Monday, July 9, 2012

Marzuki Alie..


Marzuki Alie, adalah pria kelahiran Sumatera Selatan. Latar belakang pendidikannya adalah bidang Ekonomi Management dan kemudian dilanjutkan Corporate Finance pada Master degree. Sepanjang karirnya dia hanyalah PNS yang terakhir bekerja sebagai Direktur PT. Semen Baturaja. Kemudian ketika peluang reformasi memungkinkan siapa saja masuk dalam kancah bisnis pada bidang politik maka diapun bergabung dengan Partai Demokrat. Demikian sekilas rekam jejak latar belang seorang  Marzuki Alie. Dia hanya tahu bahwa dalam system demokrasi pemenang ditentukan oleh kepiawaian mengemas strategi kampanye untuk menggiring rakyat bodoh kedalam bilik pemilu dan memilihnya. Itu sebabnya dia terobsesi dengan marketing politik dan akhirnya diperdalamnya dalam bidang keilmuan dengan mengatarkannya sebagai PHD dalam tesis Marketing Politik pada University Utara Malaysia. Ya bagi Marzuki Alie , politik tak ubahnya business, yang butuh strategy marketing untuk instant menjadi pemenang,  bukan  social effort yang lahir dan ditempa lewat perjuangan panjang ditengah masyarakat yang harus dibela karena Allah.

Kini Marzuki Alie duduk sebagai Ketua DPR RI dan sekaligus sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Apakah dia qualified sebagai pejabat Negara atau politisi? Saya tidak tahu pastinya. Dalam teori intelligent ada cara untuk mengetahui karakter seseorang sekaligus mengetahui apakah dia jujur dengan sikapnya. Caranya adalah ajukan pertanyaan mudah maka dia akan menjawab dengan spontan. Jawaban spontan inilah kebenaran yang keluar karena tanpa kendali otak kirinya. Kadang orang tidak sadar akan hal itu.  Ada beberapa kata kata yang keluar dari Marzkui Alie yang direkam oleh wartawan dan ini bisa kita jadikan cara untuk menilai pribadi Marzuki Ali. 27 Oktober 2010, setelah nelayan di Mentawai, Sumatera Barat, terkena tsunami.  Ketika ditanya atas bencana itu, dia menjawab “ Ada pepatah, kalau takut ombak, jangan tinggal di pantai. 17 Februari 2011, Anggota DPR melakukan kunjungan kerja ke luar negeri membawa serta istrinya. Marzuki menanggapi, "Laki-laki sifatnya macam-macam. Ya, perlu diurus untuk minum obat, (atau) pengin hubungan dengan istrinya rutin. Itu terserah. Sepanjang tidak menggunakan uang negara."

26 Februari 2011, Marzuki mengomentari sejumlah kasus yang menimpa tenaga kerja wanita di luar negeri. "PRT TKW itu membuat citra buruk, sebaiknya tidak kita kirim karena memalukan. 9 Mei 2011, Marzuki menanggapi rencana pembangunan gedung baru di kompleks MPR/DPR yang menuai kritik. "DPR ini bukan ngurusin gedung, tapi rakyat. Kalau saudara-saudara tanya soal gedung terus, DPR tak ada lagi, ngurusin gedung saja. 13 April 2011, hama ulat bulu menyerang Pulau Jawa. "Saya dengar, (serangan hama) ulat bulu sampai ke Jakarta. Itu peringatan Tuhan. 29 Juli 2011, Kasus korupsi di Indonesia terus terungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Terungkap pula kasus politikus Partai Demokrat M. Nazaruddin. "Jadi, kita maafkan semuanya. Capek kita ngurusin masa lalu terus." "Kalau tudingan Nazaruddin terbukti, sebaiknya KPK bedol desa atau lembaganya dibubarkan saja. 21 Desember 2011, Fitra mengkritik besarnya anggaran DPR yang mencapai Rp 69 miliar untuk renovasi gedung. "Kalau tidak mau keluar biaya, kita tidur saja, gampang. Saat kasus Nazaruddin menyeruak, Marzuki membuat usulan mengejutkan yakni memaafkan koruptor. "Jadi kita maafkan semuanya, kita minta semua dana yang ada di luar negeri untuk masuk. Tapi kita kenakan pajak."

Sidang Paripurna DPR pembahasan APBN-P terus dihujani interupsi. PDI Perjuangan menolak usulan kenaikan harga bahan bakar minyak. Waktu kian sempit dan sejumlah politikus PDI-P termasuk Puan Maharani berada dekat dengan tempat duduk pimpinan DPR. PDI Perjuangan walk out setelah mendengar ucapan tersebut. "Anda tak diizinkan ke sini, silakan Anda duduk atau saya akan minta Anda keluar dari ruangan. Anda berusaha membeli waktu.” Ada juga ucapannya seperti ini “  Koruptor adalah orang-orang pintar. Mereka bisa dari anggota ICMI, anggota HMI, lulusan UI, UGM, dan lainnya." Marzuki menyampaikannya dalam acara "Masa Depan Pendidikan Tinggi di Indonesia" di Universitas Indonesia, Depok, Senin, 7 Mei 2012. Terakhir  saat menjadi nara sumber dalam acara seminar yang digelar bersamaan Kongres BEM PTNU se-Indonesia di Unipdu Rejoso, Minggu (8/7/2012). Dia menjawab pertanyaan perserta berkaitan dengan korupsi dan kemiskinan. Jawabnya adalah “Jadi bukan salah siapapun kalau ada orang miskin. Itu salahnya sendiri, karena dia malas, Salah sendiri malas. Kalau mau usaha, pasti tidak miskin.

Demikianlah seorang Marzuki Alie ketika berbicara dan silahkan anda menyimpulkan sendiri kualitas pribadinya sebagai negarawan.  Mungkin ( semoga saya salah ) dia menggandrungi paham demokrasi yang diajarkan oleh JJ Rousseau bahwa dia boleh bebas berkata atau melakukan apapun sepanjang tidak mengancam keamanan orang lain. Ini era kebebasan menyampaikan pendapat. Setiap individu bertanggung jawab atas dirinya masing masing. Setiap individu bebas kaya bebas miskin. Free entry free fall. Padahal demokrasi sejatinya adalah universialisme dimana semua untuk satu , satu untuk semua. Satu kesatuan yang saling kait mengkait sebagai satu bangunan yang utuh. Setiap Individu adalah bagian dari kebersamaan. Setiap masalah kebersamaan diselesaikan bukan hanya dengan akal tapi juga hati untuk terbangunnya  rasa persaudaraan, tenggang rasa, senasip sepenanggungan. Untuk itu diperlukan negarawan yang melihat persoalan secara holistic untuk menyikapinya dengan arif dan bijaksana. Tapi , memang prinsip demokrasi yang dipicu oleh sikap individualism tidak mungkin melahirkan negarawan kecuali gerombolan yang menjadikan politik sebagai profesi business, bukan pengabdian sebagai amanah dari Tuhan. Maka dengarkah dia berkata...

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...