Thursday, March 18, 2010

Super Power ?

Ada harimau yang dikenal sebagai raja hutan. Teriakannya menakutkan. Seringainya mengerikan. Dia berjalan yang lain terpukau dan segan. Dia kesal yang lain mati ketakutan. Dia marah yang lain mati. Tapi kini sang Harimau itu berjalan dengan pincang.Seringainya tak lagi menakutkan. Teriakannya hanya sebatas tenggorokan. Harimau ini lemah , terengah engah setiap bergerak. Dia hanya jadi tontonan kumpulan komunitas yang cinta damai. Namun, bagaimanapun taringnya tetap menakutkan , setidaknya orang yang teramat lemah untuk melawannya. Harimau itu adalah Amerika Serikat. Yang suka dipanggil Uncle Sam. Yang menyebut dirinya sebagai polisi dunia. Pencipta perdamaian dan pengekpor paham demokrasi,

Amerika adalah negeri yang tak hentinya bertarung didunia. Usai perang dunia kedua , AS tampil digaris depan membangun dunia lebih baik lewat program recontruksi paska perang. Miliaran dollar berterbangan ke luar negeri untuk membangun kembali Jepang yang hancur karena Bomb. Membangun jerman yang luluh lantak di hantam bom sekutu. Membangun kembali London akibat bombarder jerman. Membrigade Korea Selatan dan Taiwan dari pengaruh komunis China. Berkorban untuk perang Vietnam. Membelanjakan tidak sedikit anggaran untuk membela Israel. Mengirim pasukan , intelligent, dan senjata untuk menguasai Afganistan. Menyerang Irak dan menjatuhkan Sadam. Mengusik Iran. Menciptakan ketegangan di Asia Tengah. Membangun image anti terror terhadap Islam. Dan masih banyak lagi kegiatan international AS. Semuanya membutuhkan dana tak terbilang.

Tapi tahukah anda bahwa semua itu tak lain bertujuan untuk membela kepentingan EKONOMI dalam negerinya yang RAKUS. Walau jargon demokrasi yang bersuara tentang equality, peach , freedom di dengungkan oleh AS namun sesusungguhnya tidak ada equality , peach, freedom bagi Negara lain selagi mengganggu kepentingan ekonomi AS.. Ibarat Harimau, AS adalah predator terhebat diplanet bumi. Tak terbilang darah membanjiri bumi demi membela geopolitiknya. Selama beberapa decade AS memang berhasil menjadi Super power dan bisa berbuat apa saja untuk dibenarkan oleh lembaga PBB. Menjadi pengatur dalam setiap perubahan global dibindang Ekonomi, social dan budaya. Tapi sehebat hebatnya AS , sehebat hebatnya para elitenya membangun hegemoni disegala bidang, pada akhirnya mereka tidak bisa melawan dirinya sendiri.

Kekuatan yang dibangun bertahun tahun dengan segala daya dan darah , pada akhirnya semua rontok. Tak ada Negara lain yang mencuri uang di AS, Tidak ada Negara lain yang meng invasi AS. Tidak ada perang sesungguhnya dilakukan di dalam negeri AS. Tapi akibat krisis ekonomi Global telah membuat dalam negeri AS sama seperti korban akibat perang besar. Yang kaya jatuh bangkrut. Yang kelompok menengah jatuh miskin. Yang miskin menjadi pengangguran. Bank bank yang dibanggakan sebagai mesin likuiditas terbaik di planet bumi ini, ternyata jadi beban dan akhirnya jadi bangkai. Industri besar yang dibanggakan , kini sebagian besar dijual ke luar negeri. Negara yang menjadi pengatur devisa dunia ,kini menjadi Negara yang mengemis hutang kepada China. California yang dikenal sebagai tempat universitas terbaik didunia , kini bangkrut dan tak mampu lagi membayar gaji pegawai

AS kini benar benar menjadi macan lelah dan layu. Yang tersisa hanyalah seringainya yang masih menakutkan. Inilah yang dijadikan modal bagi AS untuk bermain cerdas ( Smart power ) didunia international. Sambil menjaga hegemoninya dinegara yang masih takut seringainya dan terus memperbaiki diri. Amerika sadar bahwa pada akhirnya keseimbangan ( Equality ) harus menjadi nilai dalam setiap kebijakannya agar peach and freedom terjadi, utamanya dinegaranya sendiri. Bukankah peach and freedom itu adalah bersumber dari sebuah nilai : Tidak RAKUS. Semoga krisis ini memberikan pelajaran termahal bagi AS bahwa manusia itu lemah dan tidak super power karena yang lebih hebat dari itu semua yaitu ALLAH

No comments:

Putin memenangkan Pilpres Rusia.

  Pemilu Rusia, memilih empat calon presiden, yaitu Putin, Leonid Slutsky, Nikolai Kharitonov, dan Vladislav Davankov. Hasilnya ?  Komisi Pe...