Monday, October 19, 2009

Pemimpin

Setiap pria ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Itu kata Allah. Artinya pria memang didesign untuk memikul tanggung jawab besar sebagai bagian dari fungsi rahmatan lilalamin. Walau jenis pemimpin itu berbagai ragam namun minimal pringkat pemimpin harus dicapai oleh setiap pria yaitu pemimpin rumah tangga. Rasul mengatakan bahwa ”bukan termasuk kaumku bagi yang tidak menikah”. Ini sebagai ujud sunattullah bagi siapa saja yang bersahadat kepada Allah dan Rasul. Dalam pada itu Rasul menempatkan seseorang itu dalam wahana terlatih untuk menjadi pemimpin apa saja. Maka rumah tangga adalah ajang pelatihan itu. Karakter kepemimpinan harus dimiliki oleh setiap pria untuk pantas disebut sebagai kepala keluarga.

Sifat sabar, jujur, tekun , kerja keras, pengasih penyayang, cerdas dan rendah hati serta berbagai sifat mulia lainnya haruslah dimiliki oleh setiap pria yang berumah tangga. Setiap pelanggaran salah satu sifat ini maka akan menghadapi aksi yang tidak nyaman dari istri atau anak anaknya. Kadang sikap tidak nyaman itu membuat rumah seperti neraka dan kerinduan tak lagi melekat untuk bertegur sapa dalam canda. Banyak rumah tangga hancur dalam silang sengketa yang tak jelas siapa salah atau benar. Namun begitulah harga dari kepemimpinan yang tidak qualified. Tapi bagi yang berhasil mengikuti sunah rasul untuk menjadi pemimpin yang baik dirumah tangga maka hasilnya rumah akan menjadi sorga dunia. Allah memberikan sertificate ” Sakinah Ma wadah wa rahman”

Untuk mendapat certificate tertinggi dari Allah berupa ”Keluarga Sakinah Ma wadah Wa rahman ”itu ternyata tidak harus seorang professor atau doktor atau ekonom atau insinyur. Orang biasa saja dan pendidikan terendah pun bisa mendapatkan certificate itu dan menikmati curahan nikmat dunia tak tertandingi. Lantas apa kunci dari kekuatan kepemimpinan itu. ? Jawabannya adalah Ikhlas ! Apapun yang suami lakukan dirumah dan diluar rumah semata mata beribadah kepada Allah untuk mengemban amanah dari Allah sebagai kepala keluarga. Begitulah indahnya Islam mengajar proses lahirnya kepemimpinan dalam masyarakat. Dimulai dari keluarga dan berkembang sampai kepada tetangga, rukun tetangga, rukun warga , lurah , kecamatan, kabupaten , provinsi dan akhirnyua sampai di tingkat nasional.

Kepemimpinan itu adalah proses yang tidak datang dadakan. Dia lahir dari tengah masyarakat dan teruji dari tingkat rumah tangga sampai kepada masyarakat luas. Karena yang dihadapi adalah manusia dan alam. Yang tidak hanya dapat diselesaikan dengan hitungan angka statistik dan probability analisis untuk mengambil keputusan. Tapi suatu analisa yang berasal dari nurani terdalam tentang cinta dan kasih sayang. Maka Allah lah yang akan mengajarkan manusia untuk melewati batas akal melihat masa depan membangun visi. Hingga dia mampu berkata untuk sepatah kata yang meyakinkan orang lain percaya dan mengikuti sebagai sebuah inspirasi untuk lahirnya aspirasi kolektif. Dia bisa tampil keras seperti Umar BIn Khatap namun dapat juga lembut bagaikan Ali bin Abithalip, namun dia seorang demokrat sejati seperti Abubakar Sidik dan ekonom yang handal seperti Ustman.

Karena “Kepemimpinan” selalu berkaitan dengan kualitas-kualitas tinggi dalam moral dan karakter. Kualitas-kualitas, seperti visionary, empowering, authentic, resonant, heroic, transformational, dan puluhan ciri lain. Hal itu adalah hasil tempaan yang lama dan penuh jerih payah melalui keterlibatan penuh dedikasi di dalam komunitas yang melahirkan nature kepemimpinan itu. Maka, kepemimpinan juga dilekatkan dengan ide-ide dan perbuatan-perbuatan besar dan cinta besar yang membawa perubahan, sekalipun harus lama bertekun, bergerak melawan arus, dan berkorban untuk itu. Tapi di era sekarang , pemimpin dipilih karena pengaruh corong Iklan di TV/Media massa dan panggung. Maka calon anggota kabinet yang dipilihpun tak lagi melihat qualifikasi yang diidealkan untuk seorang pemimpin. Yang dikenal hanyalah istilah professional dan partisan layaknya mengelola Transnational Corporation. No money , no deal. No bargain position, no share.

No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...