Monday, July 22, 2013

Akses Dana

Ketika saya bertemu dengannya, saya sempat terkejut karena usianya masih relative muda. Menurutnya usianya 42 tahun. Penampilannya memang berkelas. Dengan stelan berharga diatas USD 2000 , jam tangan senilai diatas USD 200,000, saya dapat pastikan bahwa dia adalah entrepreneur world class.  Pertemuan saya dengannya diatur oleh teman dari New York. Dalam pertemuan itu tidak ada pembicaraan yang serius. Saya hanya sebagai pendengar yang baik. Mendengar dia yang sedang membentangkan dunianya untuk saya mengerti dan mungkin kagumi. Menurut ceritanya, usahanya terbentang dari Afrika, di selatan Amerika dan juga di Utara ( Amerika Serikat), Asia, Eropa. Bisnisnya meliputi Mining, IT, Power Plant , Industry, Property, Infrastructure dll. Dia menyebut usahanya itu sebagai portfolio business. Berapa nilai portfollionnya ? belum sempat saya bertanya , dengan bangganya dia menyebutkan angka diatas USD 5 Miliar atau diatas Rp. 50 Triliun. Bayangan saya bahwa dia adalah orang yang bekerja keras. Mendapatkan berkah  kepercayaan harta dari Konglomerat Yahudi untuk mengelola dana dalam jumlah tak terbilang. Demikian kesimpulan saya sementara tentang dia. Benarkah ?

Dugaan saya salah karena dia mengatakan bahwa keberhasilannya bukanlah karena berkah dari orang lain. Bukan pula karena dipercaya orang lain. Lantas darimana dia dapatkan uang dalam jumlah besar untuk mengumpulkan portfolio sebanyak itu. Apalagi dalam usia relative muda. Dia exist karena dia mampu “bermain” diatas aturan “main” para pebisnis kapitalis. Setiap peluang business yang didapatnya, sumber pembiayaan didapat melalui financial engineering.  Bagaimana awalnya sehingga dia jadi billionaire? Semua itu berawal tahun 2003 ketika itu dia bekerja diperusahaan consultant di New York yang diberi tugas menganalisa project investasi. Kebetulan salah satu clients nya berasal dari China yang berminat untuk melepas Power Plant kepada pihak investor. Harga power Plant itu senilai USD 1,2 miliar. Kehebatan project ini adalah kemampuan mendatangkan cash flow yang cepat karena dijamin oleh Pemerintah China sebagai off take. Hanya saja harga jual power kepada Pemerintah China tergantung harga pasar dari fuel. Kebetulan fuel dari Power plant itu adalah batu bara. Jadi semakin tinggi harga batu bara dunia semakin tinggi harga jual power( per kwh) kepada Pemerintah China. Karena peluang itu bagus, maka dia berniat untuk mengambil alih project itu dan menyatakan keluar dari perusahaan tempatnya kerja.

Ketika dia berhenti bekerja maka dia sudah menjadi pengusaha. Hanya saja pengusaha yang tidak punya  tract record dan juga tidak ada reputasi. Bagaimana dia bisa dipercaya untuk mengambil alih Power Plant itu?  Menurutnya, Pihak China melakukan tender offers kepada limited investor secara international. Tidak peduli siapa dan apa reputasinya, yang penting selagi peserta tender bisa menunjukan bukti dia punya uang maka dialah yang qualified sebagai pemenang. Ketika tender digelar, dipastikan hanya segelintir saja yang ikut lelang. Mengapa ? karena tidak banyak perusahaan yang mampu membuktikan ada Proof of fund senilai billion dollar cash. Memang banyak perusahaan raksasa berkelas dunia namun asset tunai dalam jumlah besar hampir tidak ada di neraca perusahaan. Asset tunai itu akan ada berdasarkan requirement project yang sudah final. Artinya untuk project yang belum ditangan, tidak ada jalur untuk mendatangkan uang tunai. Tapi dia berhasil menjadi pemenang. Itu artinya dia mampu memenuhi syarat menyediakan bukti uang (Proof of fund ) sebesar billion dollar. Bagaimana caranya?

Menurutnya ini hanyalah permainan skema investasi. Berdasarkan investment analysis yang disusunnya , dia berhasil meyakinkan Asset Management di Swiss untuk menyediakan credit enhancement bagi perusahaannya. Apa itu credit enhancement ? namanya saja enhancement atau pembesaran. Jadi dapat disimpulkan ini seperti meniup balon sehingga membesar namun tetap saja didalamnya hanya angin alias nothing. Tentu settlement nya melibatkan paper work yang sophisticated. Asset Management men structure dana dibawa kelolanya untuk di assignment melalui penempatan dana direkening perusahaannya namun dia tidak berhak apapun untuk menggunakannya tanpa persetujuan dari Asset Management. Dana itu kapan saja bisa ditarik kembali oleh pihak asset management. Pihak china tidak semudah itu percaya ketika melihat bukti dana dalam bentuk print out rekening Koran. Pihak china minta agar bukti dana itu di confirmed melalui SWIFT antara bank. Ya tentu bisa di confirmed karena memang uang ada direkeningnya. Setelah itu, dia dinyatakan qualified dan diberi waktu selama satu bulan untuk melakukan pembayaran.  Nah, sekarang bagaimana dia membayarnya ? bukankah dia hanya punya credit enhancement alias nothing.

Caranya sangat mudah. Credit enhancement itu di structure menjadi SBLC sebagai collateral untuk menarik pinjaman dari  bank. Bank mana ? Ya Bank di China. Karena project nya di china, ya sumber dana juga dari china. Setelah SBLC di delivery oleh banknya di Eropa ke bank di China maka kredit cair. Dana itu langsung dibayarkan kepada pihak china sebagai bentuk pelunasan pengambil alihan power plant. Selesailah. Nah , pertanyaannya adalah bukankah credit enhancement itu nilainya nothing, bagaimana bisa berubah menjadi SBLC ( cash collateral )? Tentu setelah dia menjadi pemenang tender maka diapun sudah legitimate menguasai underlying transaction, karenanya dia bisa bebas melakukan exit strategy sebagai risk management. Apa exit strategynya ? re-financing melalui penerbitan revenue bond. Artinya setelah project itu diambil alih melalui loan against SBLC maka dalam waktu yang sama revenue bond diterbitkan. Hasil penjualan revenue bond ini digunakan untuk pelunasan hutang kepada bank dan SBLC dibatalkan sehingga tidak terancam default karena basicnya nothing.

Pertanyaan terakhir adalah siapa yang berminat membeli revenue bond itu ? Pembelinya adalah trader batu bara, yang butuh off take market dari power plant dan sekaligus berharap future value dari kenaikan harga batu bara. Maklum value jual power ini berdasarkan harga fuel ( batubara ) international. Dua tahun setelah pengambil alihan itu, harga batu bara naik ketingkat tak terbayangkan. Otomatis pemerintah china harus membayar harga power per kwh sesuai dengan harga batu bara international.  Ketika itulah dia menjual Power plant itu kepada pihak lain  dengan harga dua kali lipat. Hasil penjualan itu digunakan untuk pelunasan revenue bond dan sisanya lagi dipakainya untuk melakukan akuisisi perusahaan dengan modus operandi yang hampir sama, yaitu create value melalui financial engineering. Kalau orang membangun business berlelah dan berkeringat dengan melewati rentang waktu puluhan tahun dengan resiko namun dia hanya mengutakatik paper work dapat menjadi billioner dalam hitungan tahun tanpa mengeluarkan resiko modal.

Dari semua aktifitasnya itu, tahukah anda bahwa dia tidak punya kantor, tidak punya staff. Kantornya ada didunia maya, staff ahlinya semua adalah outsourcing yang di hired berdasarkan on call. Dari puluhan perusahaan yang diambil alihnya dengan karyawan puluhan ribu mungkin tidak ada satupun yang mengenal dia. Karena kepemilikan perusahaan itu semua dibawah holding company yang terdaftar di Trustee regions ( virtual company). Dia kaya raya namun tidak membuat dia menjadi manusia sibuk dan protokoler. Dia tetap menikmati hidupnya karena jauh dari kesibukan para professional yang bekerja siang malam untuk memastikan perusahaannya mendatangkan laba. Apakah dia tidak kawatir dicurangi oleh para executive nya? Oh tidak!. Mengapa? Semua perusahaan yang diambil alihnya pada intinya  terikat dengan system moneter ( Pasar uang dan pasar modal ) yang tentu authority akan mengawasi ketat dari segala pelanggaran dan memastikan tidak ada penyimpangan akuntasi dan perpajakan. Artinya,  Negara bertindak sebagai watchdogs perusahaannya. Hebat,kan. Begitulah system kapitalis. Dunia dikendalikan oleh penguasa akses dana, bukan para mereka yang bekerja keras dan lulusan terbaik dari kampus terbaik...

3 comments:

Oentoeng said...

Artikel yang hebat,

Kang Bowo said...

artikel ini TOP

Mareto said...

Memotovasi luar biasa positive vibe

Perang dunia ke 3 ?

  CEO JPMorgan Jamie Dimon saat berbicara di Institute for international finance mengatakan adanya potensi terjadinya   Perang Dunia 3. Tent...