Dalam jamuan makan malam ,ada hal yang menarik ketika teman yang bekerja sebagai market analysis di salah satu securities company di Beijing bicara kapada saya “ Kalau ada pemeras yang dihormati maka itu adalah business network retail. Anda bisa bayangkan, hanya dengan konsep dan branded mereka bisa mendapatkan modal dari supplier, bank, mengontrol contract kemitraan termasuk soal margin dan lain sebagainya. Semua display di create untuk menciptakan laba. Sampai sampai soal investasi gerai merekapun tidak keluar uang didepan sama sekali, yang bayar dulu adalah pemilik bangunan ( developer Mall ). Philosophy mereka buy law sale high and pay later. “ Katanya sambil tersenyum Tapi saya terkejut dengan ungkapan yang sederhana. Maklum saja yang saya ketahui di china tidak dibenarkan retail raksasa asing boleh beroperasi. Kecuali dikota besar dan di down town.
Memang business ratail raksasa lahir dari konsep “ satisfied and convenient” yang ditawarkan kepada customer. Ditambah lagi image sengaja dibangun secara berkelanjutan untuk meyakinkan audience tentang perlunya satisfied and convenient” Akibatnya kehadiran gerai retail raksasa seperti Carrefour dan hypermart ,Giant, Makro, Belhaize, Ahold membuat peretail local terpuruk. Bahkan Hero yang termasuk peretair besar kelas local ikut mengalami tekanan dan akhirnya bergabung dengan Giant ( Malaysia). Sementara Matahari , terpaksa harus merger dengan ( Gorup Lipo/asing) atau hancur dimakan kompetisi. Nah, kalau sekelas Matahari dan Hero saja tak kuat bersaing, lantas bagaimana nasip dari pedagang tradisional. Tentu mereka makanan empuk. Untuk menghantam peretail tradisional, peretail raksasa ini juga telah menguasai saham jaringan minimarket AlfaMart dan IndoMart sehingga praktis mereka masuk disemua lini untuk menguasai uang berputar disekitar belanja kebutuhan umum. Luar biasa.
Mari kita lihat bagaimana cara peretail raksasa ini bermain. Kecanggihan konsep business ini terdiri dari hal sebagai berikut :
Pertama : Administration system. Kekuatan mereka terletak dari kemampuan mereka mengatur arus lalulintas barang dari supplier, ke gudang dan kemudian ketangan konsument. Semua data ribuan jenis product teradiministrasi secara sytem online Efficient Consumer Response (ECR) melalui electronic data interchange (EDI). Dengan system ini mereka mampu memonitor kekinian stock setiap saat dan sekaligus melakukan real time order kepada supplier. Akibatnya mereka dapat mengurangi penumpukan stock digudang. Hebatnya system ini juga meliputi monitoring seluruh stand yang ada. Sehingga mereka dapat mengetahui persis produk apa yang tingkat penjualannya tinggi dan mana yang rendah. Yang tinggi ditingkatkan ,yang rendah ditukar/dihilangkan. Lebih luas lagi, sytem ini menjangkau kepada seluruh network retail mereka. Semua dikendalikan oleh Main Server berskala raksasa dan terprogram dengan systematis.. Hasilnya sudah dapat ditebak mereka mampu menigkatkan efisiensi dan menentukan strategy yang tepat untuk meningkat volume penjualan setiap product.
Kedua : Menguasai larger stock. Soal ini mereka juga mempunyai posisi tawar yang tinggi dihadapan pemasok. Kalau mereka dapat membeli dalam jumlah besar maka mereka membeli dengan tunia namun menentukan harga semurah mungkin. Soal uang tunai , tidak usah pusing.. Hampir semua bank tidak ada yang ragu memberikan kredit kepada gerai raksasa ini. Bahkan teman saya cerita bahwa dia pernah dimintai tolong oleh banker untuk membujuk salah satu petinggi Retail raksasa yang berkantor pusat di Singapore untuk menekan pimpinan yang ada di Indonesia agar menjadi nasabahnya. Kalau harga tidak bisa ditawar murah maka mereka menentukan syarat pembayaran berjangka paling cepat 3 bulan. Mengapa pihak banker maupun supplier mau saja mendukung mereka ? ya itu tadi, mereka mempunyai cash management system yang solid. Liquiditas mereka terkontrol dengan baik melalui payment management system untuk setiap jenis contract. Semua ini dilakukan (lagi lagi) secara online dengan semua unit management.
Ketiga : Busness cash flow. Inti business mereka bukan terpusat pada perputaran barang. Tapi perputaran uang tunai yang setiap harinya masuk bagaikan air bah. Sementara kewajiban membayar kepada suplier berjangka waktu 3 bulan. Makanya mereka tidak meminta margin tinggi atas barang. Sehingga mereka dapat memberikan harga murah. Tapi sebetulnya mereka mendapatkan laba berlipat dari management fund. Hampir semua securities company kelas dunia berusaha mendapatkan clients seperti ini. Mereka akan mendapatkan pelayanan prima dari pengelola dana untuk meningkatkan value dari cash flow yang berputar deras itu. Akhirnya tetap saja , mereka dapat menghasilkan total margin corporate business diatas rata rata business yang ada. :
Keempat: Partnership control. Menentukan kemitraan yang memeras. Hampir semua resiko ditanggung oleh mitra. Biaya promosi ditanggung oleh setiap mitra ( supplier ), juga resiko penurunan target penjualan ( yang mereka tentukan sendiri). Mengapa ini dapat terjadi ? lagi lagi karena merekan mempunyai space market dan audience. Inilah the real king dalam business modern.
Kelima : Right place. Tempat yang strategis. Soal tempat mereka tidak perlu pusing. Ada banyak developer yang menawarkan proposal kemitraan kepada gerai raksasa ini sebagai main tenant. Karena bukan rahasian lagi, apabila developer Mall mampu mendapatkan long term contract lease space dari gerai raksasa maka bank pun tidak ragu memberikan kredit contructuion. Bagaimana pembayaran kepada developer?. Lagi lagi mereka tidak pernah bayar didepan. Selalu bayarnya dibelakang dengan harga special. Rata rata 30% dari space yang berlaku untuk tenant lainnya. Itupun pembayarannya dilakukan 3 bulan setelah jatuh tempo contract ( tahunan ).Bahkan ada long term contact itu dibuat dengan mencantumkan pembayarn sewa setelah penyewa mencapai target penjualan tertentu. Hebat, kan.
Demikianlah kehebatan business retail raksasa yang kini bebas masuk berdasarkan UU Penanaman Modal tahun 2007. Kita tidak tahu bagaimana mungkin para pengambil kebijakan dapat dengan begitu saja membebaskan animal business ini menguasai potensi business yang sebetulnya ruang bagi UKM dan sekalius menjadi jaring pengaman social bagi masyarakat kelas menengah bawah. Seharusnya kita belajar dari China dan India yang membangun space ratail modern dengan system melalui obligasi daerah atau koperasi. Akibatnya yang tercipta adalah pemerataan akses berusaha bukannya penguasaan akses kepada segelintir pemain , apalagi itu adalah pihak asing.
Memang business ratail raksasa lahir dari konsep “ satisfied and convenient” yang ditawarkan kepada customer. Ditambah lagi image sengaja dibangun secara berkelanjutan untuk meyakinkan audience tentang perlunya satisfied and convenient” Akibatnya kehadiran gerai retail raksasa seperti Carrefour dan hypermart ,Giant, Makro, Belhaize, Ahold membuat peretail local terpuruk. Bahkan Hero yang termasuk peretair besar kelas local ikut mengalami tekanan dan akhirnya bergabung dengan Giant ( Malaysia). Sementara Matahari , terpaksa harus merger dengan ( Gorup Lipo/asing) atau hancur dimakan kompetisi. Nah, kalau sekelas Matahari dan Hero saja tak kuat bersaing, lantas bagaimana nasip dari pedagang tradisional. Tentu mereka makanan empuk. Untuk menghantam peretail tradisional, peretail raksasa ini juga telah menguasai saham jaringan minimarket AlfaMart dan IndoMart sehingga praktis mereka masuk disemua lini untuk menguasai uang berputar disekitar belanja kebutuhan umum. Luar biasa.
Mari kita lihat bagaimana cara peretail raksasa ini bermain. Kecanggihan konsep business ini terdiri dari hal sebagai berikut :
Pertama : Administration system. Kekuatan mereka terletak dari kemampuan mereka mengatur arus lalulintas barang dari supplier, ke gudang dan kemudian ketangan konsument. Semua data ribuan jenis product teradiministrasi secara sytem online Efficient Consumer Response (ECR) melalui electronic data interchange (EDI). Dengan system ini mereka mampu memonitor kekinian stock setiap saat dan sekaligus melakukan real time order kepada supplier. Akibatnya mereka dapat mengurangi penumpukan stock digudang. Hebatnya system ini juga meliputi monitoring seluruh stand yang ada. Sehingga mereka dapat mengetahui persis produk apa yang tingkat penjualannya tinggi dan mana yang rendah. Yang tinggi ditingkatkan ,yang rendah ditukar/dihilangkan. Lebih luas lagi, sytem ini menjangkau kepada seluruh network retail mereka. Semua dikendalikan oleh Main Server berskala raksasa dan terprogram dengan systematis.. Hasilnya sudah dapat ditebak mereka mampu menigkatkan efisiensi dan menentukan strategy yang tepat untuk meningkat volume penjualan setiap product.
Kedua : Menguasai larger stock. Soal ini mereka juga mempunyai posisi tawar yang tinggi dihadapan pemasok. Kalau mereka dapat membeli dalam jumlah besar maka mereka membeli dengan tunia namun menentukan harga semurah mungkin. Soal uang tunai , tidak usah pusing.. Hampir semua bank tidak ada yang ragu memberikan kredit kepada gerai raksasa ini. Bahkan teman saya cerita bahwa dia pernah dimintai tolong oleh banker untuk membujuk salah satu petinggi Retail raksasa yang berkantor pusat di Singapore untuk menekan pimpinan yang ada di Indonesia agar menjadi nasabahnya. Kalau harga tidak bisa ditawar murah maka mereka menentukan syarat pembayaran berjangka paling cepat 3 bulan. Mengapa pihak banker maupun supplier mau saja mendukung mereka ? ya itu tadi, mereka mempunyai cash management system yang solid. Liquiditas mereka terkontrol dengan baik melalui payment management system untuk setiap jenis contract. Semua ini dilakukan (lagi lagi) secara online dengan semua unit management.
Ketiga : Busness cash flow. Inti business mereka bukan terpusat pada perputaran barang. Tapi perputaran uang tunai yang setiap harinya masuk bagaikan air bah. Sementara kewajiban membayar kepada suplier berjangka waktu 3 bulan. Makanya mereka tidak meminta margin tinggi atas barang. Sehingga mereka dapat memberikan harga murah. Tapi sebetulnya mereka mendapatkan laba berlipat dari management fund. Hampir semua securities company kelas dunia berusaha mendapatkan clients seperti ini. Mereka akan mendapatkan pelayanan prima dari pengelola dana untuk meningkatkan value dari cash flow yang berputar deras itu. Akhirnya tetap saja , mereka dapat menghasilkan total margin corporate business diatas rata rata business yang ada. :
Keempat: Partnership control. Menentukan kemitraan yang memeras. Hampir semua resiko ditanggung oleh mitra. Biaya promosi ditanggung oleh setiap mitra ( supplier ), juga resiko penurunan target penjualan ( yang mereka tentukan sendiri). Mengapa ini dapat terjadi ? lagi lagi karena merekan mempunyai space market dan audience. Inilah the real king dalam business modern.
Kelima : Right place. Tempat yang strategis. Soal tempat mereka tidak perlu pusing. Ada banyak developer yang menawarkan proposal kemitraan kepada gerai raksasa ini sebagai main tenant. Karena bukan rahasian lagi, apabila developer Mall mampu mendapatkan long term contract lease space dari gerai raksasa maka bank pun tidak ragu memberikan kredit contructuion. Bagaimana pembayaran kepada developer?. Lagi lagi mereka tidak pernah bayar didepan. Selalu bayarnya dibelakang dengan harga special. Rata rata 30% dari space yang berlaku untuk tenant lainnya. Itupun pembayarannya dilakukan 3 bulan setelah jatuh tempo contract ( tahunan ).Bahkan ada long term contact itu dibuat dengan mencantumkan pembayarn sewa setelah penyewa mencapai target penjualan tertentu. Hebat, kan.
Demikianlah kehebatan business retail raksasa yang kini bebas masuk berdasarkan UU Penanaman Modal tahun 2007. Kita tidak tahu bagaimana mungkin para pengambil kebijakan dapat dengan begitu saja membebaskan animal business ini menguasai potensi business yang sebetulnya ruang bagi UKM dan sekalius menjadi jaring pengaman social bagi masyarakat kelas menengah bawah. Seharusnya kita belajar dari China dan India yang membangun space ratail modern dengan system melalui obligasi daerah atau koperasi. Akibatnya yang tercipta adalah pemerataan akses berusaha bukannya penguasaan akses kepada segelintir pemain , apalagi itu adalah pihak asing.