Wednesday, December 1, 2010

Yogyakarta?

Apa kelebihan demokrasi langsung ? Itulah pertanyaan teman saya dari Amerika ketika bertemu ditempat sauna.. Dia bekerja sebagai fund manager di Hong Kong. Saya tak ingin menjawab. Karena saya tahu teman ini sudah tahu jawabannya. Money can buy it” Itulah jawabannya sambil tersenyum. Dia melanjutkan, minoritas marah ketika Yesus harus disalip tapi penguasa Roma ketika itu tidak bisa lari dari kehendak mayoritas rakyat yang ingin Yesus di Salip. Andaikan dulu Roma tidak menganut demokrasi mungkin Yesus tidak harus disalip. Itulah sepenggal kisah dari bobroknya sistem demokrasi. Katanya. Yunani sebagai pencetus awal sistem demokrasi yang bernama Republik hanyalah kota kecil. Dia baru menjadi negara besar ketika Ceisar berkuasa. Itupun hanya mungkin ketika Ceisar menggilas habis sistem demokrasi menjadi Kekaisaran.

Winston Churchill pernah berkata "Democracy is the worst form of government, except for all the other methods that have been tried ". Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang paling buruk kecuali untuk semua cara telah dicoba. Demokrasi" istilah lebih-atau-kurang identik dengan "Anarchy" atau "Aturan Mob," diyakini oleh banyak orang sebagai ide utopis yang tidak pernah bisa bekerja dalam praktik dan akan mengakibatkan keruntuhan masyarakat. Artinya, idealisme demokrasi terlalu ideal untuk sebuah teori kenegaraan. Sangking idealnya, dia bertele tele, jalan berliku liku untuk sampai pada satu konsesus, melelahkan , mahal dan pasti membosankan. Seharusnya demokrasi dimaknai dalam konteks teoritis belaka bagaimana masyarakat yang plural di kelola. Soal teknis dan metode tidak harus mengikuti idealisme demokrasi. Trias politica dapat diamini sebagai cara memisahkan kekuasaan. Namun pemilihan langsung pemimpin seperti AS , sebagai dogma ini bisa menyesatkan bila itu disebut sebagai hal yang ideal dari demokrasi.

Mungkin bagi AS pemilihan langsung Pemimpin ( Presiden, Gubernur, Walikota, Bupati ) adalah cara yang tepat sesuai dengan budaya mereka. Karena semua tahu bangsa Amerika merupakan perpaduan dari banyak etnis dan lebih sembilan puluh persen mereka adalah pendatang atau bukan penduduk asli. Keterikatan budaya dan sosial mereka dengan tanah asal mereka tidak mudah hilang. Bila dipadukan dalam satu komunitas baru tentu bukanlah hal yang mudah. Walau para pendiri negara AS menyadari sistem demokrasi hal yang tak diinginkan mereka namun mereka tidak bisa menghindari keadaan latar belakang bangsa amerika ada. Makanya sistem demokrasi langsung sebagai pilihan yang tak seratus persen sesuai dengan kehendak hati. Dalam sejarah sistem ini memang melelahkan. Amerika membangun peradaban lebih dari 200 tahun dan sampai kini mereka tidak pernah tuntas dan puas dengan sistem yang mereka pakai.

Pada hakikatnya yang diperlukan dalam sistem kenegaraan adalah aturan yang kuat dan melekat dalam sistem itu yang mengedepankan hak rakyat bertumpu kepada rasa keadilan. Untuk menciptakan ini tidak bisa dengan teori yang bersifat universal sebagaimana sistem demokrasi yang diperkenalkan oleh pihak Barat/AS. Tidak bisa dengan cara cara voting untuk menentukan suara terbanyak yang menang. Tidak bisa dengan kekuatan militer untuk memaksakan kehendak. Karena yang dihadapi adalah masyarakat yang sebelum sistem negara ada mereka sudah lebih dulu hidup dengan budaya mereka. Budaya ini tidak tertulis tapi sudah menjadi kesepakatan umun untuk bagaimana mereka menyelesaikan masalah keseharian dalam rumah tangga, antat tetangga dan lingkungan yang lebih luas lagi. Sistem kepemimpinan pun terbentuk dikalangan masyarakat lewat interaksi budaya yang berpuncak kepada rasa hormat kepada mereka yang berbudi, berilmu dan berbedikasi.

Pemilihan langsung pemimpin lewat cara demokrasi plus budaya money can buy it maka yang terjadi adalah everyone can buy everything , termasuk kekuasaan. Akibatnya budaya yang dibangun oleh masyarakat berabad abad, yang bersendikan agama itu menjadi bahan tertawaan. Itulah mengapa ketika UUD 45 disusun tidak memberikan ruang kepada pemilihan secara langsung. Karena pendiri negara kita sadar dengan geopolitik dan geostrategis yang bertumpu pada kekuatan akar budaya dan agama untuk membuat bangsa ini kuat lahir batin. Padahal rakyat Yogyakarta sudah nyaman dengan sistem demokrasi yang ada lewat pemilihan pemimpin berdasarkan musyawarah mufakat anggota DPRD. Mereka nyaman dengan sistem yang akrab dengan budaya mereka. Mereka lebih demokratis dibandingkan daerah lain dengan lebih dulu menerapkan Procurement Online yang menjamin transfaransi. Apakah ini diperhatikan oleh Pemerintah ketika membuat RUU tentang pemerintahan DI Yogyakarta ?

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...