Sunday, August 14, 2016

Warga dunia...

Setiap putra Minang di didik oleh adat untuk merantau,sebagaimana pantun: "'Marantaulah buyung daulu, di kampung baguno balun. Pantun ini motivasi adat agar pria minang tidak takut merantau dan itu di lakukan untuk mendidiknya jadi dewasa.  Memang kehidupan kampung hanya mengajarkan rumah dan surau. Selebihnya hanyalah rutinitas yang tak lekang oleh panas dan tidak lapuk karena hujan. Tidak ada kemajuan dan tidak perubahan yang berarti. Namun adat mendidik pria pergi merantau mencari ilmu dan rezeki agar pusaka tinggi bisa di tambah dengan pusaka rendah untuk bekal bagi anak kamanakan serta orang kampung. Kebiasaan marantau bukan hanya monopoli adat Minang tapi juga adat dari daerah lainnya di nusantara ini, juga  budaya bangsa lainnya di dunia. Bahkan kalaulah tidak ada budaya merantau etnis China dari daerah Yunnan tentu tidak akan ada rumpun Melayu di Indonesia. Yang pasti orang yang berani merantau dan apalagi sampai sukses di rantau , itu bukanlah hal mudah. Tanpa kekuatan mental dan wawasan keimanan yang tinggi , hampir tidak mungkin dia bisa mandiri jauh dari sanak family. Anda boleh saja beragumen buruk tentang mereka tapi yang tak bisa anda lakukan adalah pergi jauh dari rumah dan bersaing untuk hidup. 

Kalau Anda ke Ho Cin Min, Vietnam akan mudah menemukan pengusaha Indonesia. Sebagian besar pengusaha asal indonesia pindah ke Vietnam setelah krusuhan Mey 1998 Mereka memindahkan pabriknya dari Indonesia karena trauma peristiwa chaos menjelang kejatuhan Soeharto dimana banyak tempat tinggal di bakar dan para wanita di perkosa. Begitu pula kalau Anda ke China Anda akan mudah menemukan pengusaha Indonesia yang membangun pabrik di sana. Di Hongkong akan banyak ditemukan warga Indonesia yang berprofesi sebagai PRT. Juga di Timur tengah dan Korea yang umumnya pria sebagai buruh kasar dan wanita jadi PRT. Belum lagi di AS yang bekerja sebagai profesional dan businessman. Makanya kalau Anda pergi ke luar negeri jangan kaget bila suatu waktu Anda bertemu dengan warga Indonesia. Diaspora warga Indonesia hampir di semua negara. Tentu dengan berbagai alasan keberadaan mereka di rantau itu. Tanpa berkecil hati, mereka sadar bahwa rezeki dan ilmu itu tidak hanya ada dimana dia di lahirkan tapi di bentangkan Tuhan seluas bumi ini. Paham kebangsaan hanyalah ciptaan manusia namun eksistensi manusia berkumpul dari berbagai suku bangsa adalah sunnatullah. 

Kalau mereka sampai punya dua paspor ke warga negaraan seperti dugaan kepada putra Minang Archandra Tahar yang kini jadi menteri ESDM, bukan berarti dia tidak mencintai Indonesia. Dan lagi bisa saja karena alasan extra ordinary person di sebabkan keahlian khusus sehingga mereka mendapat perlakuan istimewa dari negara di mana mereka berkarir atau tinggal. Perlakuan istimewa itu seperti di AS berupa green card pada awalnya dan kemudian setelah 5 tahun  berhak dapat paspor sebagai warga negara. Namun walaupun begitu mereka tetap jadikan indonesia sebagai rumah utama dan tidak pernah melepas kewarga negaraannya. Artinya setiap masa berlaku habis paspor mereka akan perpanjang lagi melalui KBRI. Karena memang di luar negeri seperti di AS orang tidak di permasalahkan punya kewarga negaraan lebih dari satu. Secara global juga hal biasa. Saya punya travel card APEC. Artinya saya warga negara 21 negara Asia pacific yang bebas saya kunjungi tanpa perlu ada visa. Itu semua bertujuan agar lebih mudah melaksanakan aktivitas di negara orang tanpa terbentur hambatan ke imigrasian.  

Memang yang selalu di rindukan oleh seluruh putra Putri Indonesia di rantau adalah pulang ke tanah air. Bila ada kesempatan , itu pasti di ambil. Bahkan  walau penghasilan lebih kecil , seperti Sri Mulyani yang bergaji mata uang USD enam digit di world bank tidak mempermasalahkan bila jabatan barunya bergaji sebagai menteri hanya puluhan juta rupiah. Juga sama halnya dengan Archandra Tahar  terpaksa melepas jabatan Eksekutif di perusahaan besar di AS karena terpilih sebagai Menteri ESDM. Yang luar biasa adalah kesediaan mereka melepas segala kemelipahan hidup di negeri orang untuk kembali ke Indonesia dengan penghasilan jauh di bawah yang mereka terima di luar negeri. Tanpa ke imanan dan kecintaan kepada tanah air , rasanya tidak mungkin orang mau berkorban begitu besar. Ketika mereka memilih pulang dan saat itu tanpa di minta pun mereka akan melepas ke warga negara lain dan menjadikan paspor Indonesia satu satunya yang dia pegang. Karena memang bekerja dan tinggal di Indonesia sebagai WNI tidak boleh punya dua kewarga negaraan atau punya paspor lebih dari satu. 

Jadi, kalau kita menolak orang asing untuk mencari rezeki di negeri kita itu sama saja kita menolak sunnatullah. Selagi mereka membayar pajak dan menggunakan ilmu serta modalnya untuk menjadikan potensi ekonomi SDA kita menjadi Pontesi real seharusnya kita sikapi dengan bijak sebagai warga dunia di mana semua manusia sama di ciptakan oleh Tuhan, dan kedudukannya ditentukan dari kualitas etos kerja serta akhlak. Mengapa kita antipati ? Mengapa kita tidak bermitra dengan mereka dan mendapatkan kemakmuran bersama sama. Keberadaan mereka sama dengan saudara kita yang diaspora ke seluruh dunia untuk mencari rezeki yang kadang sangat di butuhkan oleh negara lain. Cukup banyak anak bangsa yang sukses di negeri orang akhirnya pulang ke Indonesia untuk menebarkan kesuksesan bagi sanak family dan saudara sebangsa se tanah air. Jadilah warga dunia yang melihat masa depan dengan mata batin dan iman, bukan dengan paranoid yang justru merendahkan kualitas akhlak dan iman itu sendiri..

No comments:

Cara China mengelola BUMN.

  Tahun 80an China melakukan reformasi ekonomi. Tantangan yang dihadapi China adalah terbatasnya sumber daya manusia yang terpelajar. Anggar...