Tuesday, September 10, 2013

Rusia,Amerika, Arab..

Mari kita bahas bagaimana menyusun strategi Rusia-Saudi tentang masalah minyak. Demikian kata  Pangeran Arab Bandar bin Sultan kepada  Presiden Rusia Vladimir Putin. Tujuannya adalah untuk menyepakati harga minyak dan jumlah produksi yang menjaga harga minyak stabil di pasar global. Pangeran Arab ini kembali menegaskan bahwa Arab memahami minat besar Rusia dalam minyak dan gas di Mediterania dari Israel ke Siprus. Arab dan Rusia juga memahami pentingnya pipa gas Rusia ke Eropa. Arab  tidak tertarik bersaing dengan itu. Untuk itu Arab inginkan kerjasama.  Usulan ini sangat strategis karena menawarkan sebuah aliansi antara kartel OPEC dan Rusia yang merupakan 45 % produksi minyak global atau 40 juta barel minyak per hari. Selama ini kedua kekuatan ini bermain di pasar sehingga membuat pasar bergolak namun tetap tidak ada yang sangat mengontrol.  Dapat dibayangkan apa jadinya bila Putin menerima kerjasama ini ?. Dunia akan dibawah kendali Arab ( USA) dan Rusia karena mereka mengontrol 45 % produksi minyak dunia. Pembicaraan tersebut belangsung medio agustus, ditengah rencana  AS bersama sekutunya untuk menyerang Suriah , dan Arab  Saudi kebagian tugas menjinakan Rusia. Maklum satu satunya yang menjadi kendala atas rencana tersebut adalah peran Rusia yang dengan tegas akan berada dibelakang rezim Bashar al-Assad,

Saudi boleh kawatir dengan situasi di Suriah. Karena rezim Assad sampai saat ini tetap berkuasa dan tak bisa ditumbangkan walau tidak sedikit dana bantuan diberikan kepada kaum pemberontak FSA (oposisi). Dari waktu kewaktu rezim Assad mampu mengendalikan situasi. Jalan raya sejauh 160 km ke Tartus, dan juga ke Latakia yang telah lama dikuasai pemberontak, kini telah dibebaskan oleh tentara Assad. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, warga Syria bisa berkendaraan dari Damaskus hingga pantai Laut Mediterania. Para pemberontak boneka  Arab dan AS/Israel  tak sehebat cerita koran. Makanya satu satunya cara yang cepat dan mudah untuk menumbangkan Assad adalah intervensi militer AS ( plus sekutu ) seperti yang pernah dilakukan AS kepada Irak. Upaya Pangeran Arab Bandar bin Sultan membujuk Putin tidak berhasil. Putin sadar bahwa Arab Saudi bersama Emirat, Qatar berada dibawah kendali  Amerika. Andaikan  Rusia setuju dengan propasal itu,  tidak ada jaminan Arab Saudi akan tetap komit karena penentu kebijakan global Arab Saudi khususnya berkaitan dengan minyak sepenuhnya dibawah kendali Washington bersama group TNC minyak dan gas.

Bagi Putin, wajah galau pangeran Arab untuk membujuknya tak membuatnya luluh. Pengalamannya yang panjang sebagai agent KGB semasa perang dingin dan naluri business nya yang tajam telah membuat dia bersikap dengan jelas bahwa Amerika tidak akan pernah mau berbagi atas resource yang dikuasainya. Semua manuver politik Washington dikancah international , termasuk ikut ambil bagian dalam kompilik regional tak lain adalah melaksanakan kepentingan TNC. Maklum negara Amerika dibiayai oleh pembayar pajak dan penyumbang pajak terbesar atau 60% sumber penerimaan pajak Amerika berasal dari segelintir TNC yang beroperasi di seluruh dunia. Mereka adalah King Maker di Amerika dan Creator dari semua permasalahan global yang kini melanda dunia. Rusia tak ingin berhubungan dengan TNC berkedok aliansi negara. Tidak! Hegemoni negara haruslah tak terkalahkan agar keadilan dunia dapat ditegakkan. Stabilitas harga harus karena peran negara, bukan karena kepentingan TNC dibidang MIGAS. Menjelaskan ini kepada Arab yang dibawah kendali AS tidaklah mudah. Suka tidak suka, pangeran itu tidak lagi berindak untuk dan atas nama negara Arab yang berlandaskan kepada semangat Madinah dan khilafah Islam tapi lebih kepada kepentingan business untuk kemakmuran keluarga kerajaan.

Teman saya di Dubai yang punya bisnis minyak mengatakan bahwa bagaimanapun Suriah akan dibela all out oleh Rusia, Iran dan  juga China. Mengapa ? Suriah adalah resource minya dan gas bagi China dan Rusia. Potensi minyak yang dimiliki oleh Suriah diprediksi mencapai 2,5 Triliun Barrel.  Hubungan Iran dengan Suriah adalah hubungan strategis dibidang ekonomi, politik dan agama. Dibidang ekonomi, kini  Iran bersama Irak dan Suriah terlibat dalam konsorsium  pembangunan pipa minyak dan gas yang menelan biaya lebih dari USD 10 miliar. Pipa ini  menghubungkan laut Kaspia-Laut Hitam- Teluk Persia dan Timur Lautan Mediterania. Proyek ini tentu membuat Qatar bersama Turki sebagai negara penyuplai gas akan tersaingi, sehingga masuk akal jika kedua negara ini sangat menginginkan runtuhnya rezim Assad di Suriah. Melihat potensi ini tentu bagi Iran, Rusia, China yang sedari awal berada dibelakang Suriah tidak akan membiarkan Assad jatuh dan Suriah berada dibawah pengaruh FSA ( AS-EU, Israel , Qatar, Arab Saudi, Turki). Benarlah kata teman saya bahwa apabila Amerika menyerang suriah maka itu sama saja dia berhadapan langsung dengan kepentingan Rusia , China dan Iran.  Ini akan jadi perang besar dan tak mudah untuk diselesaikan.!

Tapi bagaimanapun niat Amerika untuk bertindak sebagai polisi dunia atas Issue penggunaan senjata kimia oleh tentara Assad kepada pemberontak harus tetap dilaksanakan. Kali ini PBB diminta untuk meng endorse serangan itu. Demikian kata kateman saya.  Kalaupun sampai Amerika melakukan serangan ke Suriah maka itu karena adanya deal khusus dengan Iran dan atas persetujuan Rusia serta China. Kalaupun deal ini terjadi maka itu hanya akan menjadi serangan terbatas dan hanya untuk menyelamatkan muka Amerika tanpa efektif menjatuhkan Assad. Menurut saya, keliatannya ini tidak akan terjadi walau kemungkinan itu ada.  

No comments:

Negara puritan tidak bisa jadi negara maju.

  Anggaran dana Research and Development ( R&D) Indonesia tahun   2021 sebesar 2 miliar dollar AS, naik menjadi 8,2 miliar dollar AS (20...