Tuesday, September 1, 2009

Bank Century ?

Kita mengenal uang sebagai ujud lembaran kertas atau koin. Uang itu kita kenal dan akrab dengan keseharian kita untuk melakukan aktifitas pertukaran barang dan jasa. Dengan uang maka semua ada nilai untuk dibeli ,dijual dan di nominalkan. Lantas bagaimanakah uang itu diciptakan dan darimana asalnya ? Dahulu kala uang itu dibuat dari emas dan perak. Berapa nilai uang itu , ya tergantung dari beratnya koin emas atau tembaga. Artinya uang berhubungan langsung dengan nilai materi yang melekat padanya.Tapi dia era modern , ketika populasi manusia semakin bertambah, kebutuhan semakin luas, perpindahan penduduk, barang dan jasa semakin cepat. Maka uang tak bisa lagi sepenuhnya ditentukan dengan materi yang ada ( intrisik ). Uang sudah bergeser menjadi ”sebuah nilai ” yang tak bisa lepas dari "politik globalisasi."

Uang dan politik adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Suka tidak suka inilah kenyataanya diera kapitalisme dan system keuangan yang super liberal. Dari segi monetery system kita menyatu dengan system keuangan global. Disinilah nilai uang diukur untuk kita percaya sebagai alat tukar. Cadang devisa negara dalam berbagai mata uang tak lagi terkait langsung dengan jumlah rupiah yang beredar. Cadangan devisa hanya dipakai untuk transaksi atau belanja yang mengharuskan tunai atau cash advance bermata uang asing. Sementara hampir 90% transaksi lintas negara ( cross border ) yang dilakukan dunia usaha tidak berupa cash advance tapi commitment.. Commitment ini dalam bentuk isnstrument yang dilegimite oleh kesepakatan multilateral baik dalam kuridor WTO maupun BIS dan lainnya.

Hitunglah berapa perputaran uang secara nasional untuk yang bergerak kedalam maupun keluar Indonesia dalam setahun. Anda akan terkejut. Jumlahnya diatas cadangan devisa negara kita. Bahkan melebihi SUN yang kita terbitkan. Atau melebihi dari jumlah pajak yang terkumpul. Perusahaan ( Swasta/BUMN/Koperasi ) melakukan pinjaman luar negeri. bermata uang asing. Disatu sisi mereka mendapatkan penghasilan dalam mata uang rupiah. Bagaimana menjamin keseimbangan kurs antar mata uang agar transaksi ini tidak merugikan. Pertanyaan berikut, apabila pinjaman itu gagal siapakah yang akan menjamin uang itu kembali. Juga beragam i kegiatan investasi yang berhadapan dengan resiko perbedaan kurs itu. Pertanyaan ini akan panjang sekali bila kita melihat melalui kacamata uang secara normal.

Tapi dalam system moneter ini sudah diantisipasi.Yaitu melalui instrument CDS dan berbagai instrument derivative yang mendukung proses perputaran uang. Instrument ini tidak melihat devisa negara sebagai kekuatan mata uang. Tidak melihat besar negara sebagai dasar uang. Tapi melihat dari sisi ”kepercayaan International ” ( trust ). Trust ini adalah energy ( power) dari uang itu sendiri untuk terus berputar mengorbit melintasi dunia untuk sebagai alat tukar. Sementara system moneter adalah software untuk memungkinkan uang terkendali sesuai program yang diinginkan. Didalam software itu terdapat fiture seperti CDS dan berbagai produk derivative keuangan. Besar /kecilnya atau kuat / lemahnya trust ( energ) dapat dilihat dari tingkat premium Collateral Default Swap (CDS) yang dibayar.

CDS itu biasanya meliat tingkat rating ( trust ) obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Semakin murah CDS semakin tinggi tingkat ”trust” dan tentu semakin tinggi energy yang berputar. Arus investasi akan masuk deras. Nah, Apa jadinya bila CDS tingkat premiumnya semakin tinggi ? tentu ongkos transaksi semakin mahal dan resiko semakin terbuka lebar. Uang akan mengalir keluar ketempat yang energynya besar. Pada saat inilah commitment uang menjadi hancur. Bila hancur maka mata uang yang kita pegang lepas dari orbit. Uang akan terjun bebas tak terkendali hingga harga harga barang sehari hari akan melambung tinggi tentu akan a membuat rakyat miskin semakin miskin.Yang kaya jatuh miskin.

Begitulah system moneter yang republik ini adobsi sebagai bagian dari kesediaan untuk tunduk dengan kesepakatan international. Uang tak lagi sebagai lambang legitimate negara dan kekuasaan negara tapi uang sebagai lambang kepercayaan , bukan hanya dipercaya oleh rakyatnya tapi juga oleh rakyat diseluruh dunia. Bila kita percaya tapi dunia tidak percaya maka kita hancur. Bila dunia percaya tapi rakyat tidak percaya, masih engga ada masalah. Itulah dasar pemikiran sesungguhnya dibalik bail out bank century. Menjaga rating (trust) negara tetap tinggi dan mengamankan uang yang kita pegang. Karena ketika bail out dilakukan premium CDS sudah mencapai 1200 bps dan ini sudah dipinggir jurang kejatuhan total. Memang menyedihkan.

Semoga kita bijak karena kita bagian dari system yang sehingga memasung kita untuk terlalu tolol berkata kita ”merdeka”. Tidak ada lagi kemerdekaan yang seperti didengungkan oleh pendiri negara ini. Tidak ada. Terimalah ini sebagai sebuah pilihan dan bersiasatlah untuk kebaikan kita semua. Caranya jangan hancurkan kepercayaan atas pemerintah. . Ongkosnya mahal sekali...Mari bersama sama kita perbaiki system kita agar kita bisa berdaulat dalam arti sesungguhnya. Caranya..Kembalilah kepada Alquran dan hadith karena disitulah cara tepat dan lugas untuk menjadi insan kamil.

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...