Tuesday, February 25, 2025

Benarkah Asset Danantara besar?

 


Kemarin Danantara telah resmi punya Dewan Eksekutif dan Dewan Pengawas. Jokowi masuk dalam daftar penasehat. Para mereka yang duduk di Danantara sumringah. Presiden sangat yakin bahwa Danantara adalah solusi utama untuk memacu pertumbuhan 8% yang jadi targetnya. Ya kita maklum. Dengan semakin sempitnya ruang fiscal karena defisit APBN, maka perlu dana diluar APBN. Harapan satu satunya ada pada BUMN.  


Skemanya sederhana saja dan sudah dipelajari di fakultas Ekonomi.  Bahwa dengan adanya neraca konsoldiasi semua BUMN ke dalam satu holding berdanama BPI-Danantara, itu akan lebih mudah  me-leverage asset untuk mengakses financial resource, baik lewat pasar uang maupun perbankan. Pertanyaannya adalah, apakah benar itu sebagai  solution ? Tentu pertanyaan itu terkait dengan sumber daya BUMN yang ada dalam Danantara.


Mari kita lihat data. Sampai dengan tahun 2024, total asset BUMN sebesar Rp. 10.950 trliun. Bagaimana dengan utang? Kan  asset itu tidak semua dari ekuitas. Dalam dokumen laporan neraca konsolidasi BUMN (25/9/2024), utang jangka pendek senilai Rp1.192,2 triliun, liabilitas spesifik lembaga keuangan Rp4.042,1 triliun, dan jangka panjang di posisi Rp1.722,9 triliun. Total jadi Rp 6.957,4 triliun. 


Dari data tersebut diatas, sumber daya BUMN yang digadang gadang sebesar Rp. 15000 triliun tidak benar. Net asset hanya sekitar Rp. 4000 trilun. Itupun asset setelah revaluasi, dan tidak termasuk dengan jatuhnya saham BUMN perbankan tahun ini. Tentu kalau di assessment risk management, value nya hanya 20% atau Rp. 800 triliun. Sementara tahun ini, diperlukan dana sebesar US$186 miliar, atau setara Rp2.920 triliun untuk bayar utang yang jatuh tempo dan beban bunga. Boncos kan.


Keadaan tersebut diatas cermin buruk nya pengelolaan BUMN pada era sebelumnya. Menurut data Kementerian Keuangan, selama periode 2014-2023, total PMN yang disuntikkan ke BUMN mencapai Rp401,37 triliun. Sedangkan dividen yang diterima negara sebesar Rp452,43 triliun. Setelah dikurangi PMN, negara hanya mendapatkan dividen bersih sebesar Rp51,06 triliun. Secara financial rasio itu sangat buruk kalau dibandingkan dengan total asset diatas Rp. 10.000 triliun. 


Mari bandingkan dengan BCA. Hanya dengan BCA saja, 159 BUMN kalah soal net dividen. Perhatikan. Pada periode yang sama atau 2014-2023, akumulasi laba BCA sebesar Rp280,92 triliun. Sedangkan dividen  yang dibagikan  BCA selama 10 tahun itu sebesar Rp129,94 triliun. 


Jadi sebenarnya, kalau mau disederhanakan, Danantara ini solusi mengatasi utang BUMN akibat kebijakan masa lalu. Alih alih menjadi solusi sumber daya negara mendapatkan dana pembangunan di luar APBN, malah justru BUMN sendiri berkubang dengan masalah tak ubahnya dengan APBN sendiri. Artinya program utama dari Danantara ini adalah memperbaiki neraca BUMN dan tentu kinerjanya harus diperbaiki juga. Itu tugas berat bagi pengurus Danantara. 


Please noted. Kalau kinerja BUMN sebagai unit bisnis di bawah Danantara tidak diperbaiki, jangan berharap akan bisa mengakses sumber daya keuangan. So, saran saya. Focuslah kepada restrukturisasi dan rasionalisasi secara menyeluruh. Selama proses itu hindari segala skema leverage yang too good to be true. Tidak ada yang mudah. Bisnis adalah akal sehat. Kalau engga, skema leverage itu akan mempercepat keruntuhan BUMN keseluruhan dan menciptakan skandal yang sangat mahal onkos recovery nya. Selamat berkerja kepada team Danantara.


No comments:

Benarkah Asset Danantara besar?

  Kemarin Danantara telah resmi punya Dewan Eksekutif dan Dewan Pengawas. Jokowi masuk dalam daftar penasehat. Para mereka yang duduk di Dan...