Bulan lalu saya di datangi oleh team koperasi bersama pengusaha swasta dan pejabat daerah. Mereka menyampaikan kesulitan yang sedang di hadapi oleh rakyat kebun sawit. Sawit mentah produksi petani di hargai dibawah harga pasar oleh pabrik PKS dan pembayaran pun di lakukan secara berjangka sehingga petani di rugikan dari segi harga dan kesulitan cash flow. Maklum di wilayah itu pemilik PKS juga adalah pemilik kebun yang tergolong konglomerat. Jadi tanpa produksi petani, pabrik PKS yang ada tetap bisa aman dari hasil kebunnya sendiri. Ini hukum kapitalis. Melawannya tidak dengan teriak teriak dan mengeluh tapi harus di hadapi dengan cerdas. Satu satunya solusi adalah bangun pabrik PKS sendiri. Rakyat bersama koperasi berniat bangun pabrik sendiri. PEMDA telah memberikan dukungan dengan menberikan izin serta tanah untuk bangunan pabrik. Saya liat aini sinergi yang luar biasa. Karena pemda peduli dan tidak membiarkan rakyat terpuruk karena kekuatan modal. Rakyatpun tidak ribut protes karena sikap kapitalis dari perusahaan besar yang ada di wilayah mereka. Bagaimanapun ini sistem yang telah eksis dan mereka juga pembayar pajak bagi negera.
Namun mereka kesulitan mendapatkan pembiayaan proyek sebesar Rp. 240 miliar untuk kapasitas 60 ton per jam atau 1200 ton per hari. Total penjualan tahunan di rencanakan akan mencapai diatas Rp. 500 miliar dengan IRR yang menjanjikan. Mereka minta agar saya memberikan solusi untuk itu. Alhamdulilalh, kemarin proses pembiayaan selesai. Sehingga dalam waktu dekat pabrik segera di bangun.
Bagaimana solusi pembiayaannya ? Untuk biaya bangunan dan instalasi mesin saya mengajak perusahaan besar sebagai EPC ( Engineering, Procurement, contracting ) sebagai undertake pembangunan dengan komitment uang muka sebesar 15%. Sisanya di bayar setelah proyek selesai di bangun. Namun mereka minta jaminan sisanya. Saya sanggupi akan keluarkan jaminan setelah proyek 15% selesai di bangun. Untuk mendapatkan jaminan pembayaran itu saya harus dapatkan pinjaman non cash loan dari bank dalam bentuk payment guarantee kepada EPC. Bank akan memberi Payment guarantee setelah proyek berjalan 30%. Artinya saya harus sediakan cash equity sebesar 30% dan bank akan keluar sebesar 70%. Ini yang di sebut non recourse loan. Pinjaman yang di jamin oleh proyek itu sendiri. Masalahnya bagaimana mendapatkan 30% cash equity ?
Saya menghubungi asset management di Singapore yang juga punya rekanan trader CPO. Dia menyanggupi memberikan pinjaman 30% itu dengan skema REPO atas saham perusahaan. Harga saham ketika jatuh tempo di tetapkan di depan dan perusahaan harus membeli kembali saham itu pada saat jatuh tempo REPO. Di samping itu pihak asset management mengarahkan agar kontrak penjualan produksi ke perusahaan yang di rekomendasi oleh mereka. Saya menyanggupi. Masalah bangunan pabrik dan berserta fasilitas teratasi.
Sekarang bagaimana dengan modal kerja? Pabrik PKS itu butuh modal kerja 45 miliar per bulan, untuk pembelian bahan baku dan upah. Saya menggandeng perusahaan pembiayaan non bank untuk pengadaan bahan baku sebesar Rp. 35 miliar. Skemanya melalui joint escrow dengan perusahaan pembiayaan atas hasil penjualan yang setiap bulan di lunasi sesuai yang di pinjam dan di buka lagi bulan berikutnya. Di perkirakan dalam 6 bulan, perusahaan engga butuh pinjaman untuk modal kerja pembeliaan bahan baku karena cash flow sudah aman. Dengan demikian petani akan dapat uang tunai dari setiap penjulan ke PKS dan tentu harga bagus. Untuk upah sebesar Rp. 10 miliar di sediakan dari pemegang saham secara gotong royong.
Demikianlah ..kerjasama adalah kata kunci untuk menyelesaikan masalah dari keberadaan sistem kapitalis dan kekuatan itu ada karena berkumpulnya semua potensi untuk mencapai nilai nilai kebersamaan: kerja keras atas dasar niat ibadah dan bila dapat berbagi, tidak bermewah tapi hidup hemat untuk menabung agar usaha terus tumbuh dan kemandirian di capai, bukan dengan jargon tapi berbuat. Mari gotong royong untuk kejayaan negeri..
No comments:
Post a Comment