Monday, May 19, 2008

Hapus subsidi dan berdoalah ...

Ketika itu, Beijing sedang diliput kabut musin dingin. Saya bersama teman dari Goldman Such dan JP Morgan sedang menanti kedatangan tamu dari salah satu pejabat otoritas keuangan China. Sambil menunggu diruang Executive lounge, Business center Hotel Cenral Park , salah satu teman itu memandang saya cukup lama. Saya tersenyum. Bayangan saya teman ini nampak kesal karena harus mananti. Ternyata tidak.! Dia berkata “ Kita lelah menanti kebijakan politik jakarta yang lebih revolusioner untuk menghapus subsidi minyak. Padahal ini adalah satu satunya solusi ditengah kesulitan pemerintah meningkatkan cadangan devisa. Juga cara tepat untuk menarik arus modal masuk untuk mendukung industri hilir migas di Indonesia. Tidak seharusnya devisa yang didapat berlebih karena kenaikan minyak dibakar untuk subsidi. “ Saya agak terkejut.

Kemudian salah satu teman lain juga mengomentari “ Kenaikan minyak dunia, akan meningkat devisa Indonesia,sehingga mempunyai kekuatan untuk meingkatkan credit rating indonesia di financial market dunia. Pada gilirannya , akan membuka akses bagi masuknya arus modal intitusi. Tapi subsidi itulah yang membuat peluang ini menjadi tidak ada artinya. “ Kembali saya tersentak. Mereka berpikir tentang credit rating dan increase reserve currency. Dua hal ini memang fital untuk membuka akses financial resource terhadap akumulasi modal international. Lebih lebih lagi, mereka mengatakan bahwa jumlah orang kaya di indonesia melebihi jumlah penduduk singapore dan swiss. Ini pasar potensial bila subsidi dihapus dan akan mendorong tumbuhnya business hilir minyak. “Lantas bagaimana rakyak miskin “kata saya. Mereka saling berpandangan satu sama lain. Mereka serentak mengangkat bahu “ Hapus subsidi dan berdoalah untuk mereka “ kata mereka sambil tertawa.

Goldman Such dan JP Morgan serta group lainnya seperti Credit Suisse, Barclay Capital , Citigroup adalah lembaga keuangan yang berada dibalik suksesnya Indonesia menjual global bond dipasar terbatas ( non public offering ) atau melalui 144 A SEC Act. Mereka adalah lembaga keuangan yang bertindak sebagai underwriting penerbitan global Bond Indonesia , tentu salah satu persyaratan underwriting tersebut adalah menghapus subsidi. Alasannya , penghapusan subsidi adalah risk management atas global bond tersebut. Ini harus dipenuhi oleh pemerintah kalau ingin terus memanfaatkan pasar 144 A SEC act sebagai financial resoruce. Potensi penguatan fundamental ekonomi kita karena kenaikan minyak dunia diindikasikan oleh transaksi ekspor-impor migas yang terus-menerus mengalami surplus. Surplus transaksi ekspor-impor migas Indonesia dari tahun ketahun terus meningkat seiring dengan meningkatnya harga minyak dunia. Artinya surplus tersebut harus tetap aman untuk membayar kewajiban hutang luar negeri dengan cara menghapus beban subsidi dalam bentuk apapun kepada rakyat, termasuk BBM.

Para underwriter global bond, selain mensyaratkan penghapusan subsidi juga meminta pemerintah melaksanakan liberalisasi bisnis migas , sesuai dengan UU Migas No 22/2001, yang rancangannya dibuatkan oleh USAID itu, sektor hilir migas Indonesia kini terbuka untuk dimasuki oleh pengusaha swasta/asing. Disamping itu sejak UU Migas disyahkan , ada lebih 107 investor asing sudah memiliki izin prinsip untuk memanfaatkan pasar dalam negeri Indonesia. Semuanya menanti kebijakan penghapusan subsidi secara total . Sebagian besar dari mereka berafiliate business dengan group lembaga underwriter tersebut. Makanya bukan rahasia umum lagi, bila loby tingkat tinggi dari para lembaga kreditur kepada elite politik sangat intensif untuk menghapus subsidi , tidak sedikit uang ( suap ) ditebar untuk itu.

Suka tidak suka, berbagai kebijakan sektoral diindonesia, tidak terlepas dari usulan dari Lembaga keuangan international. Tujuan mereka hanyalah memperkuat strategy risk management dari aspek financial security terhadap suplai uangnya, serta meningkatkan yield dari suplai uang tersebut. Yield dalam pengertian tidaklah terbatas pada interest rate tapi lebih daripada itu adalah derivative business terhadap kelangsungan harga saham perusahaan affiliate mereka yang memanfaatkan regulasi tersebut. Inilah yang harus dipahami oleh semua kita, utamanya para analis dikampus yang terlanjur jatuh cinta dengan konsep globalisasi dan free market. Sadarilah , kita semua berada dalam kondisi terjajah dihadapan akumulator modal. Jangan pernah percaya alasan idealisme para ekonom dalam negeri yang mendukung penghapusan subsidi.Mereka semua adalah agent inperialis asing yang hanya memikirkan kepentingan pribadi sesaat.

Rakyat Indonesia bukanlah rakyat yang lemah. Kita tidak butuh disuapi apalagi dimanjakan. Bahkan nyawapun pernah kita gadaikan demi kemerdekaan negeri ini.Rakyat siap untuk mati kelaparan selagi kehormatan bangsa tetap dibela ; selagi tidak ada pihak asing yang diuntungkan dari setiap kebijakan tersebut, selagi benar benar kebijakan tersebut untuk kemakmuran rakyat. Masalahnya mengapa penghapusan subsidi ditolak oleh rakyat ? karena ini adalah hak rakyat untuk keadilan terhadap tanah airnya. Keadilan sebagai bangsa berdaulat. Namun bila kita bicara hak kepada pemerintah maka sikap mereka sama dengan teman saya tersebut diatas “ Hapus subsidi dan berdoalah untuk mereka...”.

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...