Sunday, April 6, 2008

Dana?

Benarkah uang itu mengenal Politik ? Atau Politik mengenal uang ? dua pertanyaan ini kalau diajukan akan mendapatkan jawab “ uang membutuhkan politik dan Politik memang uang “ Bila jawabannya begitu maka uang memang tidak mengenal politik. Justru politiklah yang mengenal uang. Makanya kalau ada orang mengatakan bahwa kita butuh kebijakan politik seperti ini atau itu,agar investor masuk.Itu alasan terbelakang. Alasan untuk menjadikan politik adalah uang. Padahal sesungguhnya uang tidak mengenal SARA. Dia terbang sesuka dia mau selagi ada yang bisa memberikan yield tinggi. China mengharamkan rezim liberalisasi sector keuangan dan mem resitriction capila in flow maupun out flow. Artinya uang diborgol kuat setelah masuk kedalam perangkap china. Tapi mengapa uang terus saja mengalir ke China dan ekonomi tumbuh diatas 2 digit pertahun. Mengapa. ?

Jawabannya adalah karena uang itu ibarat bunglon. Dia cepat sekali menyesuaikan diri seperti pepatah “ dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung”. Akan ada saja petualang politik yang datang kepada sumber uang untuk memberikan jalan bagi uang untuk tetap berputar bebas seperti yang dimauin pemilik uang. Itulah yang dapat saya simpukan dalam pengalaman terlibat mengelola offshore fund. Pernah satu ketika saya kedatangan client dari Dubai. Dia nampak murung ketika bertemu dengan saya. Karena barusan saja didepak oleh bank ketika akan mengajukan placement fund ( penempatan dana) sebesar USD 1 billion dari sumber beberapa rekening di Europa. Alasan bank tersebut adalah tidak lolos KYC. Kalau mau diproses butuh waktu tidak sebentar.

Kemudian saya mengajak clients ini ke pimpinan Bank yang saya kenal di Hong Kong. Dengan senyuman cerah , pejabat itu menerima client ini dan menyetujui pembukaan rekening. Clients nampak terkejut karena begitu cepat perubahan sikap bank. Saya katakana bahwa “placement fund ini berkaitan dengan program investasi anda untuk membeli global bond dari beberapa bank papan atas. Bank ini akan bertindak sebagai agent. Tentu dia akan mendapatkan fee. “

Dengan dukungan lawyer , bank akan bertindak sebagai channeling agent untuk pembelian global bond melalui dealer. Selanjutnya clients ini akan mendapatkan trust account ( Rekening surat berharga). Rekening ini tidak jauh beda dengan rekening uang tunai. Hanya posisinya off balance sheet. Apabila si clients ini membutuhkan uang tunai , dia tidak usah repot. Tinggal menghubungi fund manager. Dalam waktu singkat dia akan mendapatkan uang tunai lengkap dengan guiding bank compliant. Cara cara seperti inilah yang membuat offshore fund menjadi hiding alias tak terlacak oleh system pernbankan. Dia ada tapi tiada. Seperti clients ini ada ratusan ribu di seluruh perbankan kelas atas. Mereka biasanya berlindung dibalik Trust company atau Offshore company dalam bentuk Private Investment Company.

Sumber akses offshore fund ini memang rumit. Tidak mudah ditembus oleh public.Mata rantainya sangat panjang. Hanya orang yang punya trust saja yang bisa mengakses. Juga mengutilize fund ini tidak bisa dilaksanakan oleh institusi keuangan biasa. Dibutuhkan fund mnager kelas dunia yang menguasai sytem pernbankan intenational serta tegabung dalam 144 A SEC. Artinya mereka punya access untuk “meng-utilize fund” dari segala sumber offshore account, yang kemudian mengarahkan dana tersebut untuk strategy global mereka. Tentu strategynya berujung kepada multi yield fund.

Cara cara pemanfaatan Trust account sebagai resource , juga dipakai oleh beberapa perusahaan papan atas di Indonesia. Biasanya mereka gunakan untuk melakukan refinancing hutangnya untuk meningkatkan performance balance sheetnya. Caranya adalah Tust account mendelivery Asset ( porfotllio AAA rated ) kepada fund manager untuk di jual melalui Over the counter ( OTC) kepada private investor. Tentu penjualan ini menghasilkan yield yang tinggi bagi investor ( rata rata discounted price 30%). Tapi si Investor dilarang untuk melepas potfollio ini kepasar publik ( sesuai 144 A / non public offering) kecuali mejualnya kembali kepada penjual pertama ( REPO). Selanjutnya fund manager ini akan mengirim dana kepada SPC untuk melakukan deal dengan perusahaan yang butuh refinancing melalui skema debt to equity swap. Pertanyaannya adalah apa yang mereka harapkan dari skema ini ? Tidak lebih adalah untuk mengutilize fund itu sendiri dan sekaligus mendapatkan yield super tinggi melalui peningkatan saham di bursa.

Tidak jauh beda dengan pengusaha muda belia yang sekarang tercatat sebagai pengusaha yang mengontrol perusahaan triliunan rupiah. Umumnya mereka mendapatkann berkah ketika krisis ekonomi 1997. Mereka bertindak sebagai agent offshore fund untuk mengambil alih asset melalui BPPN. Lihat gerak tingkah mereka setelah itu, tidak pernah berhenti melakukan SWAP ,Akuisis internal, Right issue , take over, Loan , buy back. Semua didukung oleh kekuatan resource off shore fund melalui off shore company. Tak pernah habis habisnya. Sebetulnya hanyalah bermain main dengan skema itu saja. Kelak bila terjadi masalahnya maka pada akhirnya yang jadi korban adalah investor retail. Tidak lebih.

Kalau offshore fund ini juga terlibat dalam bursa hingga menjadikan saham over value itu juga hal yang lumrah. Karena memang peluang itu datang dari pihak yang mempunyai creativitas dan akses kepada politik untuk memungkinkan dana jenis ini bermain merekayasa harga dan management illusi bagi emiten. Umumnya di Indonesia , proposal yang ditawarkan kepada offshore fund yang exciting adalah business yang bergerak dibidang pertambangan, telekomunikasi, Perkebunan ( sawit), broadcasting, property. Maklum business sejenis ini memang emerging market di Indonesaia. Disamping didukung yang membolehkan asing memiliki saham 100% lewat pasar modal, juga tingkat pertumbuhan pasar domestic sangat tinggi akibat banyak OKB. Juga tingginya semangat group tertentu untuk menguasai business broadcasting maka meng create business media massa untuk eksis dan kemudian dijual adalah business yang menggiurkan untuk mendapatkan yield berlipat.

Dinegara negara sosialis dan komunis , para pemilik offshore fund walau tidak dibenarkan memindahakan asset yang sudah dtanam namun mereka dimanjakan oleh adanya ketentuan cross settlement asset kepada portfolio lain selagi nilainya sama. Makanya banyak terjadi gelombang akuisisi oleh perusahaan china di AS , di Eropa, Jepang, dan lainnya.Sebetulnya pemain utamanya itu itu juga. Disamping itu juga adanya kemudahan placement fund. Soal laba mungkin tidak begitu besar namun setidaknya dana dalam skala giant dapat di drive dengan cepat untuk kemudian diputar kedalam pasar spekulan untuk mempermainkan harga komoditi dunia dengan yield raksasa.

Itupula sebabnya beberapa negara socialism dan komunis tahu betul prilaku resource ini yang bagaimanapun membutuhkan underlying transaction untuk nge drive nya. Seperti China dan India punya resource raksasa untuk mengalirkan dana dari system ini. Para investor tidak butuh memindahkan dana secara langasung. Account mereka tetap stay hingga aman dari posisi off balance sheet. Tapi melalui mekanisme scheme financing SWAP , sebetulnya dana investor sudah tergadaikan secara permanent dan berpindah melalui credit linked Noted di correspondent bank penerima penerima. Ketika investor datang untuk memulai projectnya , bank lokal menyediakan dana , tentu dalam mata uang lokal yang di back up oleh rekening bank correspondence. Maklum saja belanja barang modal seperti China rata rata 80% dalam mata uang local karena sebagian besar tersedia di china. Hanya 20% dalam mata uang asing.

Keberadaan offshore fund adalah paradox dari system ekonomi kapitalis. Dimana peningkatan income (I) tidak mengalir banyak kepada consumsi (C) malah terjadi penumpukan disektor financial (S). Namun bagaimanapun yang patut dicatat adalah cara cara business yang memanfaatkan resource offshore fund ibarat pedang bertama dua. Dapat di drive untuk kesejahteraan rakyat seperti di China atau negara sosialis lainnya dan dapat pula menjadi perampas potensi natural resource dan meminggirkan hak hak rakyat jelata. Semua tergantung kebijakan politik negara, bagaimana memanfaarkan padox kapitalisme ini dengan sebaik baiknya untuk kepentingan nasional atau membiarkan paradox ini menjadi liar dimanfaatkan oleh mereka yang tidak peduli kepada nasionalisme kecuali untuk kepentingan pribadinya.

Bukan sistem yang salah tapi moral.

  Kita pertama kali mengadakan Pemilu tahun 1955. Kalaulah pemilu itu ongkosnya mahal. Mana pula kita negara baru berdiri bisa mengadakan pe...