Tuesday, June 8, 2010

Islam

Palestina dan Israel sebuah cerita yang sulit diakhiri. Pada tahun 1967, Israel meraih kemenangan mutlak dalam sejarah perang modern, itu bukanlah betrokan dengan sebuah monolitik. Sisi arab terdiri atas gabungan pihak pihak berlawanan yang saling berjarak dan curiga. Sama halnya kemenangan Partai Demokrat menggilas kekuatan Partai Islam , itu sebuah cerminan dari rusaknya kekuatan barisan Islam karena komplik internal yang tak berkesudahan. Kalaulah umat NU merasa dipermalukan dengan kekalahan PKB, atau umat Muhammadiah dipermalukan oleh kekalahan PAN, atau Pelajar Islam dipermalukan oleh kalahnya PBB , kelompok menengah Islam yang dipermalukan oleh kalahnya PKS, maka tentu mereka akan sadar untuk bersatu. Tapi sejarah Islam paska khalifah empat sesudah rasul memang sulit untuk dipersatukan.

Ketika Israel merebut tanah Palestina, tidak ada peperangan yang sesungguhnya. Ini peperangan yang mudah selesai karena tanpa seranganpun Palestina akan tetap centang perenang oleh komplik internal arab. Ketika Partai Demokrat menggilas kekuatan barisan partai Islam ,sebetulanya ia menggilas barisan islam moderat dan islam sosialis. Kejatuhan Soeharto memberikan ruang kosong yang dengan mudah juga memberikan ruang bertikai bagi barisan Islam. Gus Dur sebagai representasi kekuatan islam yang disebut kelompok tengah dijatuhkan oleh barisan Islam sendiri. Inilah yang memberikan kesempatan terbaik bagi kekuatan lain bagi PDIP yang nasionalis sosialis dan Partai Demokrat yang demokrat rasional, Golkar yang nasionalis oportunis untuk tampil mengontrol politik dan meminggirkan hakikat islam.

Komplik Arab, Israel adalah icon rusaknya sistem komando barisan dunia Islam . Islam terbelah menjadi beberapa Faksi. Ada kekuatan wahhabi dan Syiah. Dua kekuatan ini mempunya bentuk sendiri untuk sepakat tidak sependapat. Di Indonesia ada dua kubu kekuatan mayoritas Islam , NU dan Muhammadiah., Dua kubu ini sepakat untuk tidak sependapat. Namun semua umat islam mudah dipersatukan ketika masalah kemanusiaan menempatkan Allah satu dan tidak dipersekutukan dan Muhammad sebagai utusanNya. Namun kesatuan ini tidak berdiri diatas aqidah AL Quran tapi diatas aqidah sekular. Sehingga sulit menemukan solusi kesatuan bila sudah menyangkut strategi Politik dan syariat. Banyak hal yang dapat didiskusikan soal ini. Namun tak akan ada argumen yang masuk akal sampai kedua belah pihak menggunakan istilah yang sama, defisini yang sama.

Semua orang suka demokrasi, utamanya yang berlaku untuk sistem yang modern. Tetapi islam bukanlah lawan dari demokrasi. Islam bukanlah lawan dari kristen ataupun yudaisme. Dipandang secara ketat sebagai sebuah sistem keyakinan keagamaan, Islam memiliki lebih banyak wilayah persetujuan daripada perselisihan dengan agama kristen dan bahkan lebih lagi dengan yudaisme. Akan tetapi tentu saja menyesatkan untuk menganggap islam sebagai satu anggota dalam sebuah kelas yang anggota lainnya adalah Yudio-Kristen, Hindu, Budha, dll. Tidak akurat, tentu saja. Islam adalah sebauh agama , seperti yang lainnya,sehimpunan kepercayaan dan amalan berbeda, yang berkaitan dengan etika, moral, Tuhan, kosmos, dan kefanaan.

Tetapi islam bisa secara syah dianggap sebagai satu anggota dalam sebuah kelas yang anggota lainnya meliputi komunisme, demokrasi parlementer / presidentil, fasisme dan sejenisnya, Karena Islam adalah sebuah proyek sosial seperti yang lain itu, sebuah ide tentang bagaimana politik dan ekonomi harus dikelola, sebuah sistem lengkap hukum perdata dan pidana. Islam sebagai satu anggota dalam sebuah kelas yang anggota lainnya mencakup peradaban China, peradaban India, Peradaban Barat, Peradaban Indonesia dan seterusnya, karena ada semesta artefak budaya dari seni hingga filsafat hingga arsitektur hingga kerajinan hingga hampir setiap bidang usaha budaya manusia yang bisa dengan tepat disebut Islami.

Islam adalah narasi besar yang bergerak melintasi waktu, berlabuh dengan kelahiran komunitas itu di mekah dan Madinah empat belas Abad yang lalu. Jika kita melihat terbentangnya sejarah kemajuan peradaban dari masa kemasa maka tahulah kita bahwa Islam adalah sebuah kompleks luas tujuan bersama yang bergerak sepanjang masa, didorong oleh semangat meninggikan kalimat Allah untuk kebaikan, kebenaran dan keadilan.Mungkin saatnya esensi Islam itu harus di definiskan dalam bersyariat agar tidak ada komplik internal dengan asumsi yang berbeda beda. Sehingga terbentuk barisan yang kuat untuk sebuah projek social yang menentramkan bagi agama lain , budaya apapun , idiologi manapun , ya sebuah makna tentang rahmatan lilalamin...

No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...