Selama ritual itu saya lalui, hari pertama sampai seminggu ,perasaan lapar dan haus terus mengganggu saya. Saya menderita dan lemah. Namun lewat seminggu, lewat pengalaman yang melelahkan, persepsi saya mulai terbangun. Bahwa tidak ada lapar, tidak ada haus tidak ada keinginan apapun. Apa yang terjadi ?lewat seminggu kemudian , saya benar benar tidak merasakan lagi lapar dan haus. Saya tidak lagi memikirkan lezatnya makanan.Tidak lagi memikirkan air untuk di minum.Tidak lagi memikirkan hal diluar yang membuat saya senang. Saya hanya melihat kedalam diri saya sendiri. Tanpa disadari saya bisa mengendalikan pikiran saya, dan tentu perasaan senang, bahagia, libido,orgasme, lapar, menderita pun dapat saya kendalikan. Semua karena pikiran, karena persepsi.
Thursday, February 25, 2016
Persepsi
Selama ritual itu saya lalui, hari pertama sampai seminggu ,perasaan lapar dan haus terus mengganggu saya. Saya menderita dan lemah. Namun lewat seminggu, lewat pengalaman yang melelahkan, persepsi saya mulai terbangun. Bahwa tidak ada lapar, tidak ada haus tidak ada keinginan apapun. Apa yang terjadi ?lewat seminggu kemudian , saya benar benar tidak merasakan lagi lapar dan haus. Saya tidak lagi memikirkan lezatnya makanan.Tidak lagi memikirkan air untuk di minum.Tidak lagi memikirkan hal diluar yang membuat saya senang. Saya hanya melihat kedalam diri saya sendiri. Tanpa disadari saya bisa mengendalikan pikiran saya, dan tentu perasaan senang, bahagia, libido,orgasme, lapar, menderita pun dapat saya kendalikan. Semua karena pikiran, karena persepsi.
Wednesday, February 24, 2016
Akhlak dan Etika?
Monday, February 22, 2016
Membangunkan dana tidur
Sunday, February 14, 2016
Modal dari Cina
Saturday, February 13, 2016
Sekitar kereta cepat...
Saat itu tahun 2013. Kabut musim dingin Beijing sangat tebal. Banyak pesawat ditunda penerbangannya. Saya tidak bisa menunda ke berangkatan ke Guangzho. Akhirnya saya memilih lewat darat. Naik kereta cepat ( bullet ). Di kereta disamping tempat duduk saya, ada pria Bule. Dia guru SMU di Delaware, AS.
“ Luar biasa.” katanya saat kereta melaju.
“ Apanya yang luar biasa? Tanya saya.
“ Kalau ini dibangun di Eropa atau Jepang atau AS itu biasa saja. Karena mereka membangun by design dan berbasis riset. Tapi China, dengan luas daratan yang luar biasa, dan penduduk diatas 1 miliar, itu tidak mudah. Kamu tahu, kereta ini hanya mesin. Secara tekhnologi tidak sulit mengerjakannya. Tapi dibalik mesin yang berkecepatan tinggi ini, ada masalah sosial dan ekonomi yang dijebol lewat social engineering.
Bayangkan, lanjutnya. kereta ini bergerak dengan energi yang besar dan mempunyai daya magnit yang tinggi, dan sangat merusak apabila ada hunian di dekat lintasan kereta. Beda dengan kereta biasa, yang dampak medan magnitnya tidak significant.. Otomatis dengan adanya kereta cepat, tata ruang juga berubah. Ini engga mudah, apalagi di kawasan padat.
Kereta ini bergerak dengan kecepatan tinggi. Engga mungkin di drive dengan manual. Pengoperasiannya menggunakan IT system secara wireless. Sementara wireless kan menggunakan Frekwensi. Anda tahu, frekwensi itu sumber daya terbatas. Belum lagi dampak dari adanya kereta cepat itu akan mengganggu frekwensi digital yang ada disekitar lintasan kereta. Lagi lagi ini berhubungan dengan tata ruang. Apa mau orang suruh bergeser sekian mill dari lintasan kereta? ini engga mudah.
Saya termenung. Memang infrastruktur keliatannya hanyalah kerjaan phisik para insinyur. Tapi tanpa ada rekayasa sosial dari ahli ekonomi dan sosial, ini proyek tidak mungkin terlaksana.
***
Kini, benarlah terbukti. Kendala serius kereta cepat Jakarta Bandung itu adalah soal lintasan atau lahan yang melintasinya. Design awal sampai pelaksanaannya berubah ubah terus. Awalnya Stasiun Halim PK Jakarta - Kerawang - Walini - Padalarang - Tegal Luar Bandung menjadi Halim PK Jakarta - Kerawang - Padalarang saja. Mengapa ? ya karena tata ruang. Ini masalah hukum dan UU yang melekat pada kawasan itu dan kepentingan konglo yang kuasai lahan. Belum lagi harus relokasi SUTT ( saluran udara tegangan tinggi.) Apa mau warga rumahnya kena SUTT? emang ada tanah kosong tanpa pemilik?
Belum lagi, soal frekuensi untuk signaling. Kan kereta ini mengunakan Global System Mobile-Railway (GSM-R). Perlu frekuensi pada 900 Mhz. Kapasitas kita hanya 15 Mhz. Untuk kereta ini saja perlu 4 Mhz. Apa iya Telkomsel sebagai pemilik konsesi pita frekuensi mau korbankan pelanggannya se Indonesia demi kereta cepat yang pelanggan hanya 30.000 orang ? Sudah? belum. Demi keselamatan perjalanan kereta, akan ada banyak repeater telekomunikasi disekitar lintasan kereta yang harus dibongkar. Nah repot kan?. Mana ada orang bisa hidup tanpa telp selular.
Saat Jokowi mengkesekusi Proyek Kereta cepat dan kebetulan menunjuk China sebagai penyedia tekhnologi dan pembiayaan. Saya rasa Jokowi bukan hanya meliat dari sisi tekhnologi, tetapi juga dari sisi rekayasa sosial. Dalam hal rekayasa sosial, China punya pengalaman hebat. Ini tidak jauh dari program revolusi mental yang dicanangkannya. Saya yakin masalah proyek kereta cepat ini akan mengguncang masyarakat. Karena proses rekayasa sosial itu tidak mudah. Butuh masyarakat yang dewasa dan mau diajak berubah. Semoga Jokowi tabah dan proyek ini selesai sesuai jadwal
Jebakan hutang membuat kita bego
Politik Global dulu jelas. Seperti adanya block barat dan timur dalam perang dingin. Arab-israel dalam konflik regional di timur tengah. Dim...
-
Sebelum ada sosial media mewabah. Media massa dikelola secara profesional. Peran pengawas media sebagian besar dilakukan oleh jurnalis ter...
-
Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...
-
Anda mungkin hanya tahu uang itu adalah yang ada ditangan anda berupa lembaran dan yang ada di bank dalam bentuk rekening tabungan. Itu ad...