Prinsip kapitalis adalah kebebasan pasar. Tetapi kalau anda baca buku The Theory of Moral Sentiments, Adam Smith, kebebasan pasar itu bukan berarti memberi peluang penguasaan pasar bagi pemodal. Tetapi memberi orang punya kebebasan berpikir tanpa terjebak dengan status quo. Dari kebebasan berpikir ini tercipta inovasi dan kreatifitas. Tercabut dari standarisasi formal, persepsi yang ditentukan negara dan lembaga. Dari kebebasan ini akan lahir kompetisi yang harmoni. Karena pada esensinya kebebasan berpikir membuat orang mudah berkolaborasi dan bersinergi. Tentu mengutamakan moral diatas segala galanya.
Sistem pendidikan AS sebelum tahun 1983 memang atas dasar The Theory of Moral Sentiments itu. Karenanya disaat kapitalisme diperkenalkan abad ke 16 dan sebagai ideologi abad 20, AS muncul sebagai pemenang perang dunia kedua. AS unggul dalam hal sains yang berhasil membuat bom atom. Unggul dalam hal produksi, yang berhasil membuat banyak alat perang dalam waktu singkat. Namun tahun 83 terjadi reformasi pendidikan di AS. Alasan mengemuka saat itu adalah menjadikan lembaga pendidikan sebagai pabrikasi tenaga kerja. Maka karena itu dibuatlah standarisasi seperti mesin pabrik. Agar standar kualitas bisa sama.
Setelah itu, metodologi mendapatkan pengetahuan lewat hafalan dan textbook thinking menjadi standar. Skripsi tidak lulus tanpa ada sumber referensi yang valid dan reputable. Siswa dipaksa berpikir dengan standar yang sudah ditetapkan. Sistem pendidikan tidak lagi membangun karakter kebebasan berpikir tetapi karakter robot untuk memuaskan pengusaha dan penguasa yang butuh para pekerja. Ya feodalisme gaya baru.
Nah karena sistem pendidikan adalah bagian dari supply chain industry. Maka tentu proses belajar dan mengajar adalah juga business process. Dari sana rating sekolah dan universitas terbentuk. Setiap siswa ada ratingnya. Atas dasar rating itu value mereka ditentukan di hadapan korporat dan pemerintah. Stigma titel dan almamater menentukan masa depan orang. Apapun orang lakukan berinvestasi agar dapat rating terbaik. Jangan kaget bila karena itu universitas sudah menjelma menjadi lembaga kapitalis. Semua ada harganya, tidak ada akreditas gratis dan murah. Kompit bukan lagi soal kompetensi, terapi persepsi.
Reformasi pendidikan di AS itu diadopsi oleh Indonesia di era reformasi. Saya ingat waktu tahun 2002 saat RUU sistem pendidikan nasional akan diajukan ke DPR, saya sebagai aktivis memberikan catatan kepada teman teman di DPR. “ Focus kepada UUD 45 bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Negara harus tanggung. Pendidikan adalah proses belajar untuk membangun karakter mandiri di atas kebebasan berpikir, bukan dogma.” Catatan saya lebih kepada menghindari konsep kapitalisme dalam sistem pendidikan itu. Saya tahu, reformasi pendidikan kita digagas oleh OECD, Itu lembaga think thank financial player,
Anda bica baca UU No 20 Tahun 2003 definisi Pendidikan. Bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari definisi ini, memang sistem pendidikan kita menjamin kebebasan berpikir yang berorientasi kepada karakter building. Kalau ada pasal tentang status badan hukum lembaga pendidikan. Itu bukan bermakna kapitalisme, tetapi lebih kepada independensi lembaga pendidikan agar tidak terkontaminasi politik. Tapi dalam prakteknya definisi itu diabaikan. Terlalu besar tangan pemerintah campuri dan hasilnya malah menjalankan agenda kapitalisme.
***
Tahun 79 saat reformasi di China, Bapak Deng Xiaoping justru meniru sistem pendidikan di AS sebelum tahun 83. Deng berpikir sederhana. Mengapa AS menang perang? Karena sistem pendidikannya mampu melahirkan karakter hebat bagi bangsanya. Deng melihat kehebatan AS itu berasal dari sistem pendidikan. Ya dia tiru. Sebelum reformasi ekonomi, reformasi pendidikan lebih dulu dilakukan. Reformasi pendidikan di China orientasinya adalah mengarahkan siswa untuk mampu memprogram dirinya sendiri. Jadi, kehormatan akan kebebasan berpikir itulah yang dibangun di sekolah. Karenanya, China menghapus sistem pendidikan lama yang feodalisme. Menghapus Program hafalan dan dogma yang menentukan salah benar. Makanya di China ujian sekolah lebih banyak menggunakan essay daripada multiple choice.
Saya akan jelaskan secara sederhana makna reformasi pendidikan di China. Mungkin semua tahu apa yang dimaksud dengan Program pada sistem komputer. Secara umum, program merupakan kumpulan instruksi atau kode bahasa yang hanya dimengerti oleh komputer. Tujuan ditulisnya sebuah program adalah untuk memudahkan dalam suatu proses menghasilkan output yang diinginkan oleh pembuat program. Orang yang membuat program disebut dengan pemograman atau programmer. Kalau komputer yang membuat program adalah manusia. Gimana dengan manusia?, siapa yang membuatnya ? Yang membuatnya adalah Tuhan.
Program itu sudah disediakan Tuhan dalam diri manusia sejak dalam rahim ibu. Ini sistem yang men drive otak, ruh menjadi apa yang disebut dengan akal. Bahwa otak menyerap input yang datang dari luar, seperti dari orang tua, teman , guru. Karenanya manusia itu disebut makhluk sosial. Tetapi akal berperan memproses input itu menjadi persepsi dan konsepsi. Kalau anda menghormati berkah Free Will ( kebebasan berpikir dan kehendak) yang diberi Tuhan. Akal anda bisa menentukan sendiri persepsi itu dan konsepsi itu. Dalam diri manusia dilengkapi semacam cell programming entity. Bahkan bisa memprogram ulang persepsi yang sudah terbentuk akibat jadi follower buta.
Nah apabila anda sudah mampu memprogram diri anda sendiri maka anda telah menjadi diri anda sendiri. Anda telah berhasil mengalahkan diri anda sendiri. Sudah berhasil menjadi pemimpin atas diri anda sendiri. Anda hanya akan bersyukur kepada Tuhan saja, bukan kepada manusia. Jadi, engga mungkin gampang di PHP. Engga mungkin gampang baper dan engga mungkin gampang jadi follower buta. Engga mungkin mudah mengeluh. Sehingga engga mungkin orang lain gampang menggiring anda jadi korban ponzi. Apapun yang terjadi, anda paahmi itu hanya antara anda dan Tuhan saja.
Perhatikan, saat AS mereformasi pendidikannya go to market terstandarisasi, China malah meniru sistem jadul AS yang tanpa standarisasi. Terbukti sekian dekade, China bisa melakukan lompatan jauh kedepan, sementara AS terjebak dengan beragam krisis. Dari negara kreditur berubah menjadi debitur. Itu juga fakta kegagalan kita sebagai negara akibat rezim yang bodoh dan tolol, menerapkan sistem pendidikan yang create kita sebagai bangsa follower dan hipokrit. Terjebak utang terus menerus dan tergantung dengan pihak eksternal. Kesimpulannya, pendidikan adalah melatih orang untuk punya kemampuan memprogram dirinya sendiri. Menjadi manusia yang bisa membentuk dirinya sendiri, yang mandiri, kreatif, inovatif dan tangguh.
***
Mungkin anda semua pernah baca kasus Bernard Madoff. Itu kasus ponzy terbesar sepanjang sejarah. Total nya mencapai USD 65 miliar. Tahukah anda yang jadi korban sebagian besar adalah Yayasan pengelola Universitas. Madoff tahu bahwa sumber dana besar ada di Kampus. Ya dia dekati dengan skema too good to be true. Akibatnya para profesor dan Phd yang ada di kampus itu hilang akal sehatnya. Lupa teori finance yang diajarkannya. Mereka percaya apa yang dikatakan Madoff. Ya jadilah mereka korban ponzi.
Bagaimana kampus di AS bisa kena ponzi. Sebenarnya kalau mau jujur mereka juga melakukan bisnis ponzy. Mari saya jelaskan skema sederhananya. Di AS setiap mahasiswa tidak boleh berhenti kuliah kalau tidak ada uang. Itu UU. Pemerintah tidak memberikan subsidi langsung. Karena pemerintah juga tidak intervensi soal berapa besaran uang kuliah. Itu hak kampus tentukan.Tetapi Pemerintah memberikan skema loan student. Ini tidak ada kaitannya dengan kampus. Ini antara mahasiswa dan negara. Artinya mahasiswa yang tidak ada uang, bisa tanda tangani akad hutang dari pemerintah federal. Janjinya nanti kalau sudah bekerja, utang itu dibayar. Setelah itu kampus dapat duit dari bank.
Dari skema ini moral hazard tercipta. Walau ada standar DD untuk bisa dapatkan student loan namun sebagian besar DD diabaikan. Kampus utamakan jumlah mahasiswa. Kejar target quantity. Mudah banget dapatnya. Dari total USD 2 trillion student loan, 56 % gagal bayar. Karena sebagian besar mahasiswa tidak dapat pekerjaan setelah lulus jadi sarjana. Karena memang pemerintah gagal menyediakan lapangan kerja, ya pemerintah terpaksa melakukan bailout.
Sementara kampus makin tajir dari keuntungan bisnisnya. Sesuai aturan kelebihan dana dari laba itu diinvestasikan kepada pasar modal dan SBN. Ya datanglah predator bursa semacam Madoft tawarkan surat berharga derivatif berbasis saham. Nyatanya yang dapat hanya ilusi dan ada yang tercatat dalam unrealized loss. Kelebihan dana yang di investasikan ke SBN, ketika jatuh tempo pemerintah bayarnya pakai SBN lagi. Bayar hutang pakai utang. Nah, untuk menutupi kekurangan likuiditas akibat uang tersandera investasi, terpaksa kampus naikan UKT kepada mahasiswa baru. Secara skema, Kampus kena trap bursa dan pemerintah. Karena mereka juga ada berkat ponzi. Yang jadi korban rakyat, terutama mahasiswa.
Nah, Nadiem menteri Pendidikan menawarkan wacana student loan untuk mengatasi mahalnya UKT. Karena fakta sekarang saja ada 1,5 juta sarjana nganggur. Belum lagi yang kerja tidak sesuai dengan pendidikannya, jumlahnya mungkin lebih besar. Itu potensi gagal bayar. Pastilah akan berujung bailout oleh negara. Dan UKT akan terus naik karena adanya skema loan student. Mantiko memang.