras yang meminta pengunjung untuk memberitahu tentang umurnya. Tahun 2008 saya berkesempatan berkunjung ke pabrik Bir ini yang terletak di kota Qingdao pada semananjung Shandong. Mungkin kebanyakan orang mengenal kehebatan china dari kehadiran zona khusus seperti kota Shenzhen, Tianjin, Zuhai, Shanghai. Tapi ternyata ada kota yang bukan zona khusus tapi perkembangannya sangat pesat. Qingdao merupakan kota pelabuhan nomor sembilan terbesar didunia dan nomor tiga terbesar di China.

Yang menarik adalah kota ini awalnya hidup dari hasil laut dan kemudian berkembang menjadi industri pengolahan hasil laut. Selanjutnya kini berkembang menjadi kota metropolis yang memproduksi berbagai barang kebutuhan dunia. Hampir semua produsen merek terkenal dunia ada di Qingdao. Yang menakjubkan kota nelayan ini memiliki Laoshan yang merupakan kawasan indah berhawa sejuk dan ditetapkan sebagai kawasan Industri High tech. Kawasan ini layaknya resort hotel mewah dengan dilengkapi oleh berbagai aneka hiburan berkelas Disneyland. Dikawasan inilah berdiri berbagai business High tech yang melakukan berbagai inovasi dibidang IT. Kawasan ini terhubung dengan lebih 100 kampus terbaik di China dan beberapa lembaga riset. Dari business IT saja wilayah ini menghasilkan pendapatan lebih dari USD 20 miliar pertahun ( lebih besar dari pendapatan MIGAS kita ). Belum lagi dari industri pengolahan makanan ,perangkat keras seperti TV digital dan lain lain.

Bagaimana Qingdao dapat menjadi tumbuh begitu pesat. Daerah ini mempunyai cuaca yang ekstrim dan tidak sepanjang tahun lahannya dapat ditanami. Lautpun tidak sepanjang tahun dapat diarungi karena alasan cuaca ini. Dengan keterbatasan kota inilah, Pemerintah dan masyarakatnya membangun kemandirian. Tidak ada anggaran khusus yang disediakan oleh pemerintah pusat untuk membangun seperti halnya Shenzhen atau daerah khusus lainnya di china. Mereka menanamkan kemandirian yang bersandar kepada Sumber daya manusia. Mereka menyebut dengan istilah “Inovasi Mandiri “ . Kota ini mengerahkan APBD nya bertahun tahun untuk membiayai 10 Pusat Penelitian ( laboratorium riset ) dibidang high technologi. Sebagai gambaran ,satu kawasan riset itu luasnya lima kali Pusat penelitan nasional Serpong kita.). Juga mendirikan enam Pusat Inovasi dan professionalitas. Dari keberadaan inilah proses berlanjut hingga mengundang berbagai perusahaan kelas dunia untuk bergabung diwilayah ini.

Yang hebatnya , orang asing datang karena membutuhkan tekhnologi untuk meningkatkan kemampuan bersaing atas tekhnologi mereka yang sudah ada. Tapi hak intelektual peneliti Qingdao melengkapi setiap produk yang ada. Mereka mendapatkan copy right dan yang lebih penting adalah Qingdao kini memiliki magnet tersendiri untuk tumbuhnya industri berskala dunia. Disamping itu Qingdao belajar dari banyak kegagalan zona industri didunia yang akhirnya terpuruk karena terjebak inflasi karena high konsumsi. Mereka membangun pertumbuhan tidak didasarkan kepada konsumsi tapi oleh produksi. Makanya gaji seorang insinyur akhli di sana tak lebih dari USd 1500 tapi mampu memenuhi kebutuhan melebihi seorang yang bergaji USD 5000 di AS atau Eropa atau dikota lain di china.Dengan demikian Qingdao , mampu menjual kualitas SDM mereka dengan tingkat efisiensi yang sangat tinggi dan inilah yang menjadi magnet raksasa untuk mengalirnya investasi bagi kemakmuran wilayah itu.

Yang membuat saya terharu adalah perusahaan yang kini memimpin kemajuan di Qingdao tadinya adalah perusahaan sejenis UKM. Bukan konglomerat bermodal tak terbatas. Hanya UKM dengan semangat kemandirian yang didukung oleh pemerintah yang tahu cara mengelola wilayah dan potensi dan akhirnya menjelma menjadi perusahaan yang tidak puritan bermitra dengan perusahaan kelas dunia. Bahkan ada istilah " bila kualitas tekhnologi german mahal maka datanglah ke Qingdau , anda akan mendapatkan harga murah dengan standar kualitas German. Qingdau mampu membuat kereta super cepat (300 KM/jam) dengan standar kualitas German.Kini model pertumbuhan seperti itu akan terus diterapkan dimana setiap pembangunan kawasan industri maka yang pertama ditampilkan adalah UKM dengan dukungan pusat riset dan inovasi. ohhh…ternyata membangun itu bukan suatu hal yang sulit kecuali bagi pemimpin yang berniat buruk dan hanya memikirkan kepentingan pribadi..

1 comment:

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.

Masa depan IKN?

  Jokowi mengatakan bahwa IKN itu kehendak rakyat, bukan dirinya saja. Rakyat yang dimaksud adalah DPR sebagai wakil rakyat. Padahal itu ini...