Saturday, May 25, 2024

Pendidikan dan Kapitalisme


 


Prinsip kapitalis adalah kebebasan pasar.  Tetapi kalau anda baca buku The Theory of Moral Sentiments, Adam Smith, kebebasan pasar itu bukan berarti memberi peluang penguasaan pasar bagi pemodal. Tetapi memberi orang punya kebebasan berpikir tanpa terjebak dengan status quo. Dari kebebasan berpikir ini tercipta inovasi dan kreatifitas. Tercabut dari standarisasi formal, persepsi yang ditentukan negara dan lembaga. Dari kebebasan ini akan lahir kompetisi yang harmoni. Karena pada esensinya kebebasan berpikir membuat orang mudah berkolaborasi dan bersinergi. Tentu mengutamakan moral diatas segala galanya.


Sistem pendidikan AS sebelum tahun 1983 memang atas dasar The Theory of Moral Sentiments itu. Karenanya disaat kapitalisme diperkenalkan abad ke 16 dan sebagai  ideologi abad 20, AS muncul sebagai pemenang perang dunia kedua. AS unggul dalam hal sains yang berhasil membuat bom atom. Unggul dalam hal produksi, yang berhasil membuat banyak alat perang dalam waktu singkat. Namun tahun 83 terjadi reformasi pendidikan di AS. Alasan mengemuka saat itu adalah menjadikan lembaga pendidikan sebagai pabrikasi tenaga kerja. Maka karena itu dibuatlah standarisasi seperti mesin pabrik. Agar standar kualitas bisa sama. 


Setelah itu, metodologi mendapatkan pengetahuan lewat hafalan dan textbook thinking menjadi standar. Skripsi tidak lulus tanpa ada sumber referensi yang valid dan reputable. Siswa dipaksa berpikir dengan standar yang sudah ditetapkan. Sistem pendidikan tidak lagi membangun karakter kebebasan berpikir tetapi karakter robot untuk memuaskan pengusaha dan penguasa yang butuh para pekerja.  Ya feodalisme gaya baru. 


Nah karena sistem pendidikan adalah bagian dari supply chain industry. Maka tentu proses belajar dan mengajar adalah juga business process. Dari sana rating sekolah dan universitas terbentuk. Setiap siswa ada ratingnya. Atas dasar rating itu value mereka ditentukan di hadapan korporat dan pemerintah. Stigma titel dan almamater menentukan masa depan orang. Apapun orang lakukan berinvestasi agar dapat rating terbaik. Jangan kaget bila karena itu universitas sudah menjelma menjadi lembaga kapitalis. Semua ada harganya, tidak ada akreditas gratis dan murah. Kompit bukan lagi soal kompetensi, terapi persepsi.


Reformasi pendidikan di AS itu diadopsi oleh Indonesia di era reformasi.  Saya ingat waktu tahun 2002 saat RUU sistem pendidikan nasional akan diajukan ke DPR, saya sebagai aktivis memberikan catatan kepada teman teman di DPR. “ Focus kepada UUD 45 bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Negara harus tanggung. Pendidikan adalah proses belajar untuk membangun karakter mandiri di atas kebebasan berpikir, bukan dogma.” Catatan saya lebih kepada menghindari konsep kapitalisme dalam sistem pendidikan itu. Saya tahu, reformasi pendidikan kita digagas oleh OECD, Itu lembaga think thank financial player, 


Anda bica baca UU No 20 Tahun 2003 definisi Pendidikan. Bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari definisi ini, memang sistem pendidikan kita menjamin kebebasan berpikir yang berorientasi kepada karakter building. Kalau ada pasal tentang status badan hukum lembaga pendidikan. Itu bukan bermakna kapitalisme, tetapi lebih kepada independensi lembaga pendidikan agar tidak terkontaminasi politik. Tapi dalam prakteknya definisi itu diabaikan. Terlalu besar tangan pemerintah campuri dan hasilnya malah menjalankan agenda kapitalisme.


***

Tahun 79 saat reformasi di China, Bapak Deng Xiaoping justru meniru sistem pendidikan di AS sebelum tahun 83. Deng berpikir sederhana. Mengapa AS menang perang? Karena sistem pendidikannya mampu melahirkan karakter hebat bagi bangsanya.  Deng melihat kehebatan AS itu berasal dari sistem pendidikan.  Ya dia tiru. Sebelum reformasi ekonomi, reformasi pendidikan lebih dulu dilakukan. Reformasi pendidikan di China orientasinya adalah mengarahkan siswa untuk mampu memprogram dirinya sendiri. Jadi, kehormatan akan kebebasan berpikir itulah yang dibangun di sekolah. Karenanya, China menghapus sistem pendidikan lama yang feodalisme. Menghapus Program hafalan dan dogma yang menentukan salah benar. Makanya di China ujian sekolah lebih banyak menggunakan essay daripada multiple choice.  


Saya akan jelaskan secara sederhana makna reformasi pendidikan di China. Mungkin semua tahu apa yang dimaksud dengan Program pada sistem komputer. Secara umum, program merupakan kumpulan instruksi atau kode bahasa yang hanya dimengerti oleh komputer. Tujuan ditulisnya sebuah program adalah untuk memudahkan dalam suatu proses menghasilkan output yang diinginkan oleh pembuat program. Orang yang membuat program disebut dengan pemograman atau programmerKalau komputer yang membuat program adalah manusia. Gimana dengan manusia?, siapa yang membuatnya ? Yang membuatnya adalah Tuhan.


Program  itu sudah disediakan Tuhan dalam diri manusia sejak dalam rahim ibu. Ini sistem yang men drive otak, ruh menjadi apa yang disebut dengan akal. Bahwa otak menyerap input yang datang dari luar, seperti dari orang tua, teman , guru. Karenanya manusia itu disebut makhluk sosial. Tetapi akal berperan memproses input itu menjadi persepsi dan konsepsi. Kalau anda menghormati berkah Free Will ( kebebasan berpikir dan kehendak) yang diberi Tuhan. Akal anda bisa menentukan sendiri persepsi itu dan konsepsi itu. Dalam diri manusia dilengkapi semacam cell programming entity.  Bahkan bisa memprogram ulang persepsi yang sudah terbentuk akibat jadi follower buta.

Nah apabila anda sudah mampu memprogram diri anda sendiri maka anda telah menjadi diri anda sendiri. Anda telah berhasil mengalahkan diri anda sendiri. Sudah berhasil menjadi pemimpin atas diri anda sendiri. Anda hanya akan bersyukur kepada Tuhan saja, bukan kepada manusia. Jadi, engga mungkin gampang di PHP. Engga mungkin gampang baper dan engga mungkin gampang jadi follower buta. Engga mungkin mudah mengeluh. Sehingga engga mungkin orang lain gampang menggiring anda jadi korban ponzi. Apapun yang terjadi, anda paahmi itu hanya antara anda dan Tuhan  saja.


Perhatikan, saat AS mereformasi pendidikannya go to market terstandarisasi, China malah meniru sistem jadul AS yang tanpa standarisasi. Terbukti sekian dekade, China bisa melakukan lompatan jauh kedepan, sementara AS terjebak dengan beragam krisis. Dari negara kreditur berubah menjadi debitur. Itu juga fakta kegagalan kita sebagai negara akibat rezim yang bodoh dan tolol, menerapkan sistem pendidikan yang create kita sebagai bangsa follower dan hipokrit. Terjebak utang terus menerus dan tergantung dengan pihak eksternal. Kesimpulannya, pendidikan adalah melatih orang untuk punya kemampuan memprogram dirinya sendiri. Menjadi manusia yang bisa membentuk dirinya sendiri, yang mandiri, kreatif, inovatif dan tangguh.


***


Mungkin anda semua pernah baca kasus Bernard Madoff. Itu kasus ponzy terbesar sepanjang sejarah. Total nya mencapai USD 65 miliar. Tahukah anda yang jadi korban sebagian besar adalah Yayasan pengelola Universitas. Madoff tahu bahwa sumber dana besar ada di Kampus. Ya dia dekati dengan skema too good to be true. Akibatnya para profesor dan Phd yang ada di kampus itu hilang akal sehatnya. Lupa teori finance yang diajarkannya. Mereka percaya apa yang dikatakan Madoff. Ya jadilah mereka korban ponzi.


Bagaimana kampus di AS bisa kena ponzi. Sebenarnya kalau mau jujur mereka juga melakukan bisnis ponzy. Mari saya jelaskan skema sederhananya. Di AS setiap mahasiswa tidak boleh berhenti kuliah kalau tidak ada uang. Itu UU. Pemerintah tidak memberikan subsidi langsung. Karena pemerintah juga tidak intervensi soal berapa besaran uang kuliah. Itu hak kampus tentukan.Tetapi Pemerintah memberikan skema loan student. Ini tidak ada kaitannya dengan kampus. Ini antara mahasiswa dan negara. Artinya mahasiswa yang tidak ada uang, bisa tanda tangani akad hutang dari pemerintah federal. Janjinya nanti kalau sudah bekerja, utang itu dibayar. Setelah itu kampus dapat duit dari bank. 


Dari skema ini moral hazard tercipta. Walau ada standar DD untuk bisa dapatkan student loan namun sebagian besar DD diabaikan. Kampus utamakan jumlah mahasiswa. Kejar target quantity. Mudah banget dapatnya. Dari total USD 2 trillion student loan, 56 % gagal bayar. Karena sebagian besar mahasiswa tidak dapat pekerjaan setelah lulus jadi sarjana. Karena memang pemerintah gagal menyediakan lapangan kerja, ya pemerintah terpaksa melakukan bailout. 


Sementara kampus makin tajir dari keuntungan bisnisnya. Sesuai aturan kelebihan dana dari laba itu diinvestasikan kepada pasar modal dan SBN. Ya  datanglah predator bursa semacam Madoft tawarkan surat berharga derivatif berbasis saham. Nyatanya yang dapat hanya ilusi dan ada yang tercatat dalam unrealized loss. Kelebihan dana yang di investasikan ke SBN, ketika jatuh tempo pemerintah bayarnya pakai SBN lagi. Bayar hutang pakai utang. Nah, untuk menutupi kekurangan likuiditas akibat uang tersandera investasi, terpaksa kampus naikan UKT kepada mahasiswa baru. Secara skema, Kampus kena trap bursa dan pemerintah. Karena mereka juga ada berkat ponzi. Yang jadi korban rakyat, terutama mahasiswa.


Nah, Nadiem menteri Pendidikan menawarkan wacana student loan untuk mengatasi mahalnya UKT. Karena fakta sekarang saja ada 1,5 juta sarjana nganggur. Belum lagi yang kerja tidak sesuai dengan pendidikannya, jumlahnya mungkin lebih besar. Itu potensi gagal bayar. Pastilah akan berujung bailout oleh negara. Dan UKT akan terus naik karena adanya skema loan student. Mantiko memang.




 

Friday, May 24, 2024

Gen Z yang malang



Di cafe yang ada di mall mewah di Jakarta dan kota besar di Indonesia, yang kita lihat adalah anak muda yang doyan nongkrong berlama lama. Mereka sibuk dengan Hape atau komputernya. Mereka termasuk generasi Z yang lahir tahun 1997. Keliatan mereka hidup dengan gaya lesehan. Para pengamat mengatakan “Itulah kehebatan Gen Z. Mereka tidak mau kerja formal dan mereka hidup nyaman dengan tanpa kerja. Sumber pendapatan lewat teknologi digital memungkin mereka cari uang mudah”  Opini ini meyakinkan bahwa Indonesia punya bonus demografi, yaitu banyaknya kaum muda yang produktif. Jelas opini yang bias.


Padahal itu gaya hidup yang tidak terstruktur. Tepatnya tidak peduli dengan masa depan, yang ditelan oleh semakin kerasnya kompetisi. Mudah jadi korban tawaran too good to be  true seperti investasi bodong. Jumlah Gen Z yang doyan nongkrong di Cafe itu bukanlah cermin dari keseluruhan Gen Z. Mungkin itu hanya mewakili segelintir Gen Z. Jumlah jauh lebih banyak di luar itu.  Menurut data BPS (2021-2022) jumlah mencapai 9.896.019 orang pada Agustus 2023. Mereka diistilahkan, NEET atau not in employment, education, and training/NEET alias do nothing. 


Para ahli dan pengamat mengatakan bahwa itu akibat kesalahan menentukan jurusan sekolah lanjutan. Karena sebagian besar mereka tamatan SMK, yang skill nya tidak sepenuhnya diperlukan oleh pasar tenaga kerja. Itu opini menyesatkan dan tidak menjawab akar masalah secara holistik. Faktanya adalah penyerapan angkatan kerja yang rendah. Itu karena struktur bangun ekonomi di Indonesia didominasi oleh sektor non tradable atau sektor yang rendah penyerapan angkatan kerjanya seperti sektor pertanian, pertambangan dan properti. Semua karena rente. Jadi walau pertumbuhan ekonomi kita positif namun tidak berkualitas.


Jumlah Gen Z ini tidak datang begitu saja. Mayoritas mereka lahir dari keluarga kelas menengah dan bawah, yang secara sistem juga terjebak dengan fixed income yang terpenggal akibat inflasi sembako dan jasa. Secara perlahan dari tahun ke tahun harga harga sembako terus naik dan jasa seperti telp, listri,  air, transportasi, pendidikan juga ikutan naik. Kenaikan harga dan jasa itu lebih cepat daripada peningkatan pendapatan. Makanya mereka semakin tahun bukanya bertambah makmur malah justru semakin miskin. Dan itu tentu berdampak kepada anak mereka, yang tidak punya sumber daya untuk mendapatkan income dari kerja atau wirausaha.




Kita bisa melihat indikator tersebut dari data tabungan. Kelas bawah dan menengah tabungannya turun  Sepertinya dari data index ini kelas bawah dan menengah hidup dari makan tabungan. Itu dampak dari kenaikan harga harga. Beda dengan kelas Atas yang justru naik  Itu sebabnya dana murah perbankan dari tabungan merosot. Likuiditas kering. Sementara kelas atas, mereka bargain minta suku bunga yang tinggi. Atau mereka pindah ke instrument lain. Ini jelas membuat kelas bawah jatuh miskin, kelas menengah yang jumlah populasinya mencapai 140 juta jatuh ke kelas bawah. Yang atas semakin kaya.


Pola konsumsi kelas menengah yang semakin tertekan pengeluaran kebutuhan pokok, memperlihatkan tren defensif yang dapat dibaca sebagai pelemahan daya beli masyarakat RI menilik jumlahnya yang mayoritas dan sumbanga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ini tentu berdampak kepada melemahnya daya beli kebutuhan sekunder. Orang lebih utamakan makan daripada beli pakaian dan lainnya. Pendapatan dunia usaha yang bergantung pasar domestik akan drop. Akan berimbas pada pendapatan negara dari lini pajak, terutama karena sumbangan kelas menengah terhadap pendapatan pajak yang cukup besar. . Pada gilirannya Tax ratio turun, tentu mengurangi daya APBN melakukan stimulus.


Kalau pemerintah berniat baik dan bekerja berdasarkan data, seharusnya pembangunan itu berorientasi kepada pengembangan sektor real yang tradable. Singkatnya, udahan dech onani pertumbuhan PDB lewat subsidi langsung maupun tidak langsung. Itu jahat banget mindset nya. Toxin peradaban. Coba dech focus  lewat insentif pada sektor real yang tradable agar angkatan kerja terserap dan upah meningkat. Seperti halnya, tataniaga diperbaiki sehingga rente tidak ada lagi. Anggaran riset diperbesar agar industri kreatif tumbuh. Sistem pendidikan diperbaiki  agar newcomer entrepreneur tumbuh.  Walau tidak sepenuhnya bisa menghapus korupsi, setidaknya coba dech peluang KKN dipersempit. Ya, perkuat KPK, MA. Polri, Jaksa agung. Bantai mafia peradilan dan makelar kasus.


Selama 7 presiden, sektor real malah dijerat dengan tata niaga yang penuh rente. Akibat nya di era Jokowi, sektor industri kreatif yang tradable justru drop atau terjadi proses deindustrialisasi. Moga Prabowo bisa memperbaiki dan mengubahnya. Bukankah mayoritas pemilih Prabowo adalah GenZ. Selamatkan mereka pak. Kalau tidak, berapapun subsidi tidak akan bisa menahan gejolak amarah orang yang bokek dan frustrasi..Maka yang terjadi, terjadilah..

Thursday, May 16, 2024

Obsesi Prabowo?

 


Sepertinya Prabowo terobsesi jadi pembicara international. Sebelumnya dia menulis di Majalah Economist tentang geopolitik dan geostrategis. Kemudian tampil dalam wawancara dengan Al Jazeera. Menurut saya apa yang disampaikan Prabowo itu kontraproduktif kalau tujuannya untuk meningkatkan trust di hadapan dunia dan pasar. Bahkan dalam tulisanya di majalah Economist, justru blunder. Karena dia seakan mengabaikan konstitusi kita yang berpolitik bebas aktif atau non block. Makanya dalam wawancara dengan Al Jazeera dia koreksi sendiri.  


Nah terakhir, Prabowo Subianto mendapat kesempatan menjadi pembicara di Forum Ekonomi Qatar, Rabu (15/5) yang diadakan oleh Bloomberg. Prabowo mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terendah di dunia. Menurutnya, Indonesia merupakan negara yang mengedepankan prinsip hati-hati dalam mengelola fiskalnya. ini juga bias. Karena tingkat kehati hatian fiskal itu yang menjadi sorotan pasar bukan rasio  utang terhadap PDB tetapi (1) Debt service Ratio dan (2) rasio pendapatan  terhadap pembayaran  bunga dan cicilan utang.


Apa itu debt service ratio (DSR) ? ratio penerimaan valas ( eksport) terhadap pembayaran cicilan utang dan bunga.  Nah perhatikan situasi Indonesia. Saat sekarang utang luar negeri kita (kuartal I 2024 ) mencapai US$ 403,9 miliar atau setara Rp 6.489 triliun (kurs Rp 16.068). Akhir desember 2023, tercata DSR masih 17-19%. Tetapi April 2024 sudah meningkat menjadi 38-39%.  Artinya lebih sepertiga pendapatan valas habis untuk bayar bunga dan cicilan utang. Ini sudah lampu kuning.


Kemudian rasio penerimaan ( Tax ) negara terhadap pembayaran utang dan bunga, yang kini berkisar 47% atau hampir setengah penerimaan pajak digunakan untuk bayar utang dan bunga. Batas sehat sesuai pagu IMF apabila ratio dibawah 10%. Hal ini menunjukkan, beban bunga utang terlalu besar sehingga cukup menggerus penerimaan negara. Ruang fiskal menjadi menyempit. Dan tentu ekspansi sosial tidak bisa lagi diambil dari surplus APBN tetapi dari utang lagi. Nah jebakan yang mematikan. 

Rasio utang terhadap PDB tinggi seperti AS, Jepang, Singapore, itu tidak ada masalah. Tax ratio mereka tinggi terhadap PDB. Jadi rasio bayar bunga dan cicilan terhadap penerimaan valas rendah. Ratio pembayaran bunga dan utang terhadap pendapatan  rendah. Artinya utang semakin besar semakin bagus. Karena leverage meningkatkan pendapatan. Contoh AS ratio utang terhadap PDB mendekati 100% (97%) tetapi tax ratio sebesar 30%. Jepang ratio utang terhadap PDB sebesar 261%. Tetapi tax ratio  35% dari PBD. Lah kita walau rasio utang terhadap PBD hanya 40% tetapi tax ratio hanya 10%.  PDB itu hanya potensi pendapatan, bukan cash yang bisa langsung bayar bunga dan utang.


Kejatuhan ekonomi di negara manapun bukan karena rasio utang terhadap PDB. Dulu sebelum collapse. Rasio utang terhadap PDB venezuela hanya 30% (di bawah Indonesia). Tetapi dia collapse. Mengapa ? karena rasio pembayaran bunga dan hutang luar negeri terhadap penerimaan valas terlalu tinggi. Sehingga mengancam kekuatan devisa menopang kurs. Akibatnya kurs melemah sampai akhirnya terjun bebas. Ditambah lagi tax ratio rendah mendorong pemerintah cetak uang. Ya, hiperinflasi. Jatuh tuh negara.  Saya rasa bukan hanya negara. Perusahaan atau personal juga hidup matinya tergantung cash flow, bukan omzet. Karena kan belanja dan bayar utang pakai uang cash. Engga bisa dengan data potensi omzet.


***

Dalam forum Ekonomi di Doha itu, Prabowo optimistis ekonomi Indonesia mampu mencapai pertumbuhan hingga 8 persen dalam kurun waktu dua sampai tiga tahun ke depan. Bahkan, Prabowo bertekad melampaui angka tersebut. “ Saya sangat yakin, saya sudah berbicara dengan para pakar dan mempelajari angkanya. Saya yakin kita dapat dengan mudah mencapai 8 persen. Saya bertekad melampauinya," kata Prabowo.


Saya mengerutkan kening mendengarnya. Kalau Prabowo tetap melanjutkan program Jokowi tanpa ada perubahan yang radikal, tidak mungkin bisa mencapai pertumbuhan ekonomi seperti yang diyakini itu. Jangankan 8%, 5% saja berat. Kalau dipaksakan pertumbuhan ekonomi lewat spending APBN, itu akan memberatkan fiskal. Tambah utang lagi dan tentu berujung rasio DSR dan rasio penerimaan APBN terhadap bayar bunga dan utang semakin besar.  Lama lama bukan naik ekonomi malah jatuh tengkurap.


Kalau itu lewat peningkatan  tax ratio, itu tidak mungkin bisa 3 tahun naik growth 8%. Karena kita perlu restrukturisasi sektor real yang transformatif dari SDA ke industri, Itu butuh waktu lama. Paling cepat 10 tahun. Itupun dengan syarat Prabowo mau perang dengan konglomerat yang kaya raya karena rente. Giring semua pejabat korup yang membuat rente terjadi, ke depan regu tembak. Apa mungkin? Entahlah..

Tuesday, May 14, 2024

Jebakan hutang.

 






“ Dengar rumor katanya program makan siang gratis mulai bikin bingung banyak pihak. Mudah diucapkan tetapi tidak mudah diterapkan” Kata Ira saat ketemu saya tadi siang.


“ Ya mandatory spending aja udah mencapai 65% dari APBN Itu harus disediakan negara. Karena dasarnya UU. Siapapun presiden harus laksanakan itu. “


“ Untuk apaan aja mandatory spending itu ?


“ Anggaran pendidikan mencapai 20% dari APBN, Dana desa 10%, Dana transfer umum sebesar 25%. Walau dana kesehatan sudah dikeluarkan dari mandatory tetapi kan anggarannya tetap dipertahankan 10%. “ Kata saya.


“ Oh, Itu belum termasuk belanja pegawai yang kalau engga dibayar, bisa demo PNS. Belum lagi cicilan utang dan bayar bunga. Tanpa makan siang gratis, udah defisit APBN kita. “ Kata Ira. 


Saya mengangguk. 


“ Bisa engga realokasi pos APBN untuk sediakan dana Makan Siang Gratis.” Tanya Ira.


“ Duh kamu itu benar benar  buta matematika. Kan udah dibilang Mandatory spending aja udah 65% dari APBN. Itu UU loh. Engga bisa dikurangi atau direalokasi. Belum belanja pegawai yang mencapai 30%. Emang mau PNS dikurangi gajinya demi Makan Siang Gratis.? kan engga mungkin. Emang mau lender ditunda bayar utang dan bunga karena makan siang gratis. Kan engga mungkin. “ Kata saya dengan tersenyum.


“ Jadi solusinya ? 


“ Ya tambahkan aja anggaran makan siang gratis ke dalam APBN. Jangan ganggu anggaran lain. Tetapi konsekuensinya APBN akan bertambah defisit. Nah untuk menutupi defisit ini, ya terpaksa berhutang.” 


“ Hanya itu solusinya ? 


“ Ya apalagi ? Kening saya berkerut. " engga usah sekolah tinggi. Emak emak di rumah juga paham, Kalau defisit ya kas bon di warung. “ Kata saya. Ira terdiam. Saya biarkan saja dia mikir. AKhirnya dia berkata.” mereka mikir engga sih waktu buat rencana dan program itu. Darimana uangnya? mau ngutang lagi?, duh makin suram dech masa depan” 


“ Ya mereka baru sadari setelah dinyatakan resmi sebagai pemenang oleh KPU. Dan apalagi setelah bicara dengan SMI, makin jelas kondisi keuangan negara. Makanya ada wacana makan siang gratis akan dilakukan bertahap. Diutamakan daerah 3T. Wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal. Itupun dengan mengurangi anggaran infrastruktur PSN seperti IKN dan lain lain. Kita berdoa aja agar otak elite tetap waras sehingga mampu menemukan solusi jenial tanpa harus nambah utang lagi." 


***

“Jadi walaupun yield-nya stabil, tetapi jumlah stok utang kita naik maka pembayaran utangnya jadi lebih banyak,” tutur Sri Mulyani saat melakukan rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Selasa (19/3). Saat sekarang Yield semakin tinggi dan utang bertambah banyak juga. Klop dah mumetnya.


Untuk diketahui, utang RI hingga Januari 2024 telah mencapai Rp 8.253,09 triliun. Secara nominal, posisi utang pemerintah tersebut bertambah Rp 108,4 triliun atau meningkat 1,33% dibandingkan dengan posisi utang pada akhir Desember 2023 yang sebesar Rp 8.144,69 triliun. Utang akan terus bertambah. Karena sumber pendapatan kita dari komoditas primer. Sebanyak apapun hutan kita gunduli, migas kita sedot, nikel, timah dan lain lain kita keruk, utang akan terus bertambah. Apa pasal ? 


Karena nilai tambahnya kecil. Engga cukup untuk menopang belanja yang terus meningkat dan lagi sumber modalnya mengeruk SDA itu dari luar negeri, itu menambah utang publik ( swasta) yang harus bayar dalam valas. Ini membuat Debt service Ratio kita atau rasio pembayaran valas utang pokok dan bunga terhadap penerimaan devisa, meningkat berada di kisaran 20-30%. Ini udah lampu kuning. Melampaui batas 20% yang disyaratkan Worldbank.Makanya kurs sejak era Jokowi terus melemah.


Sejak era Jokowi utang negara bertambah hampir 5 kali dibandingkan total utang 6 presiden sebelumnya. Itu terjadi karena adanya peluang. Program QE dari AS yang memungkinkan berutang mudah dan murah. Hanya sayangnya, peningkatan utang itu hanya 2% dari PDB yang masuk ke sektor real, yang bisa langsung dirasakan rakyat. Utang itu digali untuk mengatasi cash flow jangka pendek. Seperti kasus Covid 19 dan program pemulihan ekonomi. Bailout BUMN yang merugi, relaksasi perbankan yang terjebak kredit macet. Dan lain lain bersifat pragmatis saja.


Sejak AS menarik dana dari pasar lewat taper tantrum sebagai koreksi dari QE, berhutang tidak murah lagi. Ongkos sudah mahal. Likuiditas semakin ketat. Yield meningkat di pasar. Resiko juga meningkat. Era suku bunga tinggi melilit. Harga harga barang dan jasa terkerek naik. Itu bukan karena faktor eksternal saja. Karena secara fundamental ekonomi kita bermasalah. Jebakan utang. Apapun masalah, solusinya ya ambil utang. Mindset ini yang tidak bisa hilang dari elite dan bertambah subur di era Jokowi. Dan dilanjutkan Prabowo, untuk MSG ya utang lagi.


***

Cash flow atau arus kas adalah perputaran uang tunai. Ibarat tubuh manusia, arus kas itu peredaran darah. Kalau darah mampet atau tersendat,  ya akan terjadi stroke. Berujung pada fall down. Sesehat apapun jantung dan organ tubuh anda yang lain, itu tidak ada gunanya. Begitu juga dalam bisnis atau negara atau personal. 


Katakanlah. Asset Rp. 1 miliar. Pengeluaran setiap bulan Rp. 20 juta. Sementara pemasukan Rp. 15 juta. Defisit Rp. 5 juta.  Apa yang anda lakukan dengan situasi itu ? kalau spiritual anda tinggi, anda akan memilih mengurangi belanja dan berusaha meningkatkan pendapatan agar sesuai dengan pengeluaran. Kalau spiritual rendah dan bego, ya cari utangan. Bisa lewat koperasi, bank syariah atau pinjol. Saat anda berhutang, hanya masalah waktu, anda dipastikan bangkrut. Makanya personal financial planning itu penting dipahami.


Juga, dalam bisnis perencanaan cash Flow itu sangat penting. Dari perencanaan itu bisa diketahui atau diprediksi berapa pemasukan dan berapa pengeluaran. Kalau pengeluaran lebih besar, ya harus ada rencana peningkatan pendapatan atau kalau sulit, ya kurangi pengeluaran. Itu biasa saja. Yang tidak biasa dan konyol, adalah rencana cash flow dibuat tetapi tidak dilaksanakan dengan disiplin tinggi. Akibatnya tanpa disadari usaha terjebak utang jangka pendek. Engga jalan tanpa adanya utangan. Ya hanya masalah waktu, usaha akan bangkut.


Dalam mengelola negara juga begitu. Apalagi dalam sistem neraca APBN berbentuk I, tidak lagi T seperti orba. Itu sangat mudah mengetahui surpus dan minus APBN. APBN kita disusun dengan baik. Tetapi dalam implementasinya tidak disiplin. Misal, dari awal proyek kereta cepat itu B2B. Di luar APBN. Eh diganti jadi jaminan APBN. Awalnya proyek IKN itu dibiayai lewat PINA ( Pembiayaan investasi non anggaran) seperti KPBU dan lain lain. Ternyata dalam pelaksanaannya tanpa APBN tidak jalan. Semua perubahan itu berujung kepada utang. Kalau tidak ada penambahan income, ya ujungnya pasti bangkrut.


Kebangkrutan bukan karena utang. Karena hutang itu hanya alat leverage untuk menggapai peluang meningkatkan pendapatan. Bukan alat menuaikan mimpi yang tak terjangkau oleh kita. Jadi ini soal mindset. Kalau tidak ada peluang nambah income atau lemah otak menggapainya, sebaiknya tidak berhutang.  


Mengapa ? 


Mari kita mengenal DSR ( debt service ratio). Aset anda Rp. 1 miliar. Katakanlah utang sebesar Rp. 1,5 miliar. Itu artinya Debt to asset mencapai 150%. Cicilan per bulan Rp. 5 juta. Tetapi  karena utang itu, pendapatan bulanan anda setiap bulan bertambah, sehingga hanya 10% (DSR) dari pendapatan untuk bayar bunga dan cicilan. Itu smart. Pada tahun 2023, rasio utang bruto pemerintah Singapura terhadap PDB adalah 167,9%, sementara rasio utang Indonesia terhadap PDB adalah 39%. Tetapi DSR singapore hanya 16% sementara Indonesia  30%. Negara maju lainnya memang begitu. Walau hutang terhadap PDB tinggi namun DSR mereka rendah. Dan itu karena mereka jaga cash flow dengan baik..

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...