Awalnya kubu 02 tidak percaya Quick Count. Dituduh perusahaan survey mendapatkan bayaran dari kubu 01. Percayanya hanya dengan Real Count. Hasil Situng berdasarkan C1, dari hari kehari terus menunjukan angka kemenangan kubu 01. Situng pus minta dihentikan dan ini atas perintah HRS. Karena ada indikasi kecurangan yang sistematis dan massive. Padahal situng itu bukan hitungan akhir. Itu hanya alat KPU untuk melakukan keterbukaan atas hitungan suara. Agar masyarakat dapat melakukan koreksi bila ada kesalahan. Yang menentukan adalah hasil perhitungan Rekap yang dilakukan berjenjang dari tingkat kecamatan sampai pusat. Dimana masing masing saksi dari paslon 01 dan 02 ikut menyaksikan dan mengawasi bersama Bawaslu. Kemudian muncul lagi dengan tidak percaya kepada KPU.
Belum cukup. Ada lagi mengungkit bahwa proses Pemilu penuh rekayasa sehingga mengakibatkan jatuhnya korban dari KPPS. Tuduhan ini sangat melukai proses demokrasi yang dilaksanakan lembaga independent yang dibentuk oleh UU atas dasar kesepakatan anggota DPR, bukan Presiden. Mengapa ? tuduhan itu tidak berdasarkan. Benar ada korban, yang katakanlah berjumlah lebih kurang 500 orang petugas KPPS meninggal. Tetapi persentase korban itu tidak ada artinya bila dibadingkan dengan jumlah petugas yang terlibat dalam TPS jumlahnya hampir 1 juta, dengan petugas KPPS sebanyak 7 juta orang, dan pemilu dilakukan secara serentak yang harus selesai dalam satu hari.
Menyelenggarakan Pemilu di republik ini tidak mudah. Apalagi wilayah indonesia sangat luas dan petugas harus memastikan UU pemilu terlaksana, dimana setiap warga negara berhak mendapatkan hak suara nya. jadi walau harus melintasi bukit, menyeberangi laut ke pulau terluar, menyeberangi sungai menjangkau daerah yang terisolir, itu adalah resiko yang harus diembang oleh petugas Pemilu. Itu semua demi UU pemilu yang di create oleh DPR. Lantas mengapa pula sampai ada kecurigaan petugas KPPS itu meninggal karena faktor pemilu yang curang. Alangkah sedihnya keluarga dari petugas KPPS yang meninggal. Apalagi mayat mereka harus diotopsi segala.
Pemilu sebelumnya tentu ada korban. Tetapi tidak sampai diberitakan secara luas oleh media massa karena memang semua peserta punya mindset sama, yaitu prasangka baik terhadap penyelenggara pemilu. Namun sekarang paslon 02 dari awal sudah bertekad harus menang. Kalau tidak menang itu artinya pemilu tidak jujur. Mereka akan membangun narasi bahwa penyelenggaran pemilu tidak bersih, dan pemenangnya harus didiskualifikasi. Sudah bisa ditebak bahwa dari kubu paslon 02 hanya gerindra saja yang bersikukuh pemilu tidak jujur. Sebab, Partai koalisinya seperti PKS, PAN dan Demokrat tetap percaya dengan KPU Semua akan menghormati hasil keputusan KPU tanggal 22 mey mendatang.
Saya kadang miris melihat kelakuan elite politik yang tidak siap kalah dalam berdemokrasi. Kalau dari awal mereka tidak yakin dengan sistem Pemilu mengapa harus ikut berkompetisi dalam Pemilu? mau buat gaduh ? telalu mahal ongkos politiknya. Apalagi pemilu dilakukan dengan biaya puluhan triliun dan memakan korban petugas TPPS ratusan. Sadarlah…
No comments:
Post a Comment