Wednesday, August 26, 2009

Politik dan Pangan

Berita kompas tanggal 24/8 dimana kebutuhan import produk pangan mencapai USD 5 miliar pertahun. Namun dari segi beras pemerintah dapat berbangga karena berhasil mencapai swasembada. Benarkah ? Sejak tahun 1984 Indonesia tidak pernah mencapai swasembada beras. Publikasi soal swasembada ini tidak lebih hanya jargon politik untuk meningkatkan citra pemerintah dihadapan rakyat. Berdasarkan perhitungan produksi nasional, swasembada itu termasuk sisa stock beras import yang ada digudang Bulog. Keliatannya rakyat cepat lupa soal hebatnya Bulog melakukan inport tahun tahun sebelumnya. Buktinya, tahun ini, Indonesia kembali berencana mengimpor beras, karena alasan produksi dalam negeri diprediksi jauh berada di bawah kebutuhan nasional akibat kemungkinan badai El Nino. Padahal menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, diperkirakan dampak El Nino masih kecil, namun pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 2 triliun untuk mengantisipasi masalah ini.

Kebutuhan akan produk pangan lainnya yang masih tergantung import lebih disebabkan kebijakan pemerintah tidak comprehensive. Pemain atau importir sangat kuat pengaruh lobynya kepada penguasa untuk memingigirkan rakyat agar lemah berproduksi.. Petani sapi perah mendulang nestapa karena kalah bersaing dengan susu import. Siapa pemain industri susu itu ? Sebagian besar asing yang menyerap 70% impor susu. Tanpa ada alternatif pasar, posisi peternak sapi perah akan selalu lemah. Sejak tahun 2001 hingga 2006, susu segar peternak selalu dibeli IPS dengan harga jauh di bawah harga bahan
baku susu impor setara susu segar. Sementara itu, ketika harga susu impor melambung tahun 2007/2008, kenaikan harga beli susu segar dalam negeri tidak setinggi susu impor. Justru pemerintah memberikan facilitas bebas bea masuk bagi importir susu segar. Petani sapi perah semakin tak punya bargain untuk memperbaiki harga ditengah kekuatan pasar yang dikuasai segelintir pemain.

Kedelai, kita tidak mungkin bisa swasembada. Karena loby senat AS sangat kuat membuat pemerintah tidak punya kekuatan untuk memberikan kebijakan purna terhadap produk pangan ini. Begitupula Garam. Bagaimana mungkin PN Garam tidak mendapat dukungan penuh dari segi permodalan ( revitalisasi ) dalam menyangga produksi garam petani ? Semua tahu bahwa importir garam sekarang dikontrol oleh ”pendekar sembilan ” yang juga menguasai import gula ( Refinery). Soal perikanan juga tak ada bedanya. ”Pendekar Sembilan ” yang bekerja sama dengan asing menguasai penangkapan ikan dengan menggunakan floating processing dan eksport langsung dari ZEE tanpa dapat dideteksi oleh bea dan cukai. Kemudian , mereka jual lagi ( re eskport ) ke Indonesia untuk memenuhi industri pengalengan ikan ( food industry ).

Begitupula dengan sapi. Semua tahu bahwa import sapi ini dikuasai oleh segelintir orang yang punya akses kekuasaan dan modal. Pemerintah masih menganggap import sapi pada batas yang wajar karena dibawah 30% dari total kebutuhan daging nasional. Atas dasar inilah , kebijakan peternakan belum peduli rakyat. Namun peternak asing yang ada di Australia diuntungkan.

Ini semua karena kebijakan pro pasar bebas. Pemerintah hanya melihat pemenuhan kebutuhan ( pasar ) dan tidak penting dari mana asal barang tersebut. Tidak penting bila karena impor itu devisa terkuras. Karena selagi SUN Valas masih laku dijual , untuk apa repot mikirin produksi petani yang manja minta subsidi. Subsidi itu anti pasar dan kalaupun ada hanya jargon politik. Implementasinya ..luaaar biasa sulitnya.

Berkaca dengan China, yang mempunyai pusat riset dibidang agro menelan anggaran USD 10 millar pertahun ( Rp. 100 triliun ) dan memiliki bank tani ( Agriculture Bank of CHina). Pemerintah China, tahun kemarin mem bail out hutang petani sebesar USD 19 Milliar dan tahun ini akan kembali di bail out dengan nilai USD 320 miliar ( 3200 triliun rupiah ). Ditengah crisis global, susbsi diutamakan kepada rakyat, kredit dipermudah, bunga ditekan dan restruktur hutang petani dilakukan dengan cepat, landreform dilaksanakan. .
Ditengah kecaman negara maju dalam G20, china tidak peduli. Karena bagi mereka kepentingan mayoritas adalah segala galanya , utamanya ketika pasar tak lagi bersahabat maka negara digaris depan mengawal rakyat dari ketidak adilan pasar.

Seharusnya bagi pemeritnah SBY Budiono yang mendapat mandat 60 % rakyat sudah cukup alasan mendepak pemain kunci dibidang import pangan tersebut dan kembali mengarahkan semua resouce nasional bagi kekuatan penduduk mayoritas ( Petani dan nelayan). Itupun kalau pemerintah sadar mereka dipilih oleh rakyat..

Tuesday, August 18, 2009

Film dan Propaganda

Kemarin saya nonton Film Merah Putih yang produsernya adalah Hasyim Djoyohadikusumo atau kakak dari Prabowo. Yang saya syukuri adalah niat nonton film ini datang dari anak anak. Mereka antusias mengetahui sejarah dibalik kemerdekaan RI. Setelah usai nonton , anak saya sempat nyeletuk ” Ternyata mahal sekali harga kemerdekaan kita. ” Saya tersenyum bahagia. Karena putra putri saya dapat tercerahkan oleh filem heroik ini. Kalau tujuan pembuatan film ini adalah untuk membangkitkan nasionalisme dan nilai nilai bela negara maka saya dapat katakan bahwa filem ini berhasil.

Selama bulan agustrus , Global One stasiun TV kita memutar film tetang perang dunia ke dua. Film tersebut bercerita tentang kehebatan tentara AS melawan jerman dan jepang. Di film tesebut ditampilkan bahwa AS berperang untuk kajayaan bangsanya dan menegakan keadilan dimuka bumi. Nilai heroisme prajurit AS ditampilkan dengan apik dalam setiap film yang diputar. Saya sempat bertanya apa motivasi penayangan film ini bertepatan dengan bulan Agustus dimana pada tanggal 17 kita mempringati Kemerdekaan?. Apakah ini bertujuan hanya sebagai hiburan ataukan sebagai kampanye tentang kehebatan AS untuk diketahui oleh anak anak kita dan akhirnya melupakan heroisme bangsa kita mengusir pemenang ( sekutu ) perang dunia kedua itu dari bumi pertiwi. ? entahlah...

Tapi yang pasti stasiun TV tak lagi menganggap film merebut dan mempertahankan kemerdekaan laku untuk dijual mendapatkan iklan. Atau memang lebih layak dalam 17 agustus menampilkan konser musik anak muda hingga mereka lupa hakikat merdeka adalah berjuang dalam kelelahan mencapai tujuan nasional. Lagi lagi saya harus berkata ”entahlah”. Mengapa ? Karena semakin kita bertanya tentang spirit kemerdekaan dalam konteks nasionalisme , heroisme akan ditertawakan. Tapi , dalam dunia politik , Proklamsi Kemerdekaan tetaplah sakral untuk memaksa rakyat dalam satu barisan agar pemerintah tetap eksis. Selebihnya , jangan bicararakan lagi soal heroisme dalam program privatisasi, nasionalisasi migas dan daya saing industri. Stop.

Di China , sampai sekarang Film tentang perjuangan melawan kolonialisme Jepang masih terus diputar oleh jaringan televisi China ( China Central Television /CCTV). Bahkan film tentang ini dibuat berseri yang tak pernah habis habisnya. Juga filem tentang keperkasaan dinasty china tempo dulu meluaskan kekuasaanya, sampai kini terus dibuat ditampilkan berseri. Ada pula film bercerita tentang kehebatan hakim menegakan keadilan ( Hakim Bao ). Semua film tersebut merupakan cara china mengkampanyekan tentang nilai nilai kemerdekaan, bela negara dan akhirnya memperkuat nasionalisme china dalam melawan segala bentuk penjajahan. Para anak anak dan generasi muda tumbuh dalam kampanye ( propaganda ) bela negara yang tiada hentinya. Akhirnya China dapat tumbuh berkembang tanpa kehilangan indentitasnya dan unggul dalam putaran persaingan global.

AS juga sama dalam soal kampanye heroisme ini. Ketika AS kalah dalam perang Vietnam, film Rambo menjadi popular di AS. Film ini sebagai cara kampanye untuk meyakinkan rakyat AS bahwa mereka tidak kalah. Kemudian berbagai film dengan berbagai versi terus ditampilkan oleh bintang papan atas Holywood. Ketika WTC di ledakan oleh terorisme, filem tentang melawan terorisme ditampikan dengan berbagai cerita yang heroik. Bukan hanya rakyat AS terpengaruh dari film propaganda ini dan akhirnya melupakan kekalahan AS di vietnam dan melawan terorisme tapi juga generasi muda dibelahan negara lain, termasuk kita mempercayai bahwa AS is real power.

Sebetulnya, kalau para cinemas kita seperti cinemas AS dan produser kita seperti AS yang mengedepankan kepentingan nasional diatas segala galanya maka semua yang propaganda itu dapat di create untuk menghasilkan laba. Karena dalam dunia propaganda , apapun akan bernilai bila dikemas dalam metode kampanye yang professional. Tapi , bagaimanapun , semua itu kembali kepada kemauan politik negara untuk memaksa Rakyatnya tidak lari dari semangat heroisme bela negara, seperti China.

Monday, August 10, 2009

Afghanistan dan Opium

Polling yang dilakukan oleh CNN bekerjasama dengan lembaga Opinion Research Corporation melibatkan 1.136 responden dari kalangan usia dewasa di AS sejak tanggal 31 Juli sampai 3 Agustus. Dari seluruh jumlah responden, 54 persen responden menyatakan menentang perang AS melawan Taliban dan Al-Qaida di Afghanistan. Hanya 41 persen responden yang mendukung perang itu. Namun begitu pemerintahan Presiden Barack Obama tetap mengerahkan sekitar 21.000 pasukan tambahan ke Afghanistan. Dengan demikian, sampai akhir tahun nanti, jumlah pasukan AS di Afghanistan akan mencapai 68.000 tentara

Alasan mengemuka bagi AS mengirim tentara ke Afghanistan adalah untuk memburu jaringan teroris Al Qaeda. Ini alasan yang mudah dipercayai tapi sulit dipahami. Tapi yang pasti keberadaan tentara AS di Afghanistan memang berhubungan dengan kepentingan geostrategisnya. Utamanya karena menyangkut kepentingan jalur pipa minyak. Tapi mengapa dengan ini semua AS dan sekutunya harus mengorbankan dana tak terbilang dan korban tentara yang tidak sedikit. Perlawanan dari Taliban tidak pernah surut, bahkan sudah menjadi perang jihad membela tanah air dari serbuan penjajah asing. Bahkan Komandan tertinggi pasukan AS , Jenderal David McKiernan mengatakan bahwa AS tidak akan menang perang di Afghanistan. Akhirnya jenderal ini dipecat oleh Pentagon.

Kalau kita menoleh kebelakang sejarah keberadaan Afghanistan maka kita semua tahu bahwa Affhanistan pernah dijajah oleh Inggeris untuk dijadikan ladang candu. Perang Candu di abad 19 dengan China, karena alasan inggeris ingin kebebasan untuk mensuplai candu dari Afghanistan. Maklum saja bahwa 90% produksi opium dunia berasal dari Afghanistan. Berkembangnya waktu, business opium ini telah menjadi mesin uang bagi kelompok tertentu di Inggeris, yang juga menjadi pendorong kekuatan ekonomi AS.. Konspirasi antara AS dan Inggeris tak lebih untuk memperkokoh keberadaan pemain business dibalik itu, yang juga penguasa lembaga keuangan kelas dunia serta business minyak.

Munculnya Taliban yang menutup ladang opium membuat berang kekuatan yang selama ini diuntungkan dari business opium. Osama Bin Laden yang dituduh sebagai dalang peledakan menara kembar WTC dijadikan alasan bagi AS untuk menyerbu Affhanistan dan tak ketinggalan inggeris pun terlibat. Memang Afghanistan menjadi wilayah yang diperebutkan ditengah alasan yang gelap. Rusia yang pernah menguasai Afghanistan ketika itupun dengan alasan yang sama, yaitu opium. Ketika itu AS mendidik pejuang Taliban untuk melawan Rusia dan kini Rusia secara diam diam juga mendidik Taliban untuk melawan AS. Namun , sesungguhnya tidak ada Taliban yang dimaksud. Mereka yang diperalat itu tak lebih adalah anggota CIA, MOSAD, MI6, termasuk Osama Bin Laden yang didatangkan ke Afghanistan. Semua karena opium...

Sejak AS dan sekutunya menduduki Afghanistan, produksi opium meningkat pesat mencapai 8000 ton. Deputi Partai Konggres Nasional Afghnistan, Bashir Bizhan menyatakan, pasukan Inggris dan Amerika membagi-bagikan bibit tanaman opium kepada para petani Afghanistan. Presiden Iraq, Hamid Karzai juga sempat mengungkit keterlibatan pasukan Asing dalam aksi-aksi penyelundupan dan produksi narkoba di Afghanistan. Karzai juga sempat menuduh komunitas internasional gagal bekerjasama dalam upaya menanggulangi kenaikan produksi opium negara itu. Lantas bisakah dunia islam disadarkan tentang hakekat keberadaan tentara Asing di Afghanistan. Dari dulu dan sekarang, business opium sudah menjadi cara ampuh untuk mendapatkan dana dengan mudah dan sekaligus merusakan generasi penerus. Siapakah yang punya agenda ini yang mampu berlindung dari kekuatan militer raksasa ?

Sunday, August 9, 2009

System perbankan?

Frank Newman tak habis pikir ketika mengetahui data dihadapannya. Korsi empuk yang baru didudukinya sebagai Pimpinan Shenzhen Development Bank (SDB) terasa panas. ” Bagaimana mungkin bank ini dapat terus tumbuh diatas system management perbankan yang amburadul? ”Demikian dia menyimpulkan data yang ada dihadapannya. Mungkin Frank Newman adalah banker asing pertama yang menduduki jabatan puncak di China. Inipun karena penugasan dari perusahaanya di AS, New Bridge Capital Group yang juga pemegang saham 18% dari SDB.

Newman dikenal sebagai ahli turnaround ( restructure) dan menyimpulkan bahwa SDB telah melakukan prinsip bank yang salah atau tidak sesuai dengan konsep perbankan modern. Para manager cabang diseluruh negeri telah memberikan persetujuan kredit dalam jumlah besar tanpa persetujuan kantor pusat. Dan ada ratusan peminjam yang tak mampu membayar. Newman, berusaha menggunakan tangan polisi untuk memaksa debitur untuk membayar tapi itu hanya berhasil satu dua saja. Selebihnya sulit ditagih. Sementara kebijakan kredit tak henti hentinya di intervensi oleh pejabat pemerintah lokal.

Hampir semua perbankan di China ,dalam sejarahnya tidak pernah independent sebagaimana bank dalam konsep barat. Bank di China tak lebih hanyalah sebagai alat Pemerintah untuk menjadi kasir mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Lantas bagaimana bank tersebut dapat segera sehat. Tak sulit. Hanya dalam hitungan hari , Bank central China dapat segera mem bail out NPL tersebut. Tak perlu ada keputusan Parlemen atau apapun untuk itu. Tahun 2008, dengan mudahnya Pemerintah China mem bail out NPL empat bank terkemuka lebih dari USD 100 billion dan ini terus berlangsung. Bagi banker yang didik di Barat, cara ini adalah konyol dan tak realitis. Benarkah ?

Yang kebanyakan orang lupa bahwa di China, berapapun NPL di perbankan, tidak akan merugikan pemerintah dan mengakibatkan bank tutup.. Karena dana yang dipinjam dari bank tersebut tidak pernah lari keluar China. Kebijakan kontrol dana yang ketat memastikan dana dari sektor perbankan akan tetap berputar didalam negeri. Walaupun terjadi NPL namun akan mendorong pertumbuhan disektor lainnya atau setidaknya akan memicu konsumsi. Secara makro pemerintah tidak perlu kawatir dengan kebijakan credit yang longgar dan secara systematis ( multiflier effect dari credit ) pemerintah punya kekuatan untuk tetap membuat perbankan sebagai kasir mendorong ( agent of development ) pertumbuhan ekonomi. Data 2009, Ratio GDP terhadap pinjaman swasta sebesar 123% ( januari 2009) dan per june 2009 menjadi 146%. Dengan data ini pihak analis barat berkata ” No wonder China could achieve such a spectacular ‘recovery”

Di Indonesia, selama lima tahun belakangan ini disektor perbankan adalah bermain main dengan neraca akibat kebijakan soal CAR ( Capital Adequate Ration ) oleh Bank Indonesia sebagai bagian dari kepatuhan terhadap ketentuan dari Bank International for Settlement. Fungsi bank sebagai intermediary mandul total. Padahal banyak negara maju tidak begitu memperdulikan soal CAR ini demi menjaga pertumbuhan sector rielnya. Tapi di negeri kita CAR adalah segala galanya untuk menilai kesehatan perbankan. Makanya yang terjadi adalah permainan manajemen illusi melalui akuntasi. Lihatlah kenyataanya kini, CAR bank dalam negeri rata rata berada diatas ketentuan dari BIS. Sementara dana pihak ketiga (DPK) juga terus mengalami peningkatan yang mengindikasikan peluang sector riel lebih buruk daripada deposito..

Membaiknya kinerja perbankan tersebut tidak dibarengi semakin tingginya LDR ( Loan to Deposit Ratio ). LDR masih jauh dibawah harapan memacu pertumbuhan ekonomi diatas 6%. Kalaupun ada peningkatan LDR perbankan maka itu lebih banyak dipicu oleh meningkatnya kredit konsumsi yang tidak ada hubungannya dengan peningkatan sector riel kecuali memicu laju inflasi. Disamping itu , lemahnya penyaluran kredit juga sangat dirasakan oleh usaha kecil dan bahkan cenderung stagnasi. Padahal sector ini mendukung hamper 80 % penyedia lapangan pekerjaan dinegeri ini. Dari sejak era orba selalu saja sector UKM terpinggirkan.

Sebetulnya Bank masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga kredit dengan berbagai cara, antara lain melakukan penyesuaian target laba (ROE), perhitungan risiko kredit debitur yang lebih akurat dengan menerapkan assesmen yang berdasarkan risiko dll. Namun perbankan lagi lagi tidak peduli dengan caranya plays save demi CAR. Makanya tidak aneh bila berbagai intervensi BI untuk menekan inflasi melalui kenaikan bunga SBI adalah berkah bagi perbankan nasitonal untuk meningkatkan profitabilitasnya dan kini terbukti perbankan Indonesia memiliki laba tertinggi di Asia ! dengan tingkat intermediasi terendah di Dunia. Paradox. Semua itu karena negara dirantai tangannya ....

Monday, August 3, 2009

Korporat

Bagaimana tatanan dunia sekarang dibentuk ? Mari kita lihat analogi berikut. Satu unit Oral-b ( sikat gigi) seharga USD 30 dijual di Wall Mart ( AS). Oral-b ini diproduksi di China dengan harga export ke AS USD 3 per unit. Ketika sampai di AS, maka harga ini dibergerak naik untuk memberikan stimulus ekonomi dalam negeri AS kepada perusahaan expedisi, distributor, agent, biro iklan, dan Wall Mart. Hingga harga mencapai USD 30 per unit. Semua perusahaan itu memperkerjakan karyawan yang tidak sedikit dan tentu dengan UMR lebih tinggi dari China. Mereka hidup dalam kebebasan financial untuk berkonsumsi.

Agar keadaan ini terus berlangsung dimana China berprodusi dan AS berkonsumsi maka setiap nilai export perusahaan china ke AS, para pengusahanya tidak mendapatkan mata uang dollar. Mereka hanya mendapatkan tanda terima dollar yang harus ditukar dalam bentuk mata uang china (RMB). Perusahaan china memenuhi kebutuhan bahan baku dan upah kerja dengan menggunakaan RMB. Sementara mata uang dollar yang diperoleh oleh exportir disimpang oleh Bank central China. Berjalannya waktu, Dollar semakin bertumpuk di Bank sentral china. Ketika akhir tahun , Dollar ini kembali masuk ke AS dalam bentuk pinjaman luar negeri AS. China menumpuk Surat Hutang AS dalam bentuk Tbill dan lain lain.

AS setiap tahunnya menerima curahan devisa negara lain melalui penerbitan surat hutang. Dana inilah yang dipakai oleh AS untuk membiayai kegiatan pemerintahannya dengan berbagai kebijakan sosial dan komersial berskala domestik dan international. System seperti inilah yang memanjakan korporat AS, publik dan pejabatnya untuk menjamin kelangsung rezim padat hutang. AS tidak lagi melihat hutang sebagai suatu ancaman tapi sudah menjadi system yang memaksa negara lain untuk berjihad memenuhi kebutuhan AS. Bagi china , hal ini sebagai suatu pilihan yang tak bisa berkelit namun menjamin kelangsungan kekuatan produksinya yang menampung miliaran buruh.

Ada empat alasan yang membuat AS manja dengan system tersebut diatas yaitu Pertama, berhutang itu dianggap simbol kepercayaan dunia terhadap kekuatan ekonomi AS. Kedua, membiarkan industri dalam negerinya ambruk agar terjadi difisit perdagangan.. Ketiga, defisit itu juga disebabkan oleh banyaknya perusahaan multinasional AS yang membuka sentra-sentra produksinya di luar AS. Dan keempat, akumulasi dollar AS oleh bank-bank sentral di dunia telah membuat sistem ekonomi global stabil. Keempat alasan itu tentu anormal. . Banyaknya uang yang masuk ke AS tidak menghasilkan imbal hasil (return) yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di Eropa, Jepang, dan China, baik berupa investasi langsung maupun berupa saham dan obligasi. Surplus neraca modal (capital-account) AS sebagai mirror-image dari defisit neraca berjalannya hanyalah untuk membiayai konsumsi warga negara AS.

Bank-bank sentral di dunia mendanai sedikitnya 60 persen defisit tersebut agar mata uang mereka tidak menguat terhadap dollar AS yang dapat mengganggu ekspor mereka. Yang paling absurd adalah alasan keempat. Menurut AS, negara-negara di Asia melalui bank sentralnya harus berbahagia mengumpulkan dollar AS sehingga sistem nilai tukar saat ini mirip dengan sistem "Bretton Woods" yang stabil. Dengan membeli obligasi-obligasi Pemerintah AS, Asia menolong menekan mata uangnya untuk mendorong ekspor dan dengan demikian mengangkat ekonomi mereka. Masalahnya, di zaman Bretton Woods dollar AS dipatok (peg) terhadap emas dan neraca berjalan AS waktu itu surplus. Sekarang, bank- bank sentral yang mengakumulasi dollar AS dihadapi pada potensi rugi yang sangat "gigantis" apabila mata uang mereka menguat..

Hebat, kan. !! Inilah model penjajahan di abad kini. Penjajah tidak perlu mendatangkan tantara dengan senjata pemusnah , tapi cukup create system yang langsung memaksa megara lain bekerja keras dengan mengorbankan semua resourcenya untuk memanjakan rezim AS. Bagi negara yang tidak bersedia mengikuti system ini , maka AS punya senjata lain untuk memaksa yaitu melalui program demokratisasi. Kebebasan adalah HAM dan hasilnya seperti yang dikatakan oleh Faucoult (1980) bahwa kekuasaan telah mengalami perubahan, ia bukan lagi sesuatu yang melekat pada status. Pemegang otoritas, tidak selalu dilekati dengan kekuasaan. Banyak produk hukum dari pemerintahan demokratis justru melahirkan kebijakan acrobat dan menjauhkan hak hak rakyat namun menguntungkan kepentingan system ini.

Sunday, August 2, 2009

Tekhnologi dan Idiologi

Sebagian kita masih begitu percaya kekuasaan territorial negara adalah harga mati. Kita juga berkeyakinan hati bahwa globalisasi dengan berbagai eskesnya seperti neoliberal dan neocolonials adalah fiksi. Setidaknya itu yang disampaikan oleh para cerdik pandai diranah politik. Ibarat rumah, wilayah didalam pagar rumah anda adalah teritorial anda. Kita memberi pagar agar jelas membedakan luar dan dalam. Pihak luar tidak boleh tahu apapun yang teradi didalam rumah. Dapur yang kotor, kamar yang berantakan, tidak boleh pihak luar tahu. Kalaupun mereka mau tahu maka itupun harus ada undangan khusus dari kita sebagai pemilik rumah. Demikianlah teritorial itu sebagai sesuatu yang mutlak aman dari jangakauan dan terlindungi secara private.

Amerika Serikat melalui Pentagon , mempunya project spectakuler untuk memastikan Departemen Pertahanan mengetahui seluruh titik yang ada di planet bumi ini. Mereka dapat mengindra lapisan bumi, dimana saja, disudut mana saja secara tiga dimensi. Dalam kondisi malam, siang atau dalam cuaca terburukpun mereka dapat melihat kondisi bumi ini melalui satelit GPS. Sebagaimana diketahui bahwa satelit GPS dapat dibagi atas beberapa generasi yaitu ; blok I, blok II, blok IIA, blok IIR dan blok IIF. Hingga april 1999 ada 8 satelit blok II, 18 satelit blok II A dan 1 satelit blok II R yang operasional. Hal yang perlu dicatat bahwa GPS adalah satu-satunya sistem navigasi ataupun sistem penentuan posisi dalam beberapa abad ini yang memiliki kemampuan handal.

Tentu awalnya Salelit GPS digunakan sebagai satelite mata mata bagi AS, namun dalam aplikasi berikutnya AS menginginkan dunia atau negara manapun dapat mengakses satelit ini secara ”gratis ” ( free of charge ). Hanya saja penggunanya harus mempunyai alat receiver ( alat penerima ). Dengan semakin majunya teknologi elektronika dan komputer, maka alat penerima sinyal dari satelit GPS itu cenderung menjadi lebih kecil, lebih murah harganya, lebih baik kualitas data yang diberikan, dan keandalannya semakin tinggi. Perangkat lunak untuk pengolahan data GPS semakin mudah diperoleh dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan harga alat penerimanya. Ini merupakan strategi bagi AS untuk menjadikan borderless bagi negara manapun didunia.

Dari sini muncullah berbagai content provider yang mengkhususkan diri dengan berbagai aplikasi seperti Pemetaan wilayah untuk reset topographi , Alat transfortasi ( pesawat, kapal laut, kendaraan darat ) telah menggunakan GPS untuk menentukan arah tujuan dan sekaligus menentukan posisinya. Adapula digunakan untuk pemetaan tata ruang wilayah , pengendalian arus lalulintas didarat , laut maupun udara. Bahkan yang paling miris adalah GPS dapat menentukan posisi anda berada dimanapun selagi anda membawa Cellphone dan masih banyak lagi applikasinya yang berhubungan dengan urat nadi kehidupan sehari hari kita. Semua content provider itu tentu terhubung dengan satelit dan otomatis dapat disadap oleh Departemen Pertahanan Ameriak Serika sebagai pemilik satelit.

Dengan demikian sadar atau tidak sadar bahwa semua belahan dunia sudah berada dibawah control AS sebagai pemili tekhnologi. Tak ada satupun negara didunia ini yang dapat bersembunyi dari kekuatan control AS. Seluruh potensi Tanah Air kita , direkam dengan jelas oleh AS dan mereka yang duduk di Petantagon lebih dulu tahu tentang apa saja yang terjadi di wilayah Indonesia dibanding penjabat yang ada dipusat. Atau mereka lebih dulu tahu masalah dipelosok desa terpencil, di ujung pulau terpencil daripada bupati. Mereka menyaksikan itu semua dan menentukan arah kebijakan globalnya dengan dukungan data yang handal.Dari tekhnologi , AS memonitor wilayah, kemudian berkembang kepada kehidupan sosial, budaya dan akhirnya masuk kewilayah private.

Lntas apakah yang dapat kita lakukan untuk menghadapi kedigdayaan Tekhnologi ini ? Ada baiknya kita meniru China. Mereka memperkuat Idiologi bangsa sebagai indentitas budaya yang tak boleh ditawar. Bila batas territorial tak bisa lagi dilawan maka indentitas bangsa /idiologi harus diperkuat. Karena hanya inilah yang tak bisa ditembus. Makanya mulai tanggal 1 juli 2009, China membatasi secara ketat content provider yang berbasis GPS dan bahkan melebar kepada content yang berbasis Internet. Karena Global Gateway untuk internet adalah Satelit Spring dan MCI , yang keduanya milik AS. Di china , anda tidak akan bisa membuka facebook, blog dan ajang komunikasi interkaktif di web, Time megazine dan lainnya.

Seharusnya negara digaris depan mengawal teritorial negara agar masa depan bangsa lebih baik atau bebas dari neocolonialsm dalam bentuk apapun.

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...