Mari kita bahas bagaimana
menyusun strategi Rusia-Saudi tentang masalah minyak. Demikian kata Pangeran Arab Bandar bin Sultan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Tujuannya
adalah untuk menyepakati harga minyak dan jumlah produksi yang menjaga harga minyak
stabil di pasar global. Pangeran Arab ini kembali menegaskan bahwa Arab
memahami minat besar Rusia dalam minyak dan gas di Mediterania dari Israel ke
Siprus. Arab dan Rusia juga memahami pentingnya pipa gas Rusia ke Eropa.
Arab tidak tertarik bersaing dengan itu.
Untuk itu Arab inginkan kerjasama.
Usulan ini sangat strategis karena menawarkan sebuah aliansi antara
kartel OPEC dan Rusia yang merupakan 45 % produksi minyak global atau 40 juta
barel minyak per hari. Selama ini kedua kekuatan ini bermain di pasar sehingga
membuat pasar bergolak namun tetap tidak ada yang sangat mengontrol. Dapat dibayangkan apa jadinya bila Putin
menerima kerjasama ini ?. Dunia akan dibawah kendali Arab ( USA) dan Rusia
karena mereka mengontrol 45 % produksi minyak dunia. Pembicaraan tersebut
belangsung medio agustus, ditengah rencana
AS bersama sekutunya untuk menyerang Suriah , dan Arab Saudi kebagian tugas menjinakan Rusia. Maklum
satu satunya yang menjadi kendala atas rencana tersebut adalah peran Rusia yang
dengan tegas akan berada dibelakang rezim Bashar al-Assad,
Saudi boleh kawatir dengan
situasi di Suriah. Karena rezim Assad sampai saat ini tetap berkuasa dan tak
bisa ditumbangkan walau tidak sedikit dana bantuan diberikan kepada kaum
pemberontak FSA (oposisi). Dari waktu kewaktu rezim Assad mampu mengendalikan
situasi. Jalan raya sejauh 160 km ke Tartus, dan juga ke Latakia yang telah
lama dikuasai pemberontak, kini telah dibebaskan oleh tentara Assad. Untuk
pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, warga Syria bisa berkendaraan
dari Damaskus hingga pantai Laut Mediterania. Para pemberontak boneka Arab dan AS/Israel tak sehebat cerita koran. Makanya satu
satunya cara yang cepat dan mudah untuk menumbangkan Assad adalah intervensi
militer AS ( plus sekutu ) seperti yang pernah dilakukan AS kepada Irak. Upaya
Pangeran Arab Bandar bin Sultan membujuk Putin tidak berhasil. Putin sadar
bahwa Arab Saudi bersama Emirat, Qatar berada dibawah kendali Amerika. Andaikan Rusia setuju dengan propasal itu, tidak ada jaminan Arab Saudi akan tetap komit
karena penentu kebijakan global Arab Saudi khususnya berkaitan dengan minyak
sepenuhnya dibawah kendali Washington bersama group TNC minyak dan gas.
Bagi Putin, wajah galau pangeran
Arab untuk membujuknya tak membuatnya luluh. Pengalamannya yang panjang sebagai
agent KGB semasa perang dingin dan naluri business nya yang tajam telah membuat
dia bersikap dengan jelas bahwa Amerika tidak akan pernah mau berbagi atas
resource yang dikuasainya. Semua manuver politik Washington dikancah
international , termasuk ikut ambil bagian dalam kompilik regional tak lain
adalah melaksanakan kepentingan TNC. Maklum negara Amerika dibiayai oleh
pembayar pajak dan penyumbang pajak terbesar atau 60% sumber penerimaan pajak
Amerika berasal dari segelintir TNC yang beroperasi di seluruh dunia. Mereka
adalah King Maker di Amerika dan Creator dari semua permasalahan global yang
kini melanda dunia. Rusia tak ingin berhubungan dengan TNC berkedok aliansi
negara. Tidak! Hegemoni negara haruslah tak terkalahkan agar keadilan dunia
dapat ditegakkan. Stabilitas harga harus karena peran negara, bukan karena
kepentingan TNC dibidang MIGAS. Menjelaskan ini kepada Arab yang dibawah kendali
AS tidaklah mudah. Suka tidak suka, pangeran itu tidak lagi berindak untuk dan
atas nama negara Arab yang berlandaskan kepada semangat Madinah dan khilafah
Islam tapi lebih kepada kepentingan business untuk kemakmuran keluarga
kerajaan.
Teman saya di Dubai yang punya
bisnis minyak mengatakan bahwa bagaimanapun Suriah akan dibela all out oleh
Rusia, Iran dan juga China. Mengapa ? Suriah
adalah resource minya dan gas bagi China dan Rusia. Potensi minyak yang
dimiliki oleh Suriah diprediksi mencapai 2,5 Triliun Barrel. Hubungan Iran dengan Suriah adalah hubungan
strategis dibidang ekonomi, politik dan agama. Dibidang ekonomi, kini Iran bersama Irak dan Suriah terlibat dalam
konsorsium pembangunan pipa minyak dan
gas yang menelan biaya lebih dari USD 10 miliar. Pipa ini menghubungkan laut Kaspia-Laut Hitam- Teluk
Persia dan Timur Lautan Mediterania. Proyek ini tentu membuat Qatar bersama Turki sebagai
negara penyuplai gas akan tersaingi, sehingga masuk akal jika kedua negara ini
sangat menginginkan runtuhnya rezim Assad di Suriah. Melihat potensi ini tentu
bagi Iran, Rusia, China yang sedari awal berada dibelakang Suriah tidak akan
membiarkan Assad jatuh dan Suriah berada dibawah pengaruh FSA ( AS-EU, Israel ,
Qatar, Arab Saudi, Turki). Benarlah kata teman saya bahwa apabila Amerika
menyerang suriah maka itu sama saja dia berhadapan langsung dengan kepentingan
Rusia , China dan Iran. Ini akan jadi
perang besar dan tak mudah untuk diselesaikan.!
Tapi bagaimanapun niat Amerika
untuk bertindak sebagai polisi dunia atas Issue penggunaan senjata kimia oleh
tentara Assad kepada pemberontak harus tetap dilaksanakan. Kali ini PBB diminta
untuk meng endorse serangan itu. Demikian kata kateman saya. Kalaupun sampai Amerika melakukan serangan ke
Suriah maka itu karena adanya deal khusus dengan Iran dan atas persetujuan
Rusia serta China. Kalaupun deal ini terjadi maka itu hanya akan menjadi serangan
terbatas dan hanya untuk menyelamatkan muka Amerika tanpa efektif menjatuhkan
Assad. Menurut saya, keliatannya ini tidak akan terjadi walau kemungkinan itu
ada.
No comments:
Post a Comment