Wednesday, July 14, 2010

Globalisasi Islam

Apa sih nasionalisme ? Kita bangga sebagai bangsa Indonesia. Siapa yang melahirkan eksistensi kebangsaan ini ? Dan mengapa kita harus berada dalam satu komunitas yang dikotak dan dibandrol bernama Indonesia ? Nasionalisme adalah produk kompromi politik dalam tatanan global. Kompromi antara penjajah dengan yang dijajah. Kompromi sesama penjajah untuk berbagi resource. Dari hasil kompromi ini maka damarkasi dibuat, lingkungan terbentuk dan lambang dibuat untuk orang ramai percaya dan akhirnya berbangga untuk digiring kebilik pemilu memilih pemimpin bangsa itu. Setiap bangsa akhirnya punya dokrin sendiri sendiri. Dokrin itu di create oleh segelintir orang ( elite) yang diakui sebagai pemimpin. Dari bangsa ke bangsa, didunia ini terjadilah ring to ring kekuasaan. Namun tetap saja, pada akhirnya lahirnya penjajahan model baru atau neocolonialism.

Huszer dan Stevenson mengatakan bahwa nasionalisme adalah yang menentukan bangsa mempunyai rasa cinta secara alami kepada tanah airnya. Karena inipula Agus Salim sempat tidak setuju tengtang Nasionalisme yang digagas oleh Soekarno. Karena sejarah membuktikan bahwa kecintaan kepada bangsalah yang membuat terjadinya sistem penjajahan dimuka bumi. Seperti kata Hans Kohn , nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita-cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik, dan bahwa bangsa adalah sumber dari semua tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi. Kreatifitas IPTEK telah memicu petumbuhan ekonomi dan kemakmuran bangsa. Kemajuan ekonomi jepang paska Tenno Meiji akhir abad 19 ternyata menjadikan Jepang aggressor. Kemajuan ekonomi German awal abad ke 19 menjadikan German Agressor. Kemajuan ekonomi AS paska perang Dunia Kedua menjadikan AS agressor. Kemajuan Ekonomi Eropa Abad ke 16, ternyata menjadikan Eropa menjadi agressor diseluruh dunia.

Itulah sebabnya pemuja paham neoliberal untuk globalisasi adalah mereka yang mengaggap bodoh bila manusia harus berjarak satu sama lain hanya karena segelintir orang yang mengatur. Hanya karena damarkasi negara. Hanya karena perbedaan bendera. Bagi mereka , yang paling baik bila elite politik yang mengatur negara tidak sok pintar mengatur komunitas dunia untuk berinteraksi. Negara harus dijauhkan dari protokol komunitas global. Negara harus melepas belenggu damarkasi antara bangsa. Lewat internet, dunia terlilit dalam satu kuridor untuk saling bertinteraksi. Lewat Private banking, Smart Card, Debit Card, Credit card, manusia menjadi menyatu untuk berkonsumsi dimanapun dia suka tanpa harus membawa uang berlogo negara. Lewat media, ruang menjadi dekat. Tak ada lagi yang sesungguhnya rahasia. Dalam konteks kebebasan berinteraksi untuk lahirnya peradaban yang kreatif dan saling berbagi untuk lahirnya perdamaian, kebebasan, kesetaraan adalah mulia.

Hanya yang jadi pertanyaan bila globalisasi berarti semakin bebasnya kekuatan system menjajah lewat penguasaan tekhnologi, modal dan pasar. Pada akhirnya membiarkan segelintir orang menguasai dunia lewat pemikiran yang disempalkan secara no alternative to objection pada kesepakatan WTO. Penguasaan Media Massa. Penguasaan Tekhnologi dll. Negara dirantai tangannya untuk menegakkan keadilan. Kepemimpinan terbentuk lewat system pasar. Yang menang adalah mereka yang menguasai rating. Standard kualitas moral ,, idiologi/ dokrin, isme dari pemimpin tidak lagi dijadikan parameter. Siapapun mereka selagi mereka menerima konsep demokratisasi maka mereka sudah berada dalam lingkaran kekuasaan globalisasi sekuler. Mereka siap untuk masuk dalam ring to ring kekuasaan global untuk menekan segala paham nasionlisme.

Konsep Globalisasi ini sebetulnya adalah konsep Islam. Pihak sekuler dan Yahudi mendalami islam sebagai konsep sosial.Mereka paham bahwa Islam tidak punya standard tentang Negara , atau bangsa. Islam hanya mengenal Ummah. Pemimpin dalam islam bukanlah pemimpin yang mengelola teritorial tapi mereka memimpin aqidah. Makanya islam mengenal pemimpin itu adalah amirul mukminin. Pemimpin orang beriman. Pemimpin orang seaqidah. Sebagai sebuah gerakan internationalisasi untuk project sosial rahmatan lilalamin -- Islam yang berlabuh di Madinah dan kemudian menyebar keseluruh dunia lewat transformasi akhlak mulia yang diajarkan oleh Rasul dan dokrin yang terdapat dalam Al Quran-- tidak pernah mempersoalkan masalah bagaimana dunia mau diatur ( masalah dunia kamu lebih tahu,-- sabda Nabi ). Apakah presidentil, Parlementer, otokratis, atau apalah. Islam hanya ingin kehidupan politik, sosial , budaya dan ekonomi dikelola dengan standard Islam sebagaimana yang terdapat dalam Al Quran dan hadith.

Konsep Islam inilah yang menjadi inspirasi penganut paham Globalisasi yang tidak mempersoalkan sistem negara , bangsa dan siapa yang berkuasa tapi bagaimana konsep sekuler menjadi idiologi global dan pemimpinya terjebak pada No alternative to Objection untuk menerima konsep global tentang demokratisasi. Islam harus melihat persoalan globalisasi ini secara smart. Suka tidak suka globalisasi telah menjadi tatanan global dan ini rahmat Allah. Tugas umat islam adalah bagaimana ikut terlibat dalam globalisasi dan merubahnya sesuai dengan globalisasi islam sebagai project sosial umat manusia dimuka bumi. . Kita harus berebut pengaruh dangan paham sekuler lewat kehidupan sosial , politik, budaya, ekonomi, IPTEK.Jalan telah terbentuk menuju globalisasi kehidupan , tugas kita bagaimana menyediakan kendaraan yang tepat sesuai dengan Al Quran dan Hadith. Inilah jihad!

No comments:

Negara puritan tidak bisa jadi negara maju.

  Anggaran dana Research and Development ( R&D) Indonesia tahun   2021 sebesar 2 miliar dollar AS, naik menjadi 8,2 miliar dollar AS (20...