Saturday, August 12, 2017

Kasus NB...?




Maaf bagi yang tidak berkenan kalau saya sampai menulis soal NB. Setelah saya pikirkan maka tidak ada salahnya saya menulis tanpa melibatkan prasangka kecuali menempatkan persoalan secara objectif. Dengan cara ini saya berharap kita bisa bersikap adil dalam pikiran maupun sikap. Ini sangat penting untuk tetap membuat kita dijalur perjuangan moral. Kita cinta KPK tapi kita tidak mau KPK di isi oleh orang yang salah. Atau kita juga tidak mau karena jaket KPK maka orang itu seperti malaikat. Kita cinta POLRI tapi kita tidak mau Polisi diisi oleh orang yang salah. Siapapun yang salah maka itu bukan institusi tapi oknum nya. Kita wajib secara bersama sama mempercayai institusi karena mereka dibiayai dari pajak rakyat dan tugasnya menjaga kehidupan bernegara untuk tertip dan aman atas dasar Hukum dan UU. Penganiayaan terhadap NB dengan menyiram air keras ke wajahnya telah membuat kita marah. Tentu marah. Karena kalaulah karena jabatannya sebagai penyidik KPK sehingga dia harus cacat maka memanglah mahal harga memerangi korupsi. Dan kita harus memberikan dukungan moral kepada NB agar semua penyidik KPK tidak perlu takut melaksanakan tugasnya. Yakinkan mereka bahwa rakyat bersama KPK agar perang terhadap korupsi harus dimenangkan. 

Benarkah petugas KPK itu terancam hidupnya? tanya saya kepada teman. Menurut teman bahwa KPK itu sebuah sistem , dan keputusan terhadap target penyidikan juga atas dasar keputusan kolektif komisioner KPK. Sprindik tidak boleh di tanda tangani oleh ketua KPK tanpa persetujuan penuh semua anggota komisioner KPK. Proses menentukan seseorang patut di jadikan tersangka tidak tergantung pada satu orang tapi team. Jadi semua orang tahu bahwa petugas penyidik KPK bekerja atas dasar SOP yang ketat. Bahkan ruang penyidikan ada CCTV dan setiap anggota komisioner KPK mengawasi jalan pemeriksaan. Dengan demikin praktis setiap penyidik bukan ancaman. Yang menjadi ancaman bagi pelaku koruptor adalah sistem dari KPK itu sendiri. Jadi kalau menjadikan petugas KPK sebagai target agar terhindar dari penyidikan itu jelas tidak masuk akal. Koruptor engga bego amat. Useless. Ada ratusan petugas penyidik KPK, semua aman saja. “ Tapi mengapa dengan NB ? Tanya saya lagi. Teman itu hanya terdiam.

Hingga lebih dari 100 hari, penyerang Novel Baswedan belum ditemukan. Padahal kepolisian sudah memeriksa 56 saksi, membuat sketsa terduga pelaku, hingga menahan sejumlah orang yang kemudian dilepaskan lagi. Sketsa pelaku penyerang Novel Baswedan yang ditunjukkan Kapolri usai bertemu dengan Presiden Jokowi pada Senin, 31 Juli menunjukkan pelaku adalah pria dengan ciri-ciri tingginya sekitar 167-170 cm, berkulit agak hitam, rambut keriting, dan badan cukup ramping. Namun photo yang lebih mendekati asli adalah hasil laboratorium dari Kepolisian Australia yang akan mempertebal resolusi photo CCTV. Ini hasilnya masih di tunggu. Semoga laboratorium digital image ini dapat dengan jelas menentukan wajah dari pelaku. Nah pertanyaannya adalah, andaikan photo telah diketahui dengan jelas apakah ada jaminan siapa orangnya? Ini masih spekulasi.

Kasus ini berkembang menjadi rumit dan politis karena NB menyebutkan bahwa ada keterlibatan seorang jenderal yang dicurigainya. Dan itu disampaikannya bukan hanya kepada media lokal tapi media international termasuk TIME. Kalaulah yang dicurigai itu orang biasa mungkin tidak sulit polisi langsung beraksi. Tapi karena yang dicurigai adalah seorang polisi yang juga PATI tentu tidak semudah itu. Apalagi baru sebatas curiga. Salah sikap , bisa bisa penyidik akan dituntut balik. Dan bisa juga menjatuhkan moral PATI yang renta dikriminalkan atas dasar curiga. Apalagi pelaku utama belum tertangkap. Namun kerjasama dari NB selaku korban sangat diperlukan agar proses penyidikan dapat berlangsung cepat. Tapi sekarang belum ada kesediaan NB untuk menyampaikan kecurigaannya itu secara resmi lewat BAP. Sementara lewat media massa , NB terus mengatakan adanya keterlibatan seorang jenderal.

Namun hanya masalah waktu NB pasti akan diperiksa polisi untuk didengar kesaksiannya. Apalagi Tim gabungan KPK dan POLRI telah dibentuk tanpa menghilangkan hak KUHAP Polisi sebagai penyidikan kasus kejahatan umum. Kalau ada yang tidak mempercayai tim gabungan ini dan lebih mempercayai TPF maka itu tidak juga menjamin akan mudah. Karena dasarnya tidak percaya tetap saja kalau hasilnya tidak sesuai dengan persepsi awal akan dituduh TPF tidak jujur. Dan lagi bagaimana menentukan orang yang ada di TPF? Apakah semua independent ? Kemudian, sejauh mana kita tahu orang itu independent. Dan dampaknya secara tidak langsung sudah melecehkan lembaga POLRI, padahal kasusnya bukan berkaitan dengan perang antar lembaga yang mengharuskan dibentuknya TPF. Ini berkaitan dengan pidana umum yang mana korbannya adalah penyidik KPK.

Pertanyaanya berikutnya adalah bagaimana seandainya sang jenderal yang dicurigai itu ternyata tidak terbukti? Atau kasusnya jadi berkembang lebih jauh yang menyangkut reputasi dari KPK maupun POLRI sebagai institusi. Karena adanya oknum kedua belah pihak terlibat perang yang sehingga jatuhnya korban luka dari NB. Contoh seperti di film film dimana dua orang penegak hukum bertarung karena yang satu ingin memeras target, dan yang satunya lagi ingin melindugi. Walau targetnya adalah pelaku kriminal namun keduanya punya motive “ bad cop “, yaitu mendapatkan uang dari pelaku kejahatan. Sudah bisa ditebak ini akan mengarah kepada lembaga Presiden. Karena baik KPK maupun POLRI penanggung jawab berdasarkan UU adalah Jokowi sebagai presiden. Tentu akan jadi kayu bakar yang efektif bagi lawan politik Jokowi untuk melemahkan KPK , atau mungkin membubarkan KPK. Dan perang terhadap korupsi tidak bisa lagi efektif. Walau Kapolri sudah menyiapkan Densus anti korupsi namun legitimasinya tidak akan sekuat KPK. Bagaimanapun kasus cederanya NB oleh pelaku yang belum diketahui adalah indikasi tentang ada sesuatu yang “ salah” dan harus di perbaiki oleh Jokowi. 

Kita akan lihat negarawan seorang Jokowi menyelesaikan masalah tanpa keluar dari kuridor hukum yang diakui oleh NKRI. Kita tunggu tim  Gabungan dari POLRI dan KPK  yang dibentuk untuk bekerja dalam proses penyelidikan penganiayaan terhadap NB. Karenanya kita juga berharap agar Tim segera bertindak cepat mengusut kasus penganiayaan terhadap NB. Mengapa harus cepat ? Karena kasus ini seksi sekali bagi media massa dan di goreng terus oleh lawan Politik Jokowi. Bahkan mundurnya Najwa dikait kaitkan dengan kasus ini. Tentu tujuannya adalah mendiskriditkan pemerintahan Jokowi.

No comments:

Putin memenangkan Pilpres Rusia.

  Pemilu Rusia, memilih empat calon presiden, yaitu Putin, Leonid Slutsky, Nikolai Kharitonov, dan Vladislav Davankov. Hasilnya ?  Komisi Pe...