Friday, July 19, 2013

Prabowo dan Freeport ...

Perkenalan Hashim Djoyohadikusumo dengan Nathaniel Rothschild ( Nat) diawali karena masalah lahan tambang Bumi resource di Kalimantan yang bersinggungan dengan lahan tambang Prabowo. Memang posisi tambang Bumi sangat tergantung jalur logistic nya dengan lokasi tambang milik Prabowo. Disamping itu Nat sedang bermasalah dengan group Bakrie soal kepemilikan saham pada Bumi Resource PLC. Nampaknya Nat tahu précis bagaimana menjadi pemenang dalam pertarungan hegemony pada Bumi Resource PLC dengan menjadikan Bakrie sebagai minoritas. Apabila Hashim mendukung maka Nat akan punya bargain position mendapatkan dukungan lebih dari mitra strategisnya untuk menggalang dana pengambil alihan saham milik Bakrie di Bumi Resource PLC. Sudah dipastikan apabila Hashim bergabung maka group strategis yang berada dalam jaringan kekuatan global Yahudi yang selama ini diuntungkan lewat penguasaan SDA di Indonesia, akan ikut bergabung dengan kekuatan penuh. Mereka semua adalah penguasa financial resource yang bersumber dari business Mining, Gas and Oil. Disaat dunia dilanda krisis, perusahaan perusahaan ini terus belanja investasi dimana mana. Seakan krisis dunia adaah timing yang tepat bagi mereka untuk menguasai business strategis diseluruh dunia.

Dalam pertemuan yang diadakan di pinggiran kota London, Hashim tidak menegaskan bahwa dia dalam posisi setuju atas tawaran dari Nat untuk bergabung dalam Bumi Resouce Plc namun dia akan membicarakan dengan Prabowo. Teman saya di Dubai mengirim email kesaya dengan nada satire menyikapi news dari Bloomberg atas rencana Nat menarik Hashim dalam jajaran direksi Bumi Resource Plc. Menurutnya bahwa tidak ada musuh abadi yang ada hanyalah kepentingan. Mengapa ? karena Nat bersama groupnya dulu berada dibelakang Ical yang mendukung kampanye Pilpres 2004 menjadikan SBY sebagai Presiden. 2009  Group Nat berhasil meloby elite politik AS untuk menghadang laju Prabowo sebagai Wapres berpasangan dengan Megawati. Ketika itu mereka melakukan lack campaign yang berkaitan dengan issue pelanggaran HAM oleh Prabowo dimasa lalu sebagai DanJen Kopassus. Ditambah lagi latar belakang Soemitro ( ayah Prabowo ) yang sosialis diyakinkan membawa pengaruh terhadap Prabowo yang tentu akan menjadi ganjalan terhadap kepetingan bisnis yahudi di Indonesia. Dukungan Lobi Nat bersama group nya sangat efektif membuat elite politik AS restriction terhadap Prabowo dan menguntungkan posisi SBY. Hashim paham betul akan itu Itu sebabnya usulan dari Nat itu tidak langsung ditanggapi positive oleh Hashim. Namun proses berjalan terus untuk menaklukan Hashim ( prabowo). They will do anything demi hegemony.

Nat memang tidak main main untuk menguasai Bumi Resource PLc dan sekaligus mendepak keluarga Bakrie. Ini pertarungan serius, all out.  Mengapa? Teman yang berkerja sebagai analis perdagangan emas di Hong Kong mengatakan bahwa nampaknya ada invisible war antara keluarga Bakrie dengan keluarga Rotchild berkaitan dengan penguasaan saham Bumi Resouce pada Pt. Freeport Indonesia. Jadi bukan hanya soal tambang batu bara tapi lebih daripada itu adalah emas dan tembaga. Walau saham Bumi Resource tidak significant pada PT Freeport Indonesia namun bila Ical jadi president maka saham Bumi di Freeport akan sangat mudah menjadi mayoritas. Lantas apa jadinya bila Rotchild tetap sebagai minoritas di Bumi Plc atau kalah dalam pertarungan dengan keluarga Bakrie ? Itulah sebabnya Nat rela mundur sebagai CEO dari Barrick Gold yang merupakan perusahaan tambang terbesar didunia hanya untuk focus di Bumi Resorce Plc. Benarlah, setelah itu group raksasa seperti Abu Dhabi Investment Council, Schroders Investment Management Limited, Standard Life Investments, Taube Hodson Stonex LLP, Artemis Investment Management LLP, dan Robert Friedland sudah standby dibelakang Nat dengan financial resource tak terbatas dan network loby politik di White house yang kuat.

Yang membingungkan adalah mengapa Nat bersama groupnya lebih merasa nyaman beraliansi dengan Hashim dibandingkan dengan Bakrie yang notabene adalah teman lama di Freeport Indonesia. Maklum Bakrie memiliki saham di Freeport melalui Pt. Bumi Resource sejak era Soeharto berkuasa. Hal ini dijawab oleh teman saya bahwa resiko lebih besar bila seorang teman yang akhirnya jadi presiden dinegara yang akan dianeksasi secara bisnis. Bukankah akan lebih baik bila teman jadi President. Tentu akan lebih mudah mengembangkan bisnis. Kata saya. Menurutnya selalu pada akhirnya pengusaha yang kelak menjadi president akan lebih mengutamakan kepentingan pribadinya  daripada kepentingan temannya. Bagaimana dengan keberadaan Hashim ? Nat tahu bahwa Hashim hanya peduli pada uang dan tidak peduli pada kekuasaan. Karena itu diyakinkan akan lebih mudah mengelola Hashim untuk menjadikan Prabowo sebagai pendukung setia kepentingan business  mereka di Indonesia , khususnya atas penguasaan resource Mining , gas and Oil. Apalagi mereka tahu bahwa sebagian besar dana operasional Garindra berasal dari donasi Hashim.

Bagi Prabowo keberadaan Group Rotchild sangat strategis menghapus ban politik Senat AS terkait masa lalunya terhadap pelanggaran HAM, menghapus data cases yang outstanding di ICC (International Criminal Court). Kedua hal tersebut  batu krikil menuju RI1. Dan saat kini ia butuh dana lebih untuk biaya menuju  RI1. Tentu Rotchild melalui Hashim menawarkan uang tidak sedikit untuk mendapatkan kekuasaan itu. Akhirnya teman saya menyimpukan bahwa seharusnya Ical mendukung Prabowo menjadi presiden daripada mencalonkan diri sendiri sebagai Presiden. Ya setidaknya tetaplah berlaku sebagai settlor untuk kepentingan mereka , seperti dulu Ical menjadi settlor mendukung SBY sebagai Presiden RI. Itu lebih baik bagi kepentingan bisnis Bakrie karena tidak ada kekuatan ( Private maupun government ) yang bisa mengalahkan group Rotchild. Benarkah kini Hashim sudah berada didalam genggaman Yahudi? Saya tidak tahu namun News Bloomberg dua hari lalu menyebutkan bahwa Prabowo membela keberadaan Freeport di Papua dan akan terus mendukung konsesi itu untuk kepentingan Indonesia…Apakah ini ada kaitannya ??? Entahlah.

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...