Wednesday, September 25, 2013

Mobil Murah...?

Kemarin saya bertemu dengan teman lama. Dia sekarang punya business di China tepatnya di kota Hobey. Sejak tahun 2000 usahanya dibidang pembuatan auto parts kendaraan berkembang pesat. Permintaan terbanyak adalah memasok industry automotive di china dan sebagian di eksport.  Saya katakan bahwa sudah saatnya dia membuka  usaha yang sama di Indonesia. Karena sekarang pemerintah sedang menggalakan Mobil murah atau disebut dengan LCGC ( Low cost green car ). Menurutnya memang ada tekhnologi yang memungkinkan itu murah tapi bukan “value".Itu hanya design engineering  dimana kendaraan itu dibuat dari komponen ( spare part ) second grade , bukan yang high quality atau special quality untuk jenis kendaaan itu. Ya,  tetap dalam standard aman untuk dikendarain nanmun pasti tidak nyaman. Dan lagi LCGC didukung dengan kebijakan bebas pajak dari pemerintah tentu saja murah. Tapi kalaulah kebijakan ini dibuat dengan tujuan untuk memastikan 99% local content maka itu sangat baik karena  akan berdampak kepada perluasan investasi dibidang auto part , engine dan manufactur. Ya teman ini mengacu dengan kebijakan pemerintah china dalam industry otomotive.

Bagaimana dengan kebijakan China membangun industry automotive. Tanya saya. Menurutnya Indonesia lebih dulu start membangun industry automotive nya. Design kebijakan Industry automotive China hampir sama dengan kebijakan awal Indonesia. China mulai membangun industry otomotiv secara modern sejak tahun 1994 dan tidak pernah dirubah sampai kini. Saya teringat dengan kebijakan Indonesia dibidang otomotive atau apa saja yang selalu berubah rubah. Apa kebijakan itu? 1. Membangun Industry  auto parts ( onderdil 2. Membangun industry kendaraan penumpang ( bus besar /kecil/sedang). 3. Membangun industry angkutan barang ( truck ) ukuran besar /menengah/kecil. 4. Membangun  industry roda dua untuk masyarakat pedesaan dan kota kecil. 5.  Industry pendukung peralatan kendaraan. Kelima kebijakan ini adalah kunci pembangunan industry automotive China.  Target dari kebijakan ini adalah kemandirian dibidang design, technology dan product. Harus 100   % local content untuk semua industry otomotive apapun mereknya. China harus menjadi Global supply chain untuk Industry automotive dunia. Ambisi ini dilaksanakan dengan program yang terencana dan konsisten. Hasilnya kini terbukti China mandiri dibidang industry automotive.  Walau banyak merek kendaraan asing seperti Toyota, VW, Audi dll dijalanan namun itu semua 100 % local content yang dihasilkan oleh berbagai industry supply chain dibidang engine , auto parts, component body, dan lain lain.

Memang kendaraan merek asing di China  harganya relative  mahal bila dibandingkan merek local karena  kebijakan pajak yang tinggi dari pemerintah. Tapi untuk kendaraan merek local yang pasarnya menengah bawah, pemerintah mengurangi pajaknya. Untuk industry  automotive yang memproduksi kendaraan angkutan barang dan penumpang, pemerintah meng nolkan pajaknya , dan bahkan pemerintah memberikan insentip restitusi pajak bila perusahaan itu mengeluarkan dana untuk riset. Pemerintahpun membuat kebijakan bahwa belanja APBN haruslah mengutamakan kendaraan buatan local. Dampaknya  Indutry automotive china dibidang angkutan barang dan penumpang  tumbuh denga cepat. Boleh dikatakan china sangat mandiri dibidang ini. Bahkan bisa bersaing dipasar dunia. Anda bisa bandingkan kualitas bus way buatan china dan buatan Korea. Kualitasnya jauh lebih baik dari buatan Korea. Itu sebabnya pasar Afrika dan Amerika latin sangat menggemari bus dan truck buatan china, disamping murah kualitas juga bagus.  Dampak lebih luas dari kebijakan ini adalah efisienya business angkutan barang dan penumpang sehingga dalam skala makro bisa menekan biaya logistic nasional, yang tentu secara system membuat Efisiensi pruduksi china semakin kuat daya saingnya.  Artinya semakin kuat daya saing suatu Negara semakin efisien Negara itu, dan semakin unggul dalam putaran waktu.

Saya terpesona mendengar urain teman itu. Tapi bagaimana caranya china bisa membuat kebijakan ditahun 1994 itu bisa efektif? Bukankah china butuh technology dan dana dari Asing. Bagaimana? Saya ingin tahu ini karena pada awalnya keadaan china sama dengan Indonesia termasuk tertinggal dalam industry automotive. Teman itu mengatakan bahwa china punya pasar otomotiv terbesar didunia. Potensi inilah yang ditawarkan kepada vendor dan investor asing.  Kebijakan transfer technology adalah harga mati. Ini diawasi dengan ketat agar jadwal transfer technology dapat terlaksana tepat waktu. Hasil resapan technology asing itu, didistribusikan oleh lembaga riset china keseluruh pengusaha local agar mereka ambil bagian dalam industry supply chain. Dengan dukungan supply chain yang kuat maka industry automotive local dengan merek local pun mulai bermunculan. Lambat namun pasti merek local berhasil  menggeser merek asing dipasar domestic. Bagaiman dengan Indonesia, tanyanya. Ya, bila ukuran kemandirian industri otomotif diukur dari keberadaan pabrik manufaktur atau perakitan kendaraan bermotor, Indonesia boleh berbangga karena berbagai merek kendaraan ternama dunia telah mendirikan pabrik manufaktur dan atau perakitan di tanah air. Namun bila ukuran kemandirian tersebut dilihat dari sisi penguasaan teknologi beserta keleluasaan dalam pengembangannya, kenyataan menunjukkan bahwa berbagai industri otomotif yang ada saat ini secara mayoritas masih dikendalikan oleh tiga pemain utama otomotif dunia yaitu Jepang, Eropa, dan Amerika. Raksasa otomotif dari Negeri Sakura, yakni Toyota, Mitsubishi, Suzuki, Isuzu, dan Daihatsu, Honda adalah lima besar industri otomotif Indonesia saat ini. 

Jadi memang konsistensi kebijakan dengan visi kemandirian serta didukung oleh nasionalisme yang tinggi dari rakyat dan elite politik yang membuat apapun kebijakan memang mensejahterakan rakyat, bukan mensejahterakan asing  bersama agent nya….Ya, China berhasil , indonesia gagal karena masalah konsistensi kebijakan. Indonesia tidak pernah mampu konsisten. Mengapa ? tanyanya kepada saya. Saya hanya terdiam karena hampir semua pemimpin Indonesia bisa dibeli dan kebijakan bisa dirubah sesuai kehendak investor dan vendor. Setelah reformasi impian kemandirian semakin jauh dan jauh. TEXMACO dan TImor sebagai pionir industri otomotif nasional  sudah dibiarkan mati begitu saja. BUMN seperti PT INKA, PT Bahana dan PT Boma Bisma Indra dibonsai agar tak berdaya menjadi leading insdustri otomotif nasional. ESEMKA yang didukung oleh Jokowi kandas oleh test kelayakan dari Kementrian Perindustrian. KIta hanya jadi konsumen dan buruh...itu saja. Inilah nasip dipimpin oleh orang bodoh bermental bedebah...

Friday, September 20, 2013

Neolib ?

Ketika  SBY mencalonkan diri sebagai president dan memilih Boediono sebagai Wakil  President, teman saya yang bekerja sebagai investment analysis di salah satu bank di Singapore mengatakan bahwa  SBY cerdas dengan mengikuti kehendak pasar untuk menjadi pemenang. Mengapa? karena Boediono is market request. Saya hendak marah karena kata katanya itu. Namun saya redam dengan menanyakan alasannya. Dia berkata bahwa para investor dunia inginkan Indonesia sebagai pasar untuk memenuhi kelebihan kapasitas produksi mereka dan pada waktu bersamaan mereka inginkan Indonesia membuka kanal seluas mungkin untuk mereka menguras sumber daya alam. Bagi hasil dan pajak yang didapat dari investasi SDA itu harus digunakan habis untuk belanja barang import sehingga Indonesia akan terus tergantung dengan Asing baik untuk konsumsi maupun produksi. Dengan tegas saya katakan bahwa dia terjebak dengan mitos . Indonesia terlalu besar untuk didikte oleh pasar dan investor. Kata saya. Indonesia Negara yang merdeka dengan kekuatan tangan sendiri bukan hadiah dari colonial seperti  Singapore dan Malaysia. Teman itu hanya tersenyum namun terkesan dia mentertawakan kebodohan saya yang tidak percaya bahwa penguasa negeri saya hanyalah agent dari kekuatan modal international. Namun bagaimanapun dia teman saya. Tentu dia berhak bersikap seperti itu , dan saya tetap dengan keyakinan saya bahwa para pemimpin Negara saya adalah orang yang amanah sesuai dengan amanat 45 untuk keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejak SBY terpilih kembali sebagai Presiden dan Boediono sebagai Wakil, benarlah bahwa pasar bereaksi positip. IHSG naik. Rupiah menguat. Arus modal masuk dengan deras.  Namun mulai tahun lalu pertumbuhan ekonomi mulai terganggu untuk nanjak, dan tahun ini terbukti  keadaan ekonomi menurun didera  badai deficit neraca perdagangan. Rupiahpun ikut jatuh. Paket kebijakan dikeluarkan untuk itu, termasuk BI melawan pasar dengan menaikan suku bunga. Namun pasar tetap tidak peduli. Rupiah melemah. Chatip Basri mengatakan bahwa  Kebijakan pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia yang tengah memburuk ternyata disesuaikan dengan permintaan investor asing. Ini merupakan isu utama yang harus ditangani pemerintah. Apa yang dikatakannya telah membuka tabir yang selama ini tertutup rapat oleh awan konspirasi antara asing dan elite politik. Bahwa investor mengontrol kekuasaan negeri ini. Minggu lalu saya bertemu lagi dengan teman dari Singapore itu namun kini dia tidak lagi bekerja di Singapore tapi di Hong Kong sebagai Financial Consultant untuk penerbitan Municipal Bond bagi PEMDA di China. Saya katakan bahwa dia benar. Jadi apa sebetulnya yang diinginkan investor? Tanya saya. Intinya adalah  Investor engga peduli paket kebijakan pro sektor real, BLT, pengurangan subsidi BBM. Investor engga peduli itu semua. Investor inginkan kebijakan luas dan longgar untuk investasi. Hapus semua ketentuan yang memaksa investor  untuk mengikuti kepentingan nasional. Titik. 

Jadi apa sebetulnya isu utama yang harus ditangani pemerintah itu? tanya saya. Karena saya ingin tahu konkritnya. Maklum sepengetahuan saya hampir semua keinginan investor telah dipenuhi oleh Indonesia. Apalagi ? Menurutnya ada enam issue yaitu 1. UU mengenai keharusan perusahaan tambang mengolah didalam negeri atau keharusan membangun smelter didalam negeri. UU ini harus ditunda atau direvisi sesuai kehendak investor. 2. Hampus ketentuan quota import terhadap komoditas pertanian dan daging. 3. Batalkan rencana moratorium tambang yang dikelola oleh Freeport. 4. Tunda FTA dengan China. 5. Hapus semua subsidi yang ada didalam pos APBN. 6. Memberikan kesempatan luas untuk menempatkan "orang " yang di endorsed pasar ( investor ) untuk menjadi presiden agar kelangsungan kebijakan pro pasar tetap terjaga. Saya tidak tahu apakah benar ini yang di inginkan investor. Siapa investor itu sebenarnya? Teman saya itu mengatakan bahwa The FED berperan besar untuk menjaga dana stimulus dari QE tetap parkir di Indonesia sehingga ekonomi Indonesia dapat selamat dari serangan kejatuhan mata uang. The FED tidak perlu mengeluarkan kebijakan khusus untuk itu. The Fed cukup memberikan sinyal kepada pasar dan dana tidak akan keluar dari Indonesia., Maka selamatlah ekonomi Indonesia. Siapa the FED itu? ya itulah "bank central" Amerika ,lembaga private yang sahamnya dikuasai oleh group Yahudi. Demikian uraiannya. 

Sayapun mulai melirik kepada  Team Ekonomi Kabinet SBY. Meneg BUMN, sukses menrestruktur BUMN untuk profit oriented dan bukan social oriented sebagaimana misi BUMN dalam bidang Public Service Obligation ( PSO). Iapun sukses dan pasar menilai dia pantas menjadi Capres.  Menteri Perdagangan sukses membuat Indonesia semakin tergantung akan komoditas Impor  apa saja  dan sekaligus membuat Petani dan Peternak dalam negeri kalah bersaing dengan produk import. Iapun menurut pasar pantas menjadi Capres.  Menteri ESDM memberikan konsesi tak terbatas kepada investor sehingga mereka bisa menjadikan block MIGAS sebagai collateral mendapatkan pinjaman Bank. Dampaknya Indonesia tak mungkin lagi merevisi konsesi agreement itu karena secara hokum Indonesia tak lagi berkuasa atas block MIGAS. Secara hukum, Resource MIGAS kita sudah terjual haknya dan kita akan menjadi net BUYER BBM nomor lima terbesar didunia, dan sekaligus sebagai biang membuat deficit neraca perdagang. Dia memang bukan Capres tapi dia team konvensi Capres Partai Demokrat. Semua itu terjalin begitu sistematisnya dibawah koordinasi Menteri Perekenomian yang juga akan menjadi Capres, dan tentu pasar akan mendukunnya. Team Ekonomi Kabinet SBY memang orang orang yang qualified untuk diterima oleh pasar. Ternyata semua tentang Neolib bukanlah mitos. Kini semua itu dibuka dengan kejujuran intelektual oleh seorang putra minang , Chatib Basri, yang dipercaya sebagai menteri keuangan RI. Masalahya adalah apakah kita masih percaya dan memilih mereka sebagai presiden atau tidak? apakah kita ingin tetap terjajah atau terhomat dinegeri sendiri?

Friday, September 13, 2013

China kedepan?

Kemarin saya diskusi dengan teman prihal berita bloomberg yang membuat  bursa regional bergerak positip. Apa berita itu ? berita mengenai bangkitnya ekonomi China dari lubang krisis. Kebijakan ketat yang diterapkan Beijing sejak tahun 2008 telah membuahkan hasil.  Output produksi china meningkat. Data terakhir mengaindikasikan pertumbuhan akan diatas 7 %.  Teman saya itu mengatakan bahwa ditahun tahun mendatang kita akan melihat China tidak akan sama dengan China sebelum tahun 2008.  Pemerintah China belajar mahal dari krisis 2008 itu. Betapa tidak? Andaikan china itu negara demokrasi yang membolehkan demontrasi maka sudah dipastikan terjadi chaos sosial. Rezim akan tumbang seperti era Soeharto di Indonesia. Mengapa ? ibarat kendaraan yang sedang melaju kencang mendadak di rem karena sesuatu sebab maka dapat dipastikan seluruh penumpang yang ada akan terlempar keluar dan jatuh tersungkur. Itulah yang terjadi di China. Ada jutaan UKM yang hidup sebagai supply chain industry yang beroritentasi eksport terpaksa gulung tikar dan sebagian hidup senen kemis. Terjadi gelombang PHK yang tak terbayangkan sebelumnya. Pengangguran meningkat tajam. Seakan fondasi ekonomi yang dibangun bertahun tahun hancur begitu saja.  Padahal China tidak melakukan kesalahan apapun. Ini semua karena ulah Uwak Sam yang brengsek kelola moneter dan China termasuk dunia terkena dampak buruknya. Tapi diakui juga pertumbuhan ekonomi china sebelumnya berkat kelonggaran moneter dari AS sehingga membuat rakyatnya doyan konsumsi lewat berhutang.

Memang pertumbuhan ekonomi sebelumnya secara jujur diakui oleh elite politik china bahwa telah menimbulkan economi imbalance. Secara global berdampak meroketnya harga bahan baku seperti baja dan lain lain untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri china yang rakus. Naiknya harga Crude Oil dunia akibat rakusnya industri petro chemical china menghasilan produk down stream. Disamping itu kebijakan ekonomi yang bertumpu pada eksport telah mengakibatkan terjadinya kesenjangan ekonomi didalam negeri karena pertumbuhan ekonomi lebih cepat dibandingkan pertumbuhan kemakmuran dimasyarakat. Kaum buruh terpaksa harus menerima gaji murah dan para petani harus menerima imbal hasil yang rendah demi mensuplai kebutuhan bahan baku bagi industri berorientasi eksport. Ternyata pengorbanan yang begitu besar hanyalah untuk memanjakan dunia khususnya negara maju untuk mendapatkan barang yang murah. Dan ketika mereka tidak punya kemampuan lagi berhutang untuk berkonsumsi, ekonomi terpuruk dan pasar menyusut, chinapun menjadi korban. Keadaan inilah yang disesali dan harus dikoreksi untuk masa depan yang lebih baik. Kedepan ekonomi china akan tetap menjadikan eksport sebagai target namun pasar dalam negeri adalah prioritas yang harus dikelola sebaik mungkin. China belajar dari krisis dan mendapatkan hikmah bahwa pada akhirnya kekuatan rakyatlah yang membuat bangsa dan negara kuat. Salah besar bila negara berharap kemakmuran karena bantuan pasar luar negeri dan bantuan dana luar negeri. 

Jadi apa kongkritnya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah China sehingga mampu keluar dari krisis dengan cepat, hanya lima tahun sejak tahun 2008 krisis terjadi. Tanya saya. Menurutnya sederhana saja. Kalau sebelumnya kebijakan ekonomi bertumpu kepada Export dan investasi ( lebih kepada property dan insfrastruktur ), kini kebijakannya adalah pasar domestik dan investasi pedesaan. Krisis 2008 melahirkan reformasi atas kebijakan ekonomi Deng. Lewat kebijakan ini, pemerintah mengurangi pajak UKM dan menghapus pajak bagi petani. Untuk mengganti pasar yang menyusut akibat menurunnya permintaan eksport, melalui APBN pemerintah mengeluarkan stimulus untuk belanja barang sebanyak mungkin agar produksi dalam negeri terserap. Disamping itu secara gradual sejak tahun 2008 pemerintah menaikkan UMR buruh dan kini UMR buruh telah meningkat 4 kali lipat dari UMR sebelum tahun 2008. Dengan demikian buruh ( mayoritas penduduk ) punya daya untuk berkonsumsi dan itu diarahkan untuk memperluas pasar domestik. Disamping itu, pemerintah mulai membuka diri dengan menempatkan rakyat sebagai konsumen yang berhak mendapatkan kualitas produk terbaik.  Maka, Standard industri diperketat agar dapat menghasilkan out put berkualitas. Kebijakan  pro sektor riil yang berhubungan dengan kenaikan upah ini tentu tidak menimbulkan penolakan dari pengusaha karena adil. 

Secara Moneter, china mulai menurunkan suku bunga agar kegiatan sektor riel tidak terganggu namun pada waktu bersamaan membuat kebijakan ketat terhadap kredit property dan KPR. Bank dilarang memberikan kredit kontuksi dan dilarang memberikan kredit KPR bagi yang sudah punya rumah. Pemerintah juga menerapkan pajak progressive terhadap kepemilikan rumah. Artinya semakin banyak orang punya rumah semakin tinggi pajaknya. Ini akan mengerem motive spekulasi kaum kaya terhadap property. Dampaknya tentu membuat business property terjerembab dan menimbulkan NPL gigatik di dalam system perbankan. Harga  property yang tadinya sudah bubble mulai mengempis ketingkat harga rasional.  Lantas bagaimana dengan NPL tersebut. Tanya saya. Melalui dana stimulus yang disediakan oleh APBN, pemerintah mem bailout NPL tersebut dan menyerahkan asset dari perusahaan yang terkena NPL tersebut kedalam pengelolaan BUMN, dan kelak  ketika keadaan ekonomi mulai membaik , asset tersebut akan dijual kepublik khususnya untuk mendukung Housing development program bagi rakyat golongan menengah bawah. Dengan kebijakan ini dampak inflasi akibat bubble price dari property dapat di eliminate dan pasar terkendali kearah keadilan. Inflasi secara keseluruhan tetap rendah karena petani semakin bergairah berprodksi sejak pajak dihapus dan UKM bisa bangkit sejak pabrik kembali berproduksi karena pasar domestik tinggi.

Konsep ini hanya mungkin bila kebijakan negara berorientasi kepada keadilan sosial yang memungkinkan seluruh rakyat mempunyai akses untuk berkonsumsi karena mereka punya kemampuan berproduksi. Demikian kesimpulan teman saya itu tentang China. Tapi bangsa kita tidak pernah belajar dari krisis dan tentu tidak mendapatkan hikmah apapun....  

Tuesday, September 10, 2013

Rusia,Amerika, Arab..

Mari kita bahas bagaimana menyusun strategi Rusia-Saudi tentang masalah minyak. Demikian kata  Pangeran Arab Bandar bin Sultan kepada  Presiden Rusia Vladimir Putin. Tujuannya adalah untuk menyepakati harga minyak dan jumlah produksi yang menjaga harga minyak stabil di pasar global. Pangeran Arab ini kembali menegaskan bahwa Arab memahami minat besar Rusia dalam minyak dan gas di Mediterania dari Israel ke Siprus. Arab dan Rusia juga memahami pentingnya pipa gas Rusia ke Eropa. Arab  tidak tertarik bersaing dengan itu. Untuk itu Arab inginkan kerjasama.  Usulan ini sangat strategis karena menawarkan sebuah aliansi antara kartel OPEC dan Rusia yang merupakan 45 % produksi minyak global atau 40 juta barel minyak per hari. Selama ini kedua kekuatan ini bermain di pasar sehingga membuat pasar bergolak namun tetap tidak ada yang sangat mengontrol.  Dapat dibayangkan apa jadinya bila Putin menerima kerjasama ini ?. Dunia akan dibawah kendali Arab ( USA) dan Rusia karena mereka mengontrol 45 % produksi minyak dunia. Pembicaraan tersebut belangsung medio agustus, ditengah rencana  AS bersama sekutunya untuk menyerang Suriah , dan Arab  Saudi kebagian tugas menjinakan Rusia. Maklum satu satunya yang menjadi kendala atas rencana tersebut adalah peran Rusia yang dengan tegas akan berada dibelakang rezim Bashar al-Assad,

Saudi boleh kawatir dengan situasi di Suriah. Karena rezim Assad sampai saat ini tetap berkuasa dan tak bisa ditumbangkan walau tidak sedikit dana bantuan diberikan kepada kaum pemberontak FSA (oposisi). Dari waktu kewaktu rezim Assad mampu mengendalikan situasi. Jalan raya sejauh 160 km ke Tartus, dan juga ke Latakia yang telah lama dikuasai pemberontak, kini telah dibebaskan oleh tentara Assad. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, warga Syria bisa berkendaraan dari Damaskus hingga pantai Laut Mediterania. Para pemberontak boneka  Arab dan AS/Israel  tak sehebat cerita koran. Makanya satu satunya cara yang cepat dan mudah untuk menumbangkan Assad adalah intervensi militer AS ( plus sekutu ) seperti yang pernah dilakukan AS kepada Irak. Upaya Pangeran Arab Bandar bin Sultan membujuk Putin tidak berhasil. Putin sadar bahwa Arab Saudi bersama Emirat, Qatar berada dibawah kendali  Amerika. Andaikan  Rusia setuju dengan propasal itu,  tidak ada jaminan Arab Saudi akan tetap komit karena penentu kebijakan global Arab Saudi khususnya berkaitan dengan minyak sepenuhnya dibawah kendali Washington bersama group TNC minyak dan gas.

Bagi Putin, wajah galau pangeran Arab untuk membujuknya tak membuatnya luluh. Pengalamannya yang panjang sebagai agent KGB semasa perang dingin dan naluri business nya yang tajam telah membuat dia bersikap dengan jelas bahwa Amerika tidak akan pernah mau berbagi atas resource yang dikuasainya. Semua manuver politik Washington dikancah international , termasuk ikut ambil bagian dalam kompilik regional tak lain adalah melaksanakan kepentingan TNC. Maklum negara Amerika dibiayai oleh pembayar pajak dan penyumbang pajak terbesar atau 60% sumber penerimaan pajak Amerika berasal dari segelintir TNC yang beroperasi di seluruh dunia. Mereka adalah King Maker di Amerika dan Creator dari semua permasalahan global yang kini melanda dunia. Rusia tak ingin berhubungan dengan TNC berkedok aliansi negara. Tidak! Hegemoni negara haruslah tak terkalahkan agar keadilan dunia dapat ditegakkan. Stabilitas harga harus karena peran negara, bukan karena kepentingan TNC dibidang MIGAS. Menjelaskan ini kepada Arab yang dibawah kendali AS tidaklah mudah. Suka tidak suka, pangeran itu tidak lagi berindak untuk dan atas nama negara Arab yang berlandaskan kepada semangat Madinah dan khilafah Islam tapi lebih kepada kepentingan business untuk kemakmuran keluarga kerajaan.

Teman saya di Dubai yang punya bisnis minyak mengatakan bahwa bagaimanapun Suriah akan dibela all out oleh Rusia, Iran dan  juga China. Mengapa ? Suriah adalah resource minya dan gas bagi China dan Rusia. Potensi minyak yang dimiliki oleh Suriah diprediksi mencapai 2,5 Triliun Barrel.  Hubungan Iran dengan Suriah adalah hubungan strategis dibidang ekonomi, politik dan agama. Dibidang ekonomi, kini  Iran bersama Irak dan Suriah terlibat dalam konsorsium  pembangunan pipa minyak dan gas yang menelan biaya lebih dari USD 10 miliar. Pipa ini  menghubungkan laut Kaspia-Laut Hitam- Teluk Persia dan Timur Lautan Mediterania. Proyek ini tentu membuat Qatar bersama Turki sebagai negara penyuplai gas akan tersaingi, sehingga masuk akal jika kedua negara ini sangat menginginkan runtuhnya rezim Assad di Suriah. Melihat potensi ini tentu bagi Iran, Rusia, China yang sedari awal berada dibelakang Suriah tidak akan membiarkan Assad jatuh dan Suriah berada dibawah pengaruh FSA ( AS-EU, Israel , Qatar, Arab Saudi, Turki). Benarlah kata teman saya bahwa apabila Amerika menyerang suriah maka itu sama saja dia berhadapan langsung dengan kepentingan Rusia , China dan Iran.  Ini akan jadi perang besar dan tak mudah untuk diselesaikan.!

Tapi bagaimanapun niat Amerika untuk bertindak sebagai polisi dunia atas Issue penggunaan senjata kimia oleh tentara Assad kepada pemberontak harus tetap dilaksanakan. Kali ini PBB diminta untuk meng endorse serangan itu. Demikian kata kateman saya.  Kalaupun sampai Amerika melakukan serangan ke Suriah maka itu karena adanya deal khusus dengan Iran dan atas persetujuan Rusia serta China. Kalaupun deal ini terjadi maka itu hanya akan menjadi serangan terbatas dan hanya untuk menyelamatkan muka Amerika tanpa efektif menjatuhkan Assad. Menurut saya, keliatannya ini tidak akan terjadi walau kemungkinan itu ada.  

Sunday, September 1, 2013

Rupiah dan inflasi

Tanggal 13 juni BI menaikan suku bunga acuan ( BI rate ) dari 5,75% menjadi 6%. Kemudian tanggal  11 juli kembali BI Rate naik 50 basis poin (bps) menjadi 6,5 persen. Suku bunga Fasilitas Simpanan BI juga naik 50 bps menjadi 4,75 persen, sementara suku bunga Lending Facility tetap 6,75 persen. Dipenghujung agustus ini kembali BI Rate naik sebesar 50 bps menjadi 7,00 persen, suku bunga Lending Facility (LF) sebesar 25 bps menjadi 7,00 persen, dan suku bunga Deposit Facility (DF) sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen. Artinya dalam tiga bulan terjadi tiga kali kenaikan BI rate. Apa penyebabnya ? tentu sebagai reaksi pemerintah mengerem laju inflasi dan melorotnya rupiah.  Suku bunga adalah instrument kebijakan seperti obat antibiotic, yang bisa langsung dirasakan dampaknya bagi sisakit namun tidak menyembuhkan penyebab penyakit itu sendiri. Hanya masalah waktu, penyebab penyakit itu akan datang lagi. Begitupula dengan kenaikan suku bunga bukanlah instrument memperbaiki kurs mata uang dan inflasi. Kenaikan suku bunga hanya peredam gejolak saja. Yang pasti bahwa kebijakan menaikkan suku bunga acuan adalah tidak pro sektor riel. Ini semakin menunjukan keadaan sebenarnya bahwa pemerintah tidak punya rasa percaya diri atas design pembangunan yang ada selama ini.  Pemerintah panic dan keliatan dibawah tekanan konspirasi para pemain uang dibursa.

Semua tahun bahwa kenaikan suku bunga akan berdampak kepada naiknya bunga deposito dan bunga simpanan masyarakat. Ini tentu sangat menguntungkan orang kaya yang menumpuk uang korupnya di perbankan. Disisi lain mendorong naiknya suku bunga pinjaman yang diberikan perbankan. Ini akan membebani sektor produksi dan dalam jangka panjang bisa menimbulkan NPL, apalagi situasi pasar global yang menyusut dan jatuhnya harga komoditas utama Indonesia.  Masyarakat juga akan menanggung beban kenaikan bunga kredit pada pinjaman seperti perumahan dan kendaraan. Kredit konsumen kemungkinan besar terpengaruh. Menurunnya kredit konsumen akan menekan pula konsumsi masyarakat. Gejala perlambatan konsumsi domestik beberapa bulan terakhir dikhawatirkan akan terus berlangsung dan semakin membuat pertumbuhan ekonomi yang bersandar kepada konsumsi akan jatuh. Perlambatan pertumbuhan PDB yang terjadi pada paruh pertama 2013 bisa berlanjut pada tahun 2014. Efeknya ke penciptaan lapangan kerja. Situasi ini kian memberatkan masyarakat yang kini dihadapkan pada lonjakan harga. Bunga utang yang harus dibayar pemerintah juga meningkat dan semakin lemahnya daya dukung APBN untuk expansi social.

Dalam praktek selalu misal ; bila suku bunga 7 % maka inflasi akan menjadi 14% dan bunga pinjaman bank akan sebesar 17 % ( selisihnya untuk margin bank). Sehatkah ini? Hasil penelitian Robert Shiler tahun 1997  bahwa 77 persen dari masyarakat yang di survey menyatakan bahwa inflasi mengganggu daya beli mereka dan membuat mereka lebih miskin. Jika inflasi membuat orang lebih miskin dan kita ketahui bahwa inflasi mempunyai hubungan yang positif terhadap bunga, maka ini berarti bahwa “suku bunga membuat orang lebih miskin”. Dengan kata lain suku bunga merusak daya beli dan memiskinkan orang yang meminjam uang maupun yang tidak meminjam uang serta menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain “Inflasi = bunga” yaitu sama-sama menurunkan daya beli masyarakaat dan menjadikan masyarakat lebih miskin. Berdasarkan analisis Michael Lipton tahun 1992 menyimpulkan bahwa, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah insentif untuk menerapkan teknik pertanian yang memperhatikan konservasi lingkungan. Dari fakta ini, dapat disimpulkan bahwa makin tinggi suku bunga maka makin besar kemungkinan rusaknya lingkungan dan akan semakin besar sumber daya yang dikuras, akibatnya akan semakin cepat bumi ini rusak.

Menurut saya sudah saatnya pemerintah tidak lagi menerapkan inflation targeting dalam kebijakan moneter dimana Inflasi dijaga terus rendah dengan menahan peredaran uang di masyarakat. Dan cara yang dipakai selalu sama, yakni menaikkan suku bunga. Biarkan saja rupiah  bergerak sesuai kehendak pasar. Sudah saatnya pemerintah untuk berani membuka borok yang selama ini disimpan rapat demi citra. Biarkan rakyat tahu bahwa inflasi kita dua digit. Berapapun inflasi tidak ada masalah selagi rakyat mampu belanja dan barang tersedia. Berapapun nilai rupiah tidak ada masalah selagi kegiatan produksi terus berkembang. Karenanya sudah saatnya pemerintah focus kepada memperkuat neraca pembayaran dan neraca perdagangan. Ini berhubungan dengan kebijakan sektor rill yang bertumpu kepada kemandirian dibidang ekonomi. Jika pemerintah dan BI tetap memilih mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi demi orang kaya , pemulihan dari keterpurukan sektor riil nanti membutuhkan waktu lama. Kalau kegiatan usaha terganggu, maka ujung – ujungnya akan memicu terjadinya gelombang PHK, dan revolusi tidak bisa dihindari. Chaos terjadi, maka terjadilah…

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...