Kemarin saya ketemu dengan relasi saya dari Moscow dan Cyprus. Acara makan malam membahas soal rencana pembangun proyek infrastruktur. Keliatannya pengusaha Rusia berusaha ingin mempercepat proses perizinan proyek yang sudah komit agar dua bulan lagi kedatangan Putin ke Indonesia dapat diadakan financial closing. Saya sebetulnya tidak terlibat dalam proyek tersebut, Tetapi karena teman lama dan dia ingin bertemu, maka saya hanya sekedar menemaninya makan malam. Yang menarik dari ngobrol santai selama makan malam adalah soal utang negara. Bahwa Rusia di era Putin lebih mengandalkan utang melalui pasar uang daripada pinjaman kepada lembaga multilateral seperti World bank atau G2G. Dengan sistem ini memang Rusia terjebak dengan ekonomi pasar yang dulu sangat ditakuti. Tetapi Putin mampu mengubah mindset politik utang menjadi mindset bisnis.
Utang bagaimanapun diperlukan untuk mempercepat proses pembangunan. Tetapi utang tidak boleh mengurangi kemerdekaan suatu bangsa, apalagi sampai mengurangi hegemoni negara terhadap politik. Meminjam kepada lembaga Multilateral atau G2G memang bagus. Namun suka tidak suka lembaga Multimateral dan G2G menjalankan kebijakan politik global yang bernafaskan neoliberal dan dikendalikan oleh pemegang saham utama. Akan sulit bagi negara yang berutang besar kepada lembaga multilateral dan G2G untuk melakukan intervensi yang pro rakyat. Di era Putin, utang Rusia didominasi utang kepada pasar uang. Dengan demikian Rusia tidak ada urusan politik soal utang itu. Hukum pasar yang bekerja. Investor yang berminat sudah paham dengan istilah free entry free fall.
Dengan meminjam melalui pasar maka peran demokratisasi ekonomi terjadi efektif. Negara diawasi oleh publik bukan hanya soal politik tetapi mereka sebagai lender terhadap negara. BIla pemerintah tidak transfarance maka pemerintah akan di hukum pasar. Surat utangnya akan jatuh dipasar dan terjadi aksi lepas yang pada gilirannya bisa menimbulkan krisis utang di market. Tetapi bila pemerintah bisa mengelola utang dengan baik dan transparan maka pasar akan menjadi financial resource yang mudah dan murah. Likuiditas utang dapat dikelola dengan baik.
Jadi kekawatiran oleh sebagian orang bahwa negara dikuasai pasar itu buruk, sebetulnya itu kekawatiran para politisi yang masih menginginkan negara di urus secara tertutup. Dan kalau bisa masalah utang dibicarakan antar pemimpin dengan boss lembaga multilatateral atau negara pemberi utang. Yang akan terjadi adalah pemimpin begitu mudah melakukan konspirasi secara bisik bisik. Semakin besar peran pemerintah menentukan financial resource semakin besar pemerintah berlaku korup dan tiran. Bukan rahasia umum bila sebagian besar utang dari lembaga multilateral dan G2G hanya melahirkan diktator yang berujung ke bangkrutan moral politik.
Bagaimana dengan Indonesia ? tanyanya. Indonesia tidak ubahnya dengan Rusia. Kata saya. Era Jokowi keterbukaan ekonomi sangat dijaga sebagai prasyarat reformasi ekonomi menuju sistem yang kredibel dan bermartabat. Awal Jokowi berkuasa utang ke pasar mencapai 60% dari total utang pemerintah. Sekarang ( data akhir Februari 2018) utang pemerintah masih didominasi oleh penerbitan SBN yang mencapai Rp 3.257,26 triliun atau 80,73 persen dari total utang pemerintah. Penerbitan SBN sekitar Rp 2.359,47 triliun atau 62,62 persen diterbitkan dalam denominasi rupiah serta dalam denominasi valas sebesar Rp 897,78 triliun atau 18,11 persen. Mungkin kalau periode kedua Jokowi berkuasa, 100% utang semua kepada publik. Ini terjadi lewat restruktur utang secara hati hati agar likuiditas terjaga baik.
Bagaimana kalau sampai pasar gonjang ganjing? pasar hanya melepas surat utang bila ada indikasi pemerintah tidak terbuka dan politik kekuasaan lebih dominan. Itu yang terjadi pada Turki, Venezuela dan negara lainnya yang mengalami krisis utang. Selagi pemerintah menjalankan pengelolaan keuangan negara yang terbuka dan APBN yang efisien serta tepat sasaran maka uang akan selalu mengalir masuk kepasar domestik. Ada yang datang tentu ada yang pergi. Cash flow ini akan menjadi blood flow negara untuk menjalankan program investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Era sekarang apapun itu entah negara atau swasta sama saja. Yang utama adalah cash flow. Selagi cash flow sehat, berapapun utang tidak ada masalah. Kuncinya adalah ada pada pemimpin yang jujur dan amanah. Trust! Dan Jokowi punya itu! kata teman saya.
***
Tahukah anda bahwa total utang Amerika sampai dengan 1 juni 2018 mencapai USD 27,2 triliun. Dari sejumlah ini USD 21 triliun utang kepada rakyatnya sendiri. Sisanya sebesar 6,2 Triliun utang ke luar negeri. Dari utang luar negeri itu 1,18 Triliun utang ke China, atau 16% dari total utang luar negeri AS kepada China. Masalahnya utang kepada Rakyat sendiri itu tak lebih hanyalah recycle atau daur ulang atau utang dibayar utang. Sementara yang real sebagai fuel ekonomi AS adalah berasal dari utang luar negeri dan ini mayoritas berasal dari China. Pada saat sekarang rasio utang AS berbanding PDB sudah mencapai 106%. Artinya sama dengan anda punya penghasilan 100% tetapi menanggung hutang 106%. Secara akuntasi AS memang hidup dari utang. Kok AS engga stress? malah ekonominya tumbuh hebat.
Sekarang kita lihat skenario jangkan panjang terhadap ekonomi AS dan China. Ini kita bahas karena menyangkut adanya perang dagang yang sebetulnya ditujukan kepada China. Apa yang akan dilakukan China atas sikap Trumps yang tidak ramah terhadap China. ?
Pertama, kalau China melepas atau rush surat utang yang dia pegang, AS tidak mungkin bisa bayar. Kalau AS menarik hutang baru untuk bayar utang ke China maka Surat utang AS akan banjir di pasar. Value surat utang akan jatuh dipasar dan yield akan semakin tinggi. Jadi kalau sampai china menjual surat utang AS ke pasar maka mata uang AS akan jatuh. Biaya uang akan semakin mahal. Sehingga akan menyulitkan perusahaan AS untuk mendapatkan dana murah dari pasar. Apa yang terjadi pada China? Mata uang RMB akan semakin menguat sehingga menyulitkan pabrik china menjual barang ke AS. Daya saing akan jatuh. Yang terjadi justru adalah ancaman PHK pabrik di China. Ini ancaman serius bagi China yang secara politik merupakan negara para buruh.
Kedua, China tidak akan melepas surat utang AS yang dia pegang. Tidak akan me rush obligasi AS. Namun China akan membeli Dollar di pasar dengan menggunakan mata uang RMB. Ya China tinggal cetak RMB kemudian dia belikan USD. Apa yang terjadi ? secara tidak langsung China mendevaluasi mata uangnya sehingga RMB melemah dan mata uang AS menguat. Pada waktu bersamaan kelebihan dollar ditangan China dia gunakan untuk membeli surat utang AS. Dengan demikian secara tidak langsung AS berhutang kepada china dari uang RMB yang dicetak oleh China. Akibatnya mata uang China tidak begitu menguat terhadap Dollar AS. Sehingga pabrik di China tetap bisa berproduksi untuk menjualnya ke AS dengan harga bersaing.
Nah perhatikan alasan pertama dan kedua. Sejak dua tahun lalu China menggunakan skenario pertama untuk menggertak AS dalam setiap perundingan dagang. Namun secara diam diam diam China membeli dollar AS dari RMB yang dia cetak sendiri. Keadaan ini dibaca oleh Trumps dengan cerdas. Maklum, Trumps itu pedagang. Dia paham sekali cara main China dan sangat paham keadaan socio culture ekonomi AS yang sudah terlanjur terjebak dengan hutang. Kira kira kalau Trump ketemu dengan Xijinping, kedua tertawa sambil becanda “ Lue bantuin gua cetak uang lewat berhutang ama elo agar barang elo bisa gua beli dengan cara juga ngutang.”
Jadi kesimpulannya, China culas dalam hal mata uang tetapi AS lebih culas dalam hal berutang. Nah bila dua pihak culas kumpul, apakah anda masih percaya akan saling melukai? Mereka akan saling melindungi lewat sistem agar sama sama happy. Lantas siapa yang korban? Ya orang yang masih berpikir soal uang dan kurs. Kalau orang terus berprodusi dan pegang asset daripada pegang uang ya itu dia smart. Tapi kalau masih pakai ekonomi jadul lebih baik pegang uang daripada invest, ya itu bego namanya. Lah uang itu di create untuk produksi dan konsumsi bukan untuk disimpan. Kalau disimpan uang akan delusi dan gilanya lagi delusi itu karena adanya sistem yang ngatur.
***
“ Kami punya konsep membangun komunitas yang saling terkait. Komunitas terhubung karena emosional personal. Bisa antar teman atau kelompok bisa juga antar dirinya sendiri.” katanya berbicara dengan nada datar dihadapan angel investor yang belum nampak reaksi antusiasnya atas prologh presentasi bisnis yang diadakan di ruang meeting yang megah itu. Dia terdiam sebentar. Melirik kearah sang angel. Kemudian dia melirik kearah layar presentasi. “ Nah anda bisa perhatikan data ini” lanjutnya “ Saat sekarang sudah tersambung 5 juta pemakai aplikasi jaringan sosial media kami. Walah motif mereka berbeda beda bergabung dalam jaringan kami namun tujuannya sama. Yaitu kepuasan secara personal. “ dia kembali terdiam.
Suasana hening.
“ Seluruh umat manusia mengenal Tuhan dan percaya kepada Tuhan. “lanjutnya lagi, Sang angel tersenyum. Dia pikir anak muda ini sudah kehilangan harapan untuk menaklukannya. “ Kalaulah ada data statistik tentang seberapa banyak orang berbicara dengan Tuhan, tentu itu akan menempatkan rangkir nomor satu paling banyak dalam berkomunikasi. Tetapi itu tidak pernah terungkapkan. Karena hubungan dengan Tuhan adalah hal yang sangat personal. Kami menyediakan aplikasi jaringan sosial ini tak lain mengangkat hubungan personal antara manusia dengan dirinya sendiri dan orang lain, yang tentu berhubungan dengan Tuhan.
Lewat jaringan sosial kami, pikiran mereka akan terungkapkan secara vulgar dan dalam hitungan detik akan tersebar keseluruh anggota lainnya. Apakah itu pesan cinta, benci, keluhan dan harapan. Tak penting. Akan selalu ada yang akan menanggapi dan memberikan komen. Dari sini terjadilah interaksi emosional. Mereka akan terperangkap dalam lingkaran yang saling membutuhkan secara virtual tanpa sekat entis, agama, atau strata sosial. Semakin banyak interkasi semakin banyak rasa ingin tahu dan semakin terikat mereka satu sama lain. “ Katanya.
Sang angel nampaknya mulai larut dalam presentasi yang disampaikannya. “ Keliatanya menarik. Cara sederhana mengalihkan pikiran orang kedinding ratapan untuk orang mengungkapkan apa saja sehingga menjadi daya tarik emosional diantara mereka. Cara smart membuat mereka bagian dari komunitas yang tak terpisahkan oleh ruang dan waktu. Saya bisa memahami”
“ Anda bisa simpulkan, Apa yang dapat kita manfaatkan bila sepertiga saja manusia di planet bumi ini dalam lingkaran jaringan apliasi sosial media kami. “
“ Paham saya. Itu nilai yang tak bisa diukur dengan uang. Dan saya akan keluarkan uang untuk konsep masa depan ini. “
Investasi yang dikeluarkan untuk membangun jaringan sosial ini sebesar USD 1 miliar dalam bentuk Loan to equity SWAP. Sebagian besar investasi lebih banyak kepada tekhnologi lunak dan sebagian lagi untuk perangkat keras berupa server untuk menyimpan data dan menggenerate komunikasi antar member lewat jaringan fiber optic dan satelite. Delapan tahun kemudian , bisnis ini masuk ke bursa dengan value 25 kali lipat dari modal yang ditanam. Dan akan terus berkembang seiring bertambahnya anggota komunitas. Hutang sebesar USD 1 miliar tidak dibayar dari laba tetapi dari value market.
Anda bisa bayangkan, uang yang dikeluarkan USD 1 miliar dalam 8 tahun menjadi 25 kali lipat dihargai oleh pasar. Apakah pasar dirugikan dari value yang begitu tinggi? tidak. Karena pasar bekerja bukan hanya berdasarkan nilai masa kini tetapi juga nilai masa depan atas dasar variable yang ada dimasa kini. 25 kalilipat itulah yang disebut dengan value dari sebuah visi masa depan. Bisnis Saudi Aramco yang punya beragam asset keras berupa kilang minyak dan sumur tetapi gagal mendapatkan value dimarket. Sementara bisnis vitual jaringan sosial media seperti facebook, alibaba, yang tidak ada pabrik dan sumber daya alam terlibat , ternyata lebih mudah diakui pasar sebesar 25 kali lipat. Itulah fakta di era sekarang.
***
Komunitas di Amerika Serikat yang berada dalam jaringan berhutang, ternyata menjadi magnit dunia untuk investasi surat utang negara dan menjadi darah segar membangun peradaban lewat konsumsi. Juga di Jepang dan China, yang membangun komunitas produksi untuk memasuki pasar global ternyata menjadi magnit mengalirnya dana investasi lewat surat utang korporat. Rasio utang nasional AS berbanding dengan PDB sekarang mencapai diatas 100% atau tepatnya 106%. Sementara Jepang mencapai 200% dari PDB. China walau data formal rasio utang sebesar 30% namun sesungguhnya utang mencapai rasio 80% dari PDB.
Sebagaimana bisnis virtual, yang terus menarik dana dari pasar untuk ekpansi dengan jaminan asset vitual, tidak pernah dipertanyakan berapa asset realnya. Investor menanamkan uangnya karena value, bukan asset dibalik saham itu yang nilainya tak lebih 2% dari markap. Negara modern juga membangun dengan visi virtual untuk menarik dana dari pasar. Dan membayarnya dari value negara dengan tingginya konsumsi dan investasi disektor produksi. Karena itu barang dan jasa berputar kerumah tangga dan uang mengalir kembali kepasar untuk memastikan sistem bekerja dari pasar untuk pasar.
Jadi apa sebenarnya yang harus anda ketahui dari sistem dunia sekarang? Orang tidak lagi melihat seberapa besar harta ditangan anda. Tidak melihat seberapa besar utang anda. Orang melihat sejauh mana likuiditas itu terjamin. Selagi likuiditas terus terjamin maka produksi dan utang akan terus berdampingan untuk saling ketergantungan. Karena itulah mesin produksi bekerja efektif untuk memastikan uang terus diperlukan. Cobalah, bayangkan andaikan tidak ada barang dan jasa, apakah ada arti uang ditangan anda? tentu tidak.
AS tidak pernah membayar utang dari kelebihan penerimaan. Eropa, Jepang dan juga China tidak. Boeing dan Microsoft juga tidak membayar utang dari laba. Mereka membayar utang dari value yang nilainya berlipat dari utang yang ada. Dan itu berkat likuiditas yang terjaga. Jadi apa yang bisa anda simpulkan dari ini semua? Pada akhirnya bukan apa yang anda miliki tetapi apa yang bisa anda beri. Bukan apa yang anda pelajari tetapi apa yang anda ajarkan ke orang lain. Bukan apa pengetahuan yang ada ketahui tetapi apa bisa anda sharing ke orang lain. Di masa depan tidak ada yang pasti kecuali kematian. Dan tidak ada orang mati membawa saham dan harta, apalagi uang. Yang dibawanya adalah kebaikan yang dia semai semasa hidup. Kata kunci menjamin likuiditas adala trust dan reputasi. Itulah akhlak.
No comments:
Post a Comment