Sunday, February 22, 2009

Caleg

Produk yang paling laku dimana saja dan kapan saja adalah kekuasaan. Produk ini tak kenal resesi. Market selalu saja ada. Kita sebut itu sebagai produk karena system demokrasi memang melahirkan produk yang bernama kekuasaan. Kemasannya adalah perdamaian, kebebasan, kesetaraan. Maka jangan kaget bila mesin demokrasi mudah sekali mendapatkan bahan baku untuk menghasilkan produk jadi.

Saat sekarang ada 11.301 caleg untuk posisi DPR pusat. Dari sejumlah ini harus bersaing memperebutkan 560 kursi yang tersedia atau kurang lebih hanya 5% . Untuk DPRD tingkat I dan II total caleg yang terlibat lebih dari 435.000 , sementara kursi yang tersedia hanya 13.415 atau kurang lebih 3%. Dari data ini kita dapat membayangkan betapa beratnya kompetisi untuk mendapatkan kekuasaan itu. Dikatakan berat karena setiap upaya mencapai kekuasaan dalam system demokrasi mengharuskan setiap orang harus mampu menjual dirinya kepada public yang akan memilihnya.

Karena menjual , tentu diperlukan promosi dan tidak ada promosi yang gratis. Maklum saja bahwa ini berlaku mekanisme pasar bebas. Yang kuat berpromosi , maka dialah yang berpeluang untuk menang. Maka kegiatan proses menjadi segelintir orang sebagai output dari produk demokrasi membutuhkan dana tidak sedikit. Mari kita berhitung sederhana berapa ongkos yang diperlukan oleh seorang caleg untuk kebutuhan promosi ini. Bila masing masing caleg yang berjumlah total 460,000 itu mengeluarkan dana Rp. 100 juta ( minimal ) maka total dana promosi yang mereka keluarkan adalah mencapai Rp. 46 triliun atau USD 4 milliar. Fantastic , kan.

Sejumlah dana tersebut diperlukan untuk mencetak brosur /selebaran. Bila setiap orang mencetak 10.000 lembar brosur maka total brosur yang dicetak adalah 4.6 miliar lembar. Bila masing masing calek mencetak 1000 poster dengan lebar 50 CM maka total panjang poster adalah 230.000.000 meter atau 230.000 KM panjangnya. Bila masing masing caleg membuat 10 astribut/ spanduk dengan panjang 3 meter maka total panjang kain terpakai adalah 460.000 x 10x 3 atau sama dengan 13.800.000 meter atau 13.800 KM kain panjangnya. Bayangkan..panjang poster dan spanduk melebihi jarak dari london siberia atau dari sabang ke marauke. Dahsyat , kan.

Setiap partai mengharuskan setiap caleg memenuhi criteria untuk menjadi terpilih. Diatara criteria yang ada berupa kecakapan , intelektualitas dan sederet syarat ideal namun yang utama adalah caleg tersebut harus mempunyai kemampuan pendanaan untuk membiayai sendiri kampanyenya. Disinilah kita melihat betapa hebatnya system demokrasi menciptakan perputaran uang begitu dahsyatnya. Semua bahan dan alat untuk promosi bahan bakunya masih kita import. Kertas, bahan coating masing kita import. Tinta masih kita import, Kain, kapas masih kita import. Media TV, sebagian saham dikuasai asing. Begitu banyaknya uang yang dibuang untuk sebuah keyakinan tetang demokrasi tapi disisi lain kita menghidupkan industri asing.

Tapi bagaimanapun caleg sudah menjadi salah satu lahan professi yang menggiurkan bagi siapa saja. Bahkan 10% dari 460.000 caleg adalah pengangguran. Tentu sanak keluarga akan mengorbankan apa saja untuk dia terpilih dan mendapatkan pekerjaan sebagai anggota legislative. Kita bisa bayangkan berapa dana keluarga pengangguran yang terbuang percuma bila mereka gagal terpilih sebagai anggota legislative. Bagi yang berstatus bukan penganggur dan mempunya dana cukup mungkin tidak ada masalah. Tapi yang pasti sebagian besar dari mereka hanya siap sukses tapi tak siap untuk gagal. Setelah Pemilu usai, kita akan melihat ada ratusan ribu orang yang berpotensi stress karena gagal terpilih . Mereka yang tak terpilh mungkin sebagian akan menjadi pasien psikiater dan kejaran debt collector. Mereka adalah korban dari sebuah ambisi dari system kebebasan.

Bagi yang terpilih, tentu bersiap siap dengan rencana mengembalikan modal yang keluar sekaligus mempersiapkan bekal ketika kelak tidak terpilih lagi.

Entahlah…apalagi sebagian masyarakat sudak muak dengan system pemilu dan memilih untuk GOLPUT.

Tuesday, February 17, 2009

Andai saya terpilih

Bila saya terpilih jadi anggota Caleg, maka yang pertama saya dapat adalah kehormatan. Bukankah namanya Dewan yang terhormat. BIla kehormatan ditangan maka seluruh facilitas akan datang dengan terhormat pula. Rumah dinas lengkap dengan perabotannya, kendaraan dinas termasuk biaya bensin, sekretaris , ruang kantor lengkap dengan laptop, gaji lengkap dengan bejibun tunjangan. Itulah yang akan saya terima. Banyak orang kaya , tapi belum tentu terhormat, banyak orang terhormat tapi tidak kaya. Tapi posisi ini mendapakan dua duanya. Harta dan kehormatam. Hebat,kan. Siapa yang tak menginginkan posisi ini.

Kalau saya punya keluarga maka yang pertama memuji saya adalah istri dan anak anak saya. Kalau saya punya pacar maka yang pertama bahagia adalah pacar dan calon mertua. Yang pasti teman teman disekitar saya semua merasa senang Apakah ada posisi yang bisa membuat semua orang senang. ? Senyuman saya ketika berpakaian lengkap dan tampil disenayan ketika pelantikan , diliput oleh seluruh media massa, adalah senyuman kemenangan bahwa saya termasuk segilitir orang dinegeri ini yang berhak membuat aturan. Apakah ada posisi yang berhak mengatur orang banyak dan menentukan nasip orang banyak ?

Terpilihnya saya menjadi caleg akan mendatangkan rasa senang, Kemudian berikutnya menimbulkan kebanggaan dan akhirnya kepuasan.Kalau ini yang terjadi maka saya sudah termasuk setan yang bangga akan keberadaannya dihadapan Allah. Tapi kalau jabatan ini mengakibatkan saya takut gagal mengemban amanah, kawatir tak bisa sabar menghadapi cobaan facilitas kehormatan , maka saya termasuk manusia. Yang pasti seberat cobaan , seberat tuntutan sabar adalah kekuasaan. Inilah yang selalu dihindari oleh para sufi. Yang selalu berdoa kepada Allah…” belas kasihanilah aku atas segala takdir yang telah engkau tetapkan “ Bukan kemiskinan dan penderitaan ,kehinaan manusia yang ditakuti tapi kekuasaan dan harta..

Kekuasaan dan kehormatan adalah kendaraan Iblis untuk menggelincirkan manusia. Karena inilah cara termudah Iblis membuat manusia menjadi tuhan terhadap dirinya sendiri. Bila dalam diri manusia sudah timbul rasa bangga , maka sifat sombong akan melekat dalam setiap kata dan perbuatan; kebenaran dipertanyakan, keadilan dipermainkan, kebaikan diperdebatkan. Urusan tak kunjung selesai sampai kebawah kecuali berputar putar disekitar gedung ber AC dan instana bertiang tinggi. Teriakan lapar mereka yang terabaikan tertelan oleh gemuruh teriakan untuk berebut kekuasaan.

Namun kekuasan juga jalan terbaik menuju derajat tertinggi dihadapan Allah, Apabila kekuasaan itu menimbulkan sifat tawadhu dan bersyukur ; semakin dekat kepada yang miskin, semakin gagah melawan ketidak adilan, semakin kokoh memegang kebenaran. Yang tak pernah lelah berbuat dan berpikir untuk cinta kepada orang yang dibawahnya. Bila malam hari dihabiskannya untuk bermunajab kepada Allah dalam linangan airmata diatas sajadahnya. Harta dan facilitas symbol symbol kekuasaan akan dijauhinya, sementara kesederhanaan adalah pakaian sehari harinya. Cahaya Allah menerangi langkahnya, membuat sejuk semua orang yang ada dibawahnya. Maka rahmat Allah akan menyertainya , juga kepada seluruh orang yang ada dibawahnya.

Kita bertanya dan juga kepada siapa saja yang bermimpi “ andai saya terpilih “ dimanakah posisi yang anda inginkan. Apakah kehormatan dihadapan manusia ataukah dihadapan Allah. Bila kehormatan kepada manusia maka nikmatilah iblis sebagai sahabat dengan beragam kemewahan hidup. Namun bila kehormatan dihadapan Allah, maka nikmatilah kesederhaan , perkuatlah rasa sabar, perteguhlah akidah serta teruslah berdoa kepada Allah agar anda tidak lalai walau sedetikpun, khususnya kepada mereka yang lemah dan miskin…Semuanya kembali kepada diri anda ? Kita hanya bisa menonton dan menanti Allah berbuat dengan kekuasaannya.

Wednesday, February 11, 2009

Kemandirian

Di era Obama , kebijakan AS terhadap Iran adalah menggunakan smart power , yaitu melakukan embargo secara systematis terhadap Iran. Isyu yang digunakan terhadap Iran tetap sama seperti zaman Bush yaitu program Nuklir Iran. Seakan perang permusuhan dengan Iran sejak 1979 , diawali kejatuhan rezim boneka AS Syah Rezha Pahlevi sampai kini tak berkesudahan. Sejak itu tak terbilang berbagai masalah Iran datang karena tekanan politik AS.

Ditengah tekanan politik negara super power AS, Iran harus bangkit dari kebobrokan system pembangunan yang ditinggalkan oleh rezim otoriter Syah Reza Pahlavi. Mereka sadar bahwa revolusi menghadapi tantangan tidak mudah. Rusia dan AS memang dulu berseteru tapi soal Iran mereka bergandengan tangan. Perang Iran – Irak paska kemenangan Revolusi Islam di Iran , membuktikan sebuah konspirasi busuk antara Rusia dan AS untuk mendukung Irak menghancurkan Iran. Tapi kenyataanya Iran tetap exist dan bahkan berhasil menguasai kembali daerah Khuzestan yang sempat di invasi oleh Irak. Dalam perang ini Iran kehilangan prajurit lebih dari 500,000.

Setelah usai perang dengan Irak, Iran harus menghadapi embargo dari AS dan Barat. Mereka kehilangan Akses bantuan International. Apalagi soal persenjataan. Banyak alat tempur yang dibeli di zaman Syah tak bisa lagi beroperasi karena kekurangan spare part. Banyak industri tak bisa lagi jalan karena tekanan Embargo tersebut. Lumpuhkah Iran ? Tidak. Justru ditengah tekanan tersebut, membakar semangat kebersamaan dikalangan rakyat Iran untuk berjihad melahirkan kemandirian dari dunia luar.

Hasilnya kini Iran merupakan satu satunya negara ketiga yang tak lagi bergantung peralatan milter dari luar. Angkatan Darat Iran telah mampu memproduksi sendiri alat alat militer infanteri, dari senjata ringan otomatis sampai kepada senjata berat sejenis roket darat ke darat , laut ke laut, laut kedarat., Tank, panser, Dilaut, mereka juga mampu memproduksi sendiri kapal cepat militer dan torpedo tercepat didunia dengan kecepatan 100 M per detik. Kemampuannya dibidang industri militer telah juga berhasil memberikan bantuan militer kepada 57 negara dalam bentuk imbal beli.

Dibidang Ekonomi , Iran mampu melakukan swasembada Gandum dan yang lebih sangat mengagumkan adalah keberhasilan Iran menggeser pendapatan negaranya dari MIGAS ke sector non migas. Ini merupakan ujud kesadaran Iran untuk tidak tergantung penuh dengan sumber alam. Industri down stream migas berkembang pesat. Iran juga merupakan negara pengekspor kendaraan. Akibatnya Bank Central Iran merupakan salah satu bank central dengan kekuatan devisa terbesar didunia dan paling aman dari segala gejolak kurs karena embargo , ataupun krisis ekonomi global.

Pusat riset Iran telah berhasil menemukan berbagai ragam tekhnologi mencengangkan dunia. Riset dibidang Pharmasi telah berhasil menjadikan Iran berswasembada Pharmasi atau tidak ada lagi import obat yang berakibat rendahnya harga obat. Kehebatan riset di bidang pharmasi ini dengan ditemukannya sel Punca yang mampu menciptakan berbagai sel tubuh manusia untuk menanggulangi penyakit yang belum ada obatnya. Iran juga berhasil membangun peluncuran roket. Satelit Safir telah diluncurkan oleh para peneliti Iran sebagai ujud mereka tak lagi puritan dibidang teknologi ruang angkasa.

Kini Iran bangkit dengan penuh percaya diri dan merupakan satu satunya negara ketiga yang nol bantuan dari Barat / AS. Pihak Barat/AS sengaja meniupkan issue tentang Islam Syiah untuk memancing pertikaian dengan Islam Sunni. Setidaknya ini dijadikan alat untuk mengadu domba umat islam. Padahal senyatanya, konsitusi Iran mendukung penuh toleransi antara umat dan menghindarkan fanatisme kemazhaban yang menyebabkan timbulnya ketegangan dan kekerasan. Terbukti Iran mempunyai satu orang wakil president dari Sunni serta beberapa wakil di parlemen. Isue tentang islam mengekang wanita yang sengaja ditiupkan oleh pihak Barat/AS adalah nol besar. Terbukti 60% mahasiswa Iran adalah wanita dan sebagian mereka dilibatkan dalam berbagai jabatan penting negara.

Ditengah krisis global, Iran merupakan negara yang aman dari hantaman krisis, Maklum negara ini dari dulu mengutamakan perdagangan imbal beli dengan negara sahabatnya. Uang diharamkan untuk diperdagangkan , apalagi dijadikan alat spekulasi. Pelaksanaan Pasar Modal Iran , juga bukan untuk meningkatkan nilai saham ( bubble ) tapi bertujuan untuk menyebarkan kepemilikan saham kepada rakyat lewat program “ Saham keadilan “. Lewat program ini, saham saham perusahaan negara dibagikan kepada kalangan masyarakat berpendapatan rendah, dan labanya akan dikembalikan kepada mereka. Pihak asing dilarang untuk terlibat dalam pembelian saham perusahaan negara.

Lantas apa yang dapat dipetik dari Iran ? Sikaf kemandirian adalah mutlak untuk mendorong rakyat bangkit bahu membahu menyelesaikan sendiri masalah kebangsaan. Tak ada kemajuan diatas ketergantungan dengan pihak asing, apalagi ketergantungan itu dalam bentuk hutang luar negeri. Iran telah menjadi teladan bagi banyak negara ketiga untuk lepas dari segala hal yang berbau neocolonialism. Negara Amerika latin seperti Venezuela , Bolivia dan lainnya adalah contoh yang meniru jejak langkah iran untuk berkata kepada pihak Barat/AS “ NO “

Iran telah menjadi icon yang sukses untuk membangun semangat kebersamaan dan kemerdekaan hakiki. Itulah berkah dan sekaligus contoh yang diberikan Allah kepada umat dunia agar tidak ragu untuk melawan segala bentuk ketidak-adilan akibat neocolonialism. Dari sebuah revolusi Islam Iran, bisakah kita belajar dari semua ini ?

Sunday, February 1, 2009

Dari Forum Ekonomi Dunia

Pelajaran pertama yang didapat oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi adalah prinsip Ekonomi. Prinsip ekonomi itu yaitu dengan pengorbanan sekecil kecilnya untuk mendapatkan manfaat sebesar besarnya. Ini adalah prinsip, dogma, isme, idiologi , akhidah yang harus dipegang teguh oleh calon intelektual dibidang ekonomi. Tidak paham ini , ya tidak lulus atau tidak pantas mendapatkan baju toga keserjanaan.Kemudian mereka juga diyakinkan bahwa ilmu ekonomi ada bertujuan untuk menciptakan kemakmuran bagi masyarakat. Mereka percaya sebagai layaknya agama yang harus dipegang teguh dalam mengatasi berbagai masalah.

Dari dogma itulah muncul berbagai derivative pengetahuan dibidang ekonomi. Tak ada satupun kebijakan yang berhungan dengan masyarakat yang tak lepas dari dogma ekonomi ini. Lahirnya tekhnologi dipusat riset ditujukan tak lebih untuk memenuhi dogma ekonomi ini. Makanya muncul berbagai produk yang competitive advance dengan merek terlindungi dari copy paste.. Keungulan bersaing yang bersandarkan kepada tekhnologi dan rekayasa melahirkan value added. Akibatnya “ laba “ menjadi setinggi tingginya dan tentu biaya serendah rendahnya. Ini didukung penuh oleh berbagai regulasi local maupun global dalam WTO. Maka para pelaku ekonomi dimanjakan oleh system untuk hidup mewah dan mewah.

Keadaan inilah menimbulkan bubble price. Sebuah lambang kepongahan dan kerakusan. Mereka merasa bangga bila menikmati laba tinggi dari pengorbanan yang kecil. Para konsumen ditipu dengan iklan menggoda. Para konsumen diperas dengan produk yang tak ada substitusinya. Para konsumen dipermainkan dengan stock dan life time. Para konsumen dibujuk membeli masa depan dengan belanja sekarang. Semua punya harga dan harga, hingga sampai pada satu titik harga tak terjangkau untuk dibeli. Sektor lembaga keuangan yang bertugas mendorong konsumsi dan produksi kehilangan tenaga dorongnya. Lembaga keuangan collaps serentak.

Para ekonom yang percaya dengan agama baru ekonomi, tetap berkeyakinan bahwa keadaan akan baik baik saja. Krisis akan segera berlalu. Terbukti kemarin Wallstreet melaporan telah membagikan dana bonus kepada CEO Emiten sebesar USD 18 billion.Forum Tahunan Ekonomi yang di adakan di Davos, menyiratkan tentang perlunya memacu “Konsumsi “ dan tetap menjadikan Bank sebagai pendorong likuiditas pasar. Meminta agar pemerintah lebih berdaya mengawasi pasar. IMF ditugaskan untuk menyehatkan perbankan didunia yang terkena masalah likuiditas melalui bantuan dana. Tapi uang tidak ada. Makanya Di Forum Ekonomi ini, IMF memaksa agar negara kaya yang masih berlebih dana untuk memberikan pinjaman kepada IMF. Jepang berniat membantu IMF tapi hanya niat. Negara kaya Arab berjanji , namun hanya janji. China , tegas menolak memberikan bantuan apapun.

Obama dengan team ekonominya mulai berang kepada senate soal dana bailout yang tak kunjung dicairkan karena masalah politik. “ Save or create job for 3 million people for few year.” Katanya. Pemerintah kita lewat APBN sudah menyiapkan dengan rencana matang untuk program stimulus ekonominya tapi belum sempat terlaksana APBN pun sudah direvisi. Kita tidak tahu , bagaimana kekuatan APBN menahan tekanan neraca pembayaran seiring merosotnya kemampuan mendapatkan valas.

Tak ada solusi yang nampak kepermukaan di Forum Ekonomi kecuali berupaya bagaimana mengalirkan likuiditas di pasar untuk mendorong konsumsi. Padahal inti persoalan bukanlah soal uang tapi lebih kepada system yang salah. Mereka harus merubah dogma, akhidah ekonomi tentang laba setinggi tingginya dengan biaya serendah rendahnya menjadi “laba” sepatutnya dengan “biaya” sewajarnya. Bila ini dilaksanakan maka pasar akan meluas tanpa harus ada suplai uang lagi dipasar. Dan yang pasti gap antara kaya dan miskin semakin mengecil. Maka kemakmuran akan terjadi secara merata seiring terbentuknya keseimbangan..

Kalau betul bertujuan untuk kemakmuaran diplanet bumi, Sudah saatnya paradigma baru dibidang ekonomi dibangun. Harus ada revolusi system dan itu harus dari perubahan pemikiran tentang ekonomi itu sendiri. Harus diawali oleh pelaku ekonomi; para penguasa, pengusaha, professional, pengamat, dan lain sebagainya. Bahwa sudah saatnya meninggalkan laba setinggi tingginya dengan pengorbanan sekecil kecilnya. Stop rakus dan hiduplah sewajarnya tanpa berlebihan. Bukankah pada akhirnya semua kemewahan hidup ini tak akan kita bawa ketika mati kecuali amal kebaikan. Bersama Allah kita bisa.

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...