Tuesday, July 26, 2016

Di balik kritik terhadap investasi China.



Ketika ekonomi Jerman terseok seok paska perang dunia pertama, tampilah seorang pria yang bukan siapa siapa di panggung politik. Dia tampil dengan jargon bahwa perbaikan ekonomi Jerman hanya mungkin apabila Ras Yahudi di enyahkan dari Jerman. Karena ras Yahudi sebagai penyebab ekonomi Jerman hanya di kuasai oleh segelintir orang dan membuat negara lemah secara sistematis. Dengan jargon di hadapan rakyat kalah dan miskin itu , HItler memancing emosi secara kolektif dengan menciptakan musuh bersama agar rakyat berada dalam barisan yang sama mendukungnya. Untuk memperkuat ikatan itu, Hitler menanamkan sifat sombong dan bangga kepada rakyat bahwa bangsa Jerman adalah ras ARIA, ras terbaik di dunia. Tahun 1933 dia terpilih sebagai Kanselir Jerman. Tahun 1934 Furhrer ( Pemimpin ) jerman meninggal. Hitler mengangkat dirinya sebagai Führer (Pemimpin) (Reich ketiga). Setelah itu , ia menjadi diktator Jerman. Ia menyatukan jabatan kanselir dan presiden menjadi Führer sekaligus dan menjadikan Nazi sebagai partai tunggal di Jerman. Ia juga seorang Ketua Partai Nasionalis-Sosialis (National Socialist German Workers Party atau Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei/NSDAP) yang dikenal dengan Nazi. Demokrasi di hapus.

Bagaimana dengan perbaikan ekonomi? tidak ada solusi yang kontruktif dan sistematis. HItler terus menyalahkan Yahudi sebagai biang memburuknya ekonomi Jerman. Juga negara tetangga yang menjadi tempat Yahudi hidup senang. Karena itu HItler tidak sulit memobilisasi rakyat untuk jadi militer dalam perang kolosal yang di ciptakannya. Perang dunia kedua terjadi dengan ambisi dan alasan yang sulit diterima dengan akal sehat. Tapi rakyat yang dungu dan tidak rasional memang membuat pemimpin bisa berbuat apa saja, termasuk menjadi monster perang yang mengakibatkan korban jiwa sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa. Ini belum termasuk pembantaian etnis yahudi (Holocaust ) di perkirakan lebih dari 11 juta orang laki-laki, perempuan, anak-anak telah dibunuh dengan cara mengerikan. Apa hasilnya ? HItler kalah. Tak ada mimpi menjadi kenyataan sesuai dengan dokrin yang dulu. Bahkan Hitler sukses menjadikan Jerman sebagai negara pecundang. Bangsa Aria yag di banggakan hanya jadi kupulan orang kalah dan menderita akibat perang yang sia sia. Sombong dan bangga diri telah membuat Tuhan menghukum Jerman dan menjadi pelajaran bagi sejarah dunia bahwa kekuasaan di dirikan dengan sifat sombong sebetulnya melawan Tuhan, apalagi demi tujuan itu harus membunuh dan membantai orang tidak berdosa. Tuhan menciptakan Yahudi dan tidak melegitimasi kita membunuhnya kecuali menjadikan pelajaran agar jangan meniru sifat mereka. Perbaiki sifat mereka dengan akhlak baik..

Cara HItler merebut kekuasaan menjadi inspirasi oleh sekelonpok orang yang masih percaya rakyat bodoh bisa di tipu. Mereka berusaha menyalahkan keadaan ekonomi karena etnis CHina dan berusaha membangun emosi rakyat untuk menjadikan apapun yang berbau china adalah ancaman kemakmuran. Mengapa bukan etnis lain atau bangsa lain seperti jepang dan eropa yang telah lama menguasai ekonomi Indonesia dari hulu sampai hilir? Ya karena Jepang dan Eropa , AS percaya kepada Tuhan. Alasan ekonomi kurang efekfit untuk memusuhi asing di luar China. Tapi kalau China di samping alasan ekonomi juga bisa dengan mudah menggiring orang fanatik untuk bersatu dalam barisan dengan tujuan melawan etnis dan negara yang anti Tuhan. Karena stikma komunis anti Tuhan melekat di otak yang buta ilmu pengetahuan. Demi agama dan Tuhan mereka mudah di giring jadi militant dan bahkan jadi mesin pembunuh kepada yang berbeda. Kebencian terhadap China terus di tiupkan oleh berbagai pihak. Padahal perlakuan pemerintah terhadap investasi China sama dengan Negara lain sesuai dengan UU PMA, yang sampai kini belum di rubah. Tapi mereka yang meniupkan kebencian itu tidak melihat aspek legalitas keberadaan investasi china. Karena kritik politik ini di bertujuan menggiring orang buta politik untuk percaya dan berbaris rapi di belakang kaum haus kekuasaan

Untuk di ketahuai bahwa saat sekarang negara yang paling kuat sumber daya keuangannnya adalah CHina. Bila China di curigai buta dan di kecam dengan analisa buta, tentu bisa di tebak maksud dibalik itu semua. Ini kritik politik. Mengapa? Coba perhatikan kemana arahnya tujuan mereka : Mereka menolak China membantu pemerintah agar Jokowi kehilangan akses mendapatkan financial resource memacu investasi dalam negeri. Bila tidak ada investasi maka tidak ada pertumbuhan ekonomi. Mata uang akan jatuh dan hutang akan gagal bayar, ekonomi akan collapse. Dan chaos pasti terjadi. Saat itulah mereka tampil merebut kekuasaan bak pahlawan kesiangan. Dan kalaupun mereka berkuasa maka yang terjadi adalah penghapusan demokrasi dan menangkapi siapa saja yang berbeda , juga membunuh... Tapi taktik berpolitik seperti itu terbelakang secara intelektual. Dengan era globalisasi saat sekarang ini , cara itu tidak laku lagi. Rakyat Indonesia sekarang tidak sebodoh rakyat Jerman di tahun 1932. Kalaupun ada yang bodoh tidak lebih 10% dari populasi rakyat dan selalu gagal membangun koalisi di antara mereka karena dasar dan niatnya memang tidak di ridhoi Tuhan.

Sunday, July 17, 2016

Erdogan seharusnya meniru Jokowi..

Teman saya pernah bilang bahwa asset bangsa Turkey yang sangat luar biasa adalah Muhammad Fethullah Gülen. Ia bukan hanya tokoh nasional tapi tokoh dunia. Pada 2008 Majalah paling populer di Amerika, Foreign Policy Magazine bahkan menobatkannya sebagai orang nomor satu dari 100 tokoh paling berpengaruh di dunia. Pendidikan dasarnya dimulai sejak ia tinggal di daerah asalnya Erzurum. Sejak belia ia sudah menghafal al Qur’an dan belajar Ilmu Agama di sejumlah Madrasah. karier pertamanya sebagai seorang da’i bahkan telah dimulai sejak usianya 14 tahun. Ia juga secara autodidak mempelajari berbagai disiplin ilmu lain terutama Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial seperti fisika, kimia, biologi, geografi, filsafat, juga kesusastraan Timur dan Barat. Kearifannya dalam bersikap khususnya perspektif nya terhadap Islam telah menimbulkan inspirasi hebat. Ia mengenalkan islam dengan Cinta. Gülen bermahzab Islam Sunni-Hanafi yang moderat, mirip dengan pengajarannya Said Nursi. Gülen mengutuk terorisme, mendukung dialog lintas-agama, dan memprakarsai dialog semacam itu dengan Vatikan dan beberapa organisasi Yahudi. Ia hanya ingin Islam di maknai sebagai rahmatan lilalamin. Namun dia tetap konsisten dengan konservatif nya ber-agama bahwa dia mendukung wanita menggunakan hijab dan menyarankan agar memberikan porsi lebih besar pendidikan agama khususnya akhlak dalam  kurikulum sekolah. Komunitas yang mengikuti ajarannya di sebut dengan Kelompok Gulen” atau “Gerakan Hizmet”. Kelompok Gulen mendirikan  sekolah-sekolah bukan hanya di Turkey tapi di seluruh dunia.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding Fethullah Gulen sebagai dalang aksi percobaan kudeta militer yang terjadi di Turki. Erdogan dan Kementerian Keadilan Turki sempat melansir bahwa tentara yang terlibat upaya kudeta merupakan pengikut ulama yang sempat menjadi sekutu dekat Erdogan tersebut. Erdogan pun berjanji akan memulangkan Gulen dari Pennsylvania, Amerika Serikat, untuk diadili di Turki.  Saya tidak tahu bagaimana sampai Erdogan sampai begitu bersikap kepada seorang Gulen yang berusaha berdakwah kepada siapapun dengan cara damai. Kalaupun sampai ada kalangan militer terpengaruh dengan Gulen itu karena para perwira menilai aspirasi  mereka tidak di dengar. Mereka bisa menerima Islam namun bukan Islam yang di maksud oleh partai Erdogan. Mereka terpengaruh dengan islam yang di kenalkan oleh Gulen. Apalagi tidak semua UUD Turkey keluar dari paham Sekular. Karena banyak UU yang di ajukan oleh Erdogan di tolak DPR.  Koalisi yang tadinya mendukung ada yang mulai gerah dan tidak seratus persen mendukung agenda Erdogan yang ingin syariah islam di laksanakan secara kaffah,  seperti era Kejayaan Dinasti Ottoman.

Erdogan seyogianya belajar dari Jokowi bagaimana bersikap dengan orang yang berbeda paham. Selagi gerakan perbedaan itu bersifat pemikiran maka biarkan saja. Lihat bagaimana sikap Jokowi terhadap ormas islam yang menanamkan pemikiran perlunya khilafah islam berdiri di bumi pertiwi. Bagaimana orang yang terus membully nya di sosmed, bahkan atas nama pemikiran agama mereka tidak sungkan men fitnah pribadi Jokowi. Jokowi hadapi dengan tenang. Tanpa ada perintah agar sosmed di ban seperti di Turkey. Tanpa ada perintah menangkap mereka. Karena pada akhirnya semua orang punya kebebasan menilai. Mana yang baik dan mana yang buruk. Inilah nilai demokrasi. Yang penting jaga dan pastikan tidak ada paham yang menimbulkan tindakan anarkis atau tindakan terror. Karena bagaimanapun tindakan teror dan anarkis adalah  tindakan kriminal. Bangsa besar bukan karena pemaksaan tapi dialogh. Biarkan media memberitakan apa saja. Ada yang pro maka pasti ada yang kontra. Dari keadaan ini kecerdasan bangsa terasah , persatuan semakin kokoh , untuk sampai pada titik tak tergoyahkan oleh ancaman pihak luar yang ingin mengadu domba. Proses ini harus terus di jaga oleh Erdogan sebagaimana kini Jokowi lakukan terhadap mereka yang berbeda.

Dalam politik luar negeri Erdogan melakukan acrobat. Dia melakukan rekonsiliasi dengan Israel sesuai agenda AS untuk kemerdekaan Palestina dengan prinsip mengakui Israel sebagai Negara. Ini tentu di tentang oleh ormas di Turkey yang tadi setia mendukungnya dalam hal penyelesaiaan Pelastina khsusnya blokade Gaza. Namun paska rekonsiliasi dengan Israel tidak nampak keseriusan Israel untuk memeuhi syarat yang di ajukan Turkey. Di samping itu, Erdogan merasa tidak mendapatkan bantuan berarti dari AS cs ketika di landa krisis ekonomi. Belum lagi AS lebih mendukung pemikiran Gulen tentang islam membangun komunitas. Karenanya bukan rahasia umum bila ada kecenderungan Erdogan main mata dengan Rusia dan China untuk mengikuti langkah Iran dan Suriah dalam kebijakan regional nya. Seharusnya Erdogan meniru Jokowi bagaimana melakukan politik bebas aktif. China dan Rusia di rangkul tapi kepentingan nasional diatas segala galanya. AS dan sekutunya termasuk Jepang di temani tanpa ada hak eklusifitas. Soal Pelastina ,ikuti saja sikap PBB agar bermain aman. Namun kerjasama ekonomi dengan Israel tetap jalin selagi menguntungkan Turkey. Soal Suriah tetaplah netral. 

Dari keadaan ini , pihak yang berbeda ajak berdialogh secara intensip dengan semangat ukhuah islamiah.Tidak usah dipaksa mereka harus segera paham tapi ikuti aja proses dengan sabar, Insya Allah kalau Allah berkehendak untuk menjadikan  Turkey sebagai Negara Islam yang menjadi obor  bagi syiar Islam akan mudah sekali. Tapi kalau perbedaan di sikapi dengan amarah dan kekerasan maka rahmat Allah akan menjauh dan itu akan menjatuhkan reputasi Erdogan di mata international dan lambat namun pasti Erdogan akan meredub dengan sendirinya , bisa karena masalah ekonomi yang tak tuntas dibenahi karena konplik internal yang di motori oleh proxy AS dan China ( dan Rusia),atau menyeret Turkey menjadi wilayah konplik baru sehingga harga minyak melambung karena pipa minyak dan Gas ke Eropa pasti terganggu. Tentu yang untung TNC minyak…

Sunday, July 10, 2016

Musibah mudik...


Ketika mendekati imlek saya melihat antrian di stasiun Louhu  Shenzhen ( China ) panjangnya di perkirakan lebih 1 KM. Antrian itu sampai ke luar stasiun. Petugas stasiun menyediakan tenda agar pemudik nyaman selama menanti antrian itu.  Tak banyak petugas berseragam yang mengawasi antrian itu. Hanya nampak satpam yang berdiri kaku di depan gate. Keadaan sangat tertip sekali. Karena kereta yang mengangkut pemudik ke kampung halaman datang setiap 10 menit untuk antar provinsi. Untuk dalam provinsi setiap 3 menit. Jadi anda bisa bayangkan bagaimana hebatnya pengelolaan transportasi publik china. Anda antri , tapi tidak lama. Kereta itu high speed commercial train. Walau bukan sekelas bullet namun nyaman dan ongkosnya tergolong murah.Teman saya mengatakan tahun 80an keadaan tidak nampak seperti sekarang. Dulu kereta datang paling cepat 3 jam. Kereta juga tidak sehebat sekarang. Namun proses pembangunan yang focus kepada pembangunan insfrastruktur dengan kerja keras dan korban yang tidak sakit, akhirnya Pemerintah china bisa delivery pelayanan terbaik untuk rakyatnya.

Budaya mudik bukan hanya terjadi di Indonesia tapi juga di China. Pada saat itulah kemampuan pemerintah di pertaruhkan bagaimana memberikan pelayanan terbaik bagi rakyat nya. Di Indonesia kecelakaan mudik akibat sistem transfortasi yang brengsek telah berlangsung lama. Itu hanya di tonton oleh pejabat. Solusi hanya mengerahkan orang berseragam dimana mana dan membawa liputan tv bagaimana aparat bekerja keras menertipkan arus mudik. Padahal pokok masalah bukan pada pengaturan tapi ada pada system transfortasi angkutan publik yang meliputi  sarana jalan yang berkualitas,  jalur kereta yang banyak dengan traffic time tinggi, bandara berkelas dunia, stasiun kereta dan terminal bus yang nyaman. Rezim silih berganti tapi kita tidak focus mencarikan solusi by system tapi lebih kepada retorika. Di era Jokowi masalah insfrastruktur ekonomi kususnya system transfortasi terus di benahi. Semua sektor di kebut pengerjaannya.Yang mangkrak di lanjutkan, yang masih rencana di eksekusi untuk segera di bangun, yang belum ada rencana segera di koordinasikan untuk segera di susun rencana dan dilaksanakan. Namun apakah ini mudah ? Tidak. 

Mengapa ? Karena anggaran fiskal kita tinggal 12 % dari APBN. Sejumlah ini harus di utamakan indonesia centris. Artinya, bukan berdasarkan jumlah penduduk tapi area. Belum lagi kelompok nyinyir di DPR dan para pengamat kurang gizi yang tak suka ada pembangunan insfrastruktur dengan alasan tidak jelas. Contoh bagaimana sulitnya pemerintah mendapatkan revisi UU perkereta apian dari DPR agar kereta cepat jakarta bandung dan Jakarta -  Surabaya dapat dibangun dengan model B2B atau melalui PPP karena dana APBN tidak tersedia. Namun itu terus di upayakan dengan kesabaran tinggi oleh Jokowi agar program tidak terhenti. Insya Allah tahun depan di mulai pembangunan. Semua sedang berproses dalam pembangunan. Memang tidak bisa di rasakan seketika apalagi dalam dua tahun kekuasaan Jokowi. Setidaknya kini sudah nampak progress yang luar biasa dan di perkirakan dalam tiga tahun kedepan toll trasjava sudah rampung di bangun dan kereta cepat transjava mendekati rampung.  Saat itu keadaan akan berbeda.  Mencari solusi adalah berbuat dengan sistematis dan itu tidak dengan simsalabim.

Peristiwa mudik yang menimbulkan korban manusia adalah tragedi yang bukan hanya sekarang terjadi tapi telah berlangsung lama dan baru kini kita semua tahu betapa buruknya dampak dari brengseknya sistem transfortasi yang ada. Mari kita udahan berkeluh kesah dan ikutan nyinyir bila pemerintah membangun system transfortasi. Saya yakin bagaimana perih hatinya Presiden dengan peristiwa mudik yang sampai menimbulkan korban. Itu akan dia bayar dengan semakin kuat tekadnya untuk menuntaskan pembangunan insfrastruktur ekonomi dan bekerja keras untuk itu. Kalau anda inginkan minta maaf maka secara kelembagaan pemerintah melalui Kementrian Dalam Negeri sudah minta maaf. Apalagi ? ini kesalahan sistem dan tentu system yang minta maaf. Kalau anda minta Jokowi pribadi minta maaf maka anda lupa bahwa negara ini bukan tiran atau diktator atau khalifah di mana Pemimpin adalah icon kekuasaan satu satunya , dan kalau salah hanya dia yang bertanggung jawab. 

Saturday, July 9, 2016

Kaum Penghujat ?

Kalau kita perhatikan di sosmed begitu banyak postingan yang menghujat Jokowi dan bahkan di padukan dengan kehebatan kreatifitas image digital yang bisa meng ekspresikan kebencian terhadap Jokowi. Ada apa ini ? Padahal mereka orang bergama dan bahkan dari golongan islam. Demikian kata teman saya ketika silahturahmi ke rumah saya dalam rangka hari Rayat Idul fitri. Saya bisa paham rasa kawatir yang tersirat dari teman ini. Karena budaya seperti ini bukan hal baru. Dulu zaman Soekarno dan Soeharto menghujat pemimpin tetap di lakukan namun di lakukan di tempat tempat yang orang lain tidak boleh mendengar. Harus di pastikan yang mendengar adalah teman seiring dalam politik. Namun dia era IT sekarang ini, informasi masuk ke saku kita lewat gadget dengan contain dari media social yang bisa di akses kapan saja , dimana saja oleh siapa saja. Di tambah lagi di era keterbukaan saat ini,  tidak ada larangan bersikap apa saja asalkan bertanggung jawab. Apalagi dasar hokum terhadap sosmed adalah delik aduan. Artinya kalau orang yang di hujat atau di fitnah tidak mau melaporkan kepada Polisi maka tidak ada kasus. Dulu dan sekarang sama aja. Itulah politik. Pemain politik begitu hebat mencuci otak pengikutnya sehingga idiologi itu jadi candu. Siapapun yang sudah keracunan candu ini maka tidak akan bisa kembali normal lagi. Karena otaknya sudah error.Kalaupun dia bisa kembali normal namun sifat paranoid tidak akan bisa hilang...

Apakah ini mengkawatirkan ?  Tidak. Mengapa ?  Ya biarkan saja. Karena mereka bukan lagi kumpulan yang di perhitungkan oleh elite politik. Politik itu di drive oleh elite yang punya target kekuasaan dan pasti ada transaksional di balik itu. Dengan kekuasaan itu mereka bisa menjalankan ageda bersama sama. Bagaimana dengan orang banyak yang sudah sudah di cuci otaknya ?  Manapula elite politik mau pikirkan nasip mereka. Padahal diantara akar rumput belum bisa menerima kekalahan calonnya. Sementara baik calon yang kalah dan yang menang bisa berdamai. Bahkan saling bersilahturahmi dan saling melempar senyum penuh keakraban seakan tidak pernah terjadi perseteruan apapun.  Saya pernah bertanya dengan pimpinan partai soal masih ada akar rumputnya yang tidak bisa menerima kekalahan itu.  Dia menduga bahwa ini cara politik kotor. Pihak yang menang sengaja menarik gerombolan yang telah di cuci otaknya menjadi kayu bakar untuk menghidupkan api agar terus menyala dan membuat orang terang, walau tidak benderang. Terang ini penting sekali agar menarik kunang kunang dalam satu titik. Jadi kesimpulannya seperti teori marketing komunikasi bahwa cara terbaik menarik perhatian audience adalah berita yang buruk. Orang akan berkumpul untuk mendengar dan membicarakan berita buruk ini. Siapapun dia akan menjadi terkenal ketika di beritakan buruk. Apalagi kalau sudah terkenal.

Bukankah berita buruk itu merugikan. Tentu akan merugikan karena sebagian orang yang tadinya mendukung akan menyingkir dari barisan. Dan lagi apa untungnya di dukung oleh pemilih yang tidak cerdas bersikap. Mereka bukan asset. Tapi ingat bahwa di Indonesia ini ada swing voter yang  jumlahnya jauh lebih banyak dari akar rumput yang ada di semua partai. Mereka pemilih cerdas yang tidak bisa di provokasi dengan kampanye hitam, tidak bisa di bujuk dengan ayat Quran, tidak bisa di bujuk dengan uang goban, apalagi pencitraan. Mereka dapat bersikap santai untuk golput  ketika calon yang di sodorkan oleh partai bukan orang yang mereka percaya. Menarik swing voter tentu dengan berita buruk. Ini akan membuat mereka mencari tahu. Saya melakukan eksperimen. Ketika ada berita buruk terhadap Jokowi, saya buat tulisan di blog dari sudut pandang berbeda secara positip, ternyata dibaca lebih dari 1.000 orang sehari, bahkan mencapai 10.000 lebih. Saya yakin yang membaca ini sebagian besar adalah swing voter. Tentu mereka melakukan cross check atas tulisan saya itu. Bila benar maka mereka akan jadikan saya narasumber. Terbukti traffic blog saya semakin tinggi. Artinya mereka mencari tahu maka mereka akan gunakan saluran yang benar dan tidak mungkin dari saluran yang tidak jelas, apalagi dari media yang  wartawannya di gaji alakadarnya atau dari media yang alamat dan kantornya beda atau dari sosmed yang pengikutinya hanyalah akar rumput yang miskin wawasan. 

Jadi sehebat apapun hujatan orang kepada Jokowi dan Ahok, justru  membuat swing voter semakin bertambah berpihak kepadanya. Memang kelompok swing voter tidak seratus persen setia. Mereka akan menjadi pemerhati yang cerdas dan pasti sabar. Karena cerdas pasti sabar. Selagi analisa mereka benar mereka akan tetap di belakang pemimpin yang mereka idolakan tapi kalau tidak benar maka mereka dengan easy walk way, emang gua pikirin. Lihat aja hasil pemilu, bagaimana suara PD yang merosot walau SBY sebagai icon dan bagaimana suara PKS walau agama sebagai icon. Mengapa ? karena para pengusung idiologi dan agama kehilangan reputasi akibat kasus korupsi dan amoral.  Belum lagi laku dari ormas Islam yang berwajah garang dengan slogan yang tak patut di  dengar oleh para swing voter. Apa sih yang tidak di sukai oleh swing Voter? Tanya teman saya. Ya mereka muak bila orang bicara agama untuk mendapatkan simpati rakyat. Mereka muak dengan arogansi kekuasaan yang penuh dengan atribut kehormatan berlebihan. Mereka ingin hidup damai , inginkan pemimpin yang egaliter. Mereka adalah kelompok  yang menginginkan perubahan dan sadar perubahan itu tidak mudah. Mereka memlih pemimpin bukan karena janji politik diatas panggung tapi mereka memilih karena tahu karakter pemimpin itu qualified untuk melakukan perubahan. Mereka tidak menganggap pemimpin itu  lampu aladin. Mereka cerdas dan mereka kado terindah dari abad 21. 

Semoga ini menjadi pelajaran bagi elite politik dari partai yang  masih mastur idiologi dan agama agar berubah. Mari cerdas berjuang dan tinggalkan niat berkuasa tapi perkuat niat untuk berkorban dan berjuang karena Tuhan. Setidaknya mari giring akar rumput untuk menghadapi kenyataan. Beri mereka pencerahan bagaimana mereka bisa jadi agent perubahan di lingkungan terdekatnya.Partai seharusnya menggunakan insfrastruktur partai yang ada di seluruh Indonesia untuk meng-advokasi rakyat khususnya UKM agar punya akses kepada dana bergulir yang di sediakan pemerintah. Meng advokasi pedagang kecil agar mampu membangun pasar modern melalui dana revitalisasi pasar yang disediakan pemerintah. Meng advokasi rakyat menguasai sumber daya alam di daerah dan membentu akses pemasaran serta akses pendanaan melalui Sistem Resi Gudang yang sudah jadi UU dan menjadi kewajiban pemerintah melaksanakannya. Pendekatan menjelang Pemilu dengan  retorika agama dan idiologi tidak laku lagi tapi kesalehan social, berbagi dan menolong bagi sesama itu akan membuat orang banyak jatuh cinta. Tebarkan cinta dan kasih sayang. Sudahilah berkeluh kesah yang tidak jelas. Lebih baik focus kepada kebaikan dan menetramkan lewat kerja keras melahir karya nyata. BIla ini di laksanakan maka kemenangan di Pemilu mendatang adalah reward yang memang deserved menerimanya. 

Monday, July 4, 2016

Meluruskan kata Pengamat Tax Amnesty


Ada pengamat ekonomi bilang begini " Dengan keterbukaan rekening offshore seharusnya pemerintah tidak perlu adakan amnesty tax dengan pertanggungan rendah. Cukup kerahkan petugas pajak untuk memburu rekening tersebut dan paksa pemilik uang untuk bayar pajak 25 %. Kalau bisa 25 % kenapa harus terima di bawah 5% tebusan pengampunan pajak. Ini benar benar skandal pajak terbesar sepanjang sejarah. " Kira kira demikian kata mereka. Orang awam membacanya langsung tuduh pemerintah Jokowi bersekongkol dengan pengemplang pajak. Ini skandal. Ngeri ya.. Bagi pemain atau player atau business man yang terbiasa melakukan transaksi lintas benua , tentu akan tertawa dengan penilaian dari pengamat tersebut. Mengapa ? Karena orang punya uang itu pasti lebih pintar dari pengamat ekonomi. Bahkan mereka lebih cerdas di bandingkan negara atau pemerintah sekelas AS. Petugas IRS ( internal revenue service ) di AS itu lullusan terbaik di kampus terbaik di AS. Mereka di seleksi dengan ketat dan melalui training ketat untuk bisa lolos sebagai agent. Tapi tetap tidak mampu menghadapi pengemplang pajak berkelas dunia..

Lantas mengapa sulit sekali memaksa pemilk dana raksasa untuk membayar pajak ? karena ini berkaitan dengan system yang di create negara. Keberadaan mereka berada di puncak piramida business bukan datang begitu saja. Mereka exist karena system yang terbangun ratusan tahun yang lalu sejak kapitalisme di perkenalkan. Ketika ada kesepakatan mengenail the Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes in the area of the automatic exchange of information, terbukaan rekening offshore, mereka sudah lebih dulu mengantisipasinya. Panama paper sebagai bukti yang di gaungkan itu hanya membuktikan nama orang atau lembaga yang tercatat pemilik perusahaan dan rekening offshore tapi tidak ada bukti apapun mereka sebagai pemilik dana apalagi mencantumkan nilai uang yang ada. Apanya mau di kejar ? Mau kepengadilan ?tidak pernah pemerintah menang dalam sengketa dana offshore. apalagi soal pajak kecuali kapitalisme system runtuh. Mungkinkah ?Kapan ?

Kemana uang itu ? Ingat pemilik uang itu adalah orang cerdas berkelas international. Di belakang mereka ada ahli hukum, perbankan, akuntasi yang mengatur agar dana tersebut tetap tersembunyi. Engga mungkin team mereka sekelas pengamat yang keahliannya dibayar ala kadarnya. Jadi gimana caranya ? ketika dana di tempatkan di bank atas nama perusahaan cangkang pada waktu bersamaan sudah ada skema layering atas dana itu. Tahapannya sebegai berikut: Pertama dana itu akan di gunakan untuk membeli surat utang dalam kondisi limited offers. ( penjual dan pembeli orang yang sama, yang beda hanya nama perusahaannya saja ). Kedua , setelah berubah nama surat utang, uang tersebut di belikan property atau saham perusahaan publik. Ketiga, setelah berganti ujud dalam bentuk saham maka saham itu di simpan di kustodi yang kemudian di jaminkan untuk mendapatkan pinjaman dari bank untuk pembiayaan proyek. Nah, coba bagaimana mengejarnya ? Kalau ada negara yang coba kejar maka ini akan berdampak sistemik karena akan menggoncang pasar uang dan pasar modal..ini paling di takuti oleh pemerintah dimana saja..

Nah kembali kepada amnesty tax. Mengapa harus ada amnesty tax bila layering begitu canggih menyembunyikan uang dari petugas pajak? Ini bukan hanya soal pajak tapi bagaimana indonesia menjadi provider underlying transaction yang exciting untuk mengalirnya dana hidden dari pasar uang global. Karena untuk di ketahui bahwa indonesia adalah salah satu negara di dunia yang tidak terjebak dengan pasar uang global yang gagal bayar. Dengan amnesty tax maka uang akan mengalir ke Indonesia dan derivative penyalurannya luas sekali,apalagi pemerintah melepas hambatan investasi di sektor real dan pasar uang. Ingat pemiilk asset atau uang tidak peduli soal pajak atau asal usul uang .Mereka happy bayar pajak asalkan untung. Liat aja China berapa triliun dollar uang hidden mengalir ke China selama 25 tahun reformasi ekonomi Deng. Padahal negara China adalah komunis yang tidak 100% transfarance. Namun China mampu meyakinkan pemilik dana bebas menggunakan uangnya tanpa restriksi apapun. Itulah yang di tawarkan oleh pemerintah China kepada pemilik dana dan karena itu China menikmati limpahan dana murah untuk membangun negeri dari keterpurukan era Mao.  China smart. Politik , idiologi bukan urusan pemilik dana besar. Itu urusan orang lemah dan malas karena otaknya terlalu banyak mastur politik.

Amnesty tax yang di rancang oleh pemerintah Jokowi tidak sama dengan amnesty tax negara lain. Indonesia justru membangun system keuangan yang solid agar potensi dana yang ada di cloud tidak hanya berputar di luar negeri dan di nikmati negara maju tapi di nikmati oleh Indonesia. Pengampunan pajak adalah trigger untuk teradinya repatriasi asset secara luas, bukan hanya di sektor moneter tapi juga berdampak pada sektor riel. Dengan adanya repatriasi asset dari pemilik dana offshore maka negara bisa jadi market maker berskala gigantic itu. Apabila likuditas SBN besar maka kita mandiri dalam pembiayaan pembangunan. Dengan adanya amensty tax ini maka channeling bank yang ada di Hong Kong ,Singapore, Panama, Swiss dll akan kehilang fee sebagai payment gate way.Bayangkanlah singapore itu perhari melakukan clearing payment gateway USD 60 miliar, belum lagi Hong kong yang mencapai lebih dari USD 100 miiar. Kalau fee nya 2,5 Permil saja maka pemasukan mereka lebih besar dari bagi hasil MIGAS kita dan tidak ada arti dari bagi hasil FREEPORT...

Melawan system harus dengan system ! dan Jokowi paham sekali akan keculasan ekonomi global yang menciptakan ketidak seimbangan ekonomi. Semoga kita pahami arah kebijakan ini....Kini uang akan mengalir ke indonesia dengan efisien dan tentu inilah yang di inginkan oleh pemilik dana... So..Kini pesta udah usai dan negara broker yang hanya hidup dari fee, minggir aja dech...Pengamat ? kelaut aja..

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...