Resmi sudah akhirnya Golkar
menetapkan Aburizal Bakrie sebagai calon Presiden. Sebagian orang menanggapi
berita ini dengan sinis.Apalagi proses terpilihnya Ical sebagai calon dari
Partai Golkar terkesan dipaksakan. Apa kehebatan Ical sehingga pantas dicalon
sebagai President oleh Golkar? Inilah pertanyaan yang diajukan teman kepada
saya. Menurut saya yang tidak begitu mengenal dekat Ical , bahwa Ical memang
kader Golkar yang sudah dibina bertahun tahun. Tampilnya ical dipuncak pimpinan
Golkar bukan jalan yang mudah. Ini penuh perjuangan dan tidak murah. Tentu dia sudah kenyang asam garam politik
dan tentu pula hapal diluar kepala kekuatan Golkar sebagai kendaraan politik
menuju RI-1. Yang jadi pertanyaan yang tak mudah dijawab adalah mengapa Ical
sangat berambisi menjadi President di Indonesia. Apakah murni ingin berjuang
untuk kejayaan Indonesia. Kalau , ya , apa program yang akan dijualnya hingga
rakyat percaya? Inilah yang membuat saya sendiri bingung.
Semua orang tahu bahwa ical
terlahir dari keluarga kaya raya. Ayahnya Abdul Bakrie adalah termasuk orang
terkaya di Indonesia dan eksis sejak Orla sampai Orba. Setelah ayahnya
meninggal, Ical sebagai anak tertua mengambil alih peran ayahnya untuk memimpin
keluarga Bakrie. Ditangan Ical , Bakrie tumbuh semakin besar. Namun ketika
krisis moneter 1998, Bakrie termasuk dalam deretan nama yang assetnya dikuasai BPPN. Keluarga Bakrie menghadapi tuntutan dari
Pemerintah untuk menyelesaikan hutangnya. Berkat tangan dingin Ical dan
ketekunan serta ketabahannya menyelesaikan masalah, Bakrie berhasil
diselamatkan dari jeratan pengambil alihan oleh BPPN. Tentu ini karena kemampuan Ical meyakinkan
para kreditur bank dalam dan luar negeri untuk memberikan kesempatannya dalam
program reschedule hutang. Disamping itu memang kedekatannya dengan PDIP dan
keluarga Megawati ikut berperan besar. Namun bagaimanapun skema penyelesaian
hutang termasuk yang terbaik dibandingkan konglomerat lainnya. Ical memang
pantas disebut sebagai wiraswasta tangguh.
Ketika tampilnya SBY sebagai
calon president 2004, Ical berada dibelakang SBY. Ketika itu Ical bersama JK keluar dari group
Golkar yang dikomandani oleh Akbar Tanjung. Ical membuktikan strategynya
mendukung JK yang mendampingi SBY jauh lebih cerdas dan ampuh. Setelah JK
terpilih sebagai Wapres, Ical bersama kelompoknya berhasil menggusur semua
pendukung setia Akbar Tanjung dan menempatkan JK sebagai Ketuan Umum Partai.
Setelah JK tidak lagi Wapres , Ical bersama kelompoknya mampu menyingkirkan JK dalam
Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar dan menempatkannya sebagai Ketua Umum. Namun ini semua berkat kekuatan dana yang ada ditangannya.
Dengan dana itulah Ical membeli kekuasaan dari DPD Golkar diseluruh Indonesia.
Semua masih ingat janjinya yang akan memberikan dana abadi kepada golkar
sebesar Rp. 1 triliun bila dia terpilih sebagai Ketua Umum. Sebagai pemain
politik dia memang piawai memanfaat resource yang dimilikinya untuk unggul.
Kalau dilihat sekilas rekam jejak
Ical maka saya sependapat dengan kata teman bahwa apa yang dilakukan Ical dalam
politik tak ubahnya apa yang dia lakukan dalam business. Semua sepak terjangnya
dalam politik tak lain sebagai upayanya untuk mendukung kepentingan business
nya. Kedekatanya dengan PDIP ketika awal reformasi menyelamatkannya dari upaya
pengambil alihan BPPN. Sebagai politisi dia tahu betul bahwa kekuatan PDIP
tidak bisa berlangsung lama. Diapun mendukung Partai Demokrat secara invisible
untuk menjadikan SBY sebagai President. Terpilihnya SBY sebagai President,
posisi Ical semakin kokoh dalam business terutama upayanya menjadikan Tambang
Batu Baranya sebagai tambang raksasa didunia tercapai dan sudah pula listing di
Bursa London. Ketika SBY terpilih kedua kalinya sebagai President, Ical tak
lagi berada dibelakang SBY namun bergandengan dengan SBY sebagai Ketua Umum Partai yang menjadi Pendukung Pemerintahan SBY dalam koalisi di Parlemen. Pemainan politik yang ingin mengotak atik business nya lewat hak angket pajak ,
kandas di DPR dan bahkan membuat SMI yang pertama kali membuka borok Bakrie
group soal pajak tergusur dari jabatan Menteri Keuangan lewat pertarungan kasus scandal Century di
DPR.
Dari segi strategy dan taktik
serta kepiawaian teamnya di parlemen dan di koalisi, memang Ical berhasil membuat
Partai lain tak berkutik, termasuk Presiden. Namun ada satu hal yang membuat
kehebatannya useless yaitu pasar yang semakin menyusut sebagai akibat
dari crisis global. Seperti halnya negara kapitalis yang kehilangan power menghadapi pasar. Hukum pasar bekerja efektif membuat Group Bakrie limbung. Hampi semua Fund Manager tak lagi tertarik dengan saham
Bakrie. Kehebatan direksi dan professional Bakrie menggali hutang dengan
memanfaatkan bubble price sahamnya dibursa , kini ketika bursa jatuh malah menjadi boomerang
bagi Group Bakrie. Asset Bakrie semakin menyusut. Tahun 2012 ini saja saham
Bumi Resource telah menyusut 43%. Jaminan hutangnya berupa penguasaan saham di
anak perusahaan yang ditempatkan pada Long Haul Holding Ltd yang terdaftardi
Nevis, West Indies, Kepulauan Karibia tentu juga menyusut. Akibatnya para
kreditur seperti Credit Suisse AG menuntut Bakrie untuk menambah jaminan
hutangnya atau segera melunasi hutang Bumi Resource yang berjumlah USD 437 ( Rp. 4 trilun ). Darimana
Bakrie mendapatkan uang sebanyak itu ditengah krisis global saat ini? Belum lagi hutang dari anak perusahaan
lainnnya.
Disamping masalah hutang yang
menggunung, Keluarga Bakrie juga dihadapkan masalah Lapindo yang belum tuntas
diselesaikan. Keadaan Lapindo yang terus mengeluarkan lumpur adalah citra buruk
yang tak mudah dihapus oleh rakyat jawa timur yang merupakan populasi terbesar
di Indonesia. Belum lagi masalah pajak groupnya yang belum tuntas diselesaikan.
Ini akan dijadikan senjata oleh partai lain untuk menjatuhkan citra Ical
sebagai calon Presiden. Dan bagaimanapun Ical bukanlah orang jawa, dan dalam
sejarah Indonesia paska kemerdekaan hampir tidak mungkin orang diluar jawa bisa
jadi Presiden. Suka tidak suka, populasi terbesar Indonesia adalah orang Jawa.
Keliatannya jalan menuju kursi orang nomor satu di Repubik ini bukanlah jalan yang mulus bagi Ical, dan kalau
tujuannya ingin menyelamatkan business nya maka itu juga bukan cara yang
terbaik ditengah krisis global saat ini. Mengapa Ical tetap berambisi untuk
menjadi Presiden? That is only business. Tidak mudah dipahami kecuali memang
ambisi alias nafsu, semakin besar resiko gagal semakin besar adrenalinnya terpacu. Dan seperti biasanya Ical selalu keluar sebagai pemenang. Bagaimana selanjutnya? akankah dia berhasil lagi? Kita lihat nanti..
No comments:
Post a Comment