Saturday, May 3, 2014

Krisis di Ukraina...

Dulu  ketika Mursi ( Mesir) menolak proposal dari Amerika tentang aliansi tiga negara Israel, Mesir dan Yordan untuk penyelesaian krisis Palestina, sudah dapat ditebak hanya masalah waktu Mursi akan digulingkan dengan rekayasa politik. Benarlah kaum oposisi yang punya link dengan CIA langsung menyatakan keluar dari koalisi dengan Mursi dan ini terus berlanjut dengan tekanan dari pressure group diluar parlemen yang meminta Mursi mundur, dan akhirnya dimundurkan lewat kudeta militer. Semua tahu bahwa dibalik kejatuhan Mursi ada Amerika dan Israel. Begitupula ketika Presiden Ukraina Viktor Yanukovych menolak proposal association of agreement yang diajukan oleh Uni Eropa sebagai kelanjutan dari program reformasi Ekonomi Ukraina  untuk bergabung dengan UniEropa. Yanukovych  justru menyetujui kerjasama ekonomi dengan Rusia dan menerima paket bantuan sebesar USD 15 miliar. Tak lama setelah itu terjadi gelombang demontrasi besar besaran di Rusia yang menuntut Yanukovych mengundurkan diri sebagai Presiden. Berbagai issue tentang kebobrokan pemerintahan Yanukovych dikumandangkan luas oleh pressure group agar people power bangkit menjatuhkan pemerintahan. Benarlah, dari waktu waktu gelombang unjuk rasa semakin meluas walau aparat kepolisian dan militer dikerahkan untuk meredam demontrasi tersebut. Bahkan sampai menimbulkan korban tidak sedikit dikubu demonstran. Kecaman international khususnya dari Uni Eropa semakin keras kepada Yanukovych karena melakukan tindakan kekerasan kepada demontran.  Sudah bisa ditebak akhir dari krisis ini, pada 21 Februari, demonstran berhasil menyerbu kediaman presiden yang telah ditinggal pergi oleh  penghuninya. Yanukovych harus hengkang dari negerinya dan memilih Rusia sebagai terminalnya. Rakyat berpesta pora menikmati kemenangan ini.Apakah masalahnya selesai?

Setelah oposisi berhasil  menguasai Kiev, Presiden Rusia Vladimir Putin memprovokasi serangan ke Ukraina melalui latihan militer yang melibatkan lebih dari 100.000 tentara,  di kremia , Ukraina,. Presiden Putin menunjukkan sinyal tentang kekuatan dan  mengirim pesan bahwa Rusia siap untuk berperang dengan Ukraina. Kini Provinsi Crimea di Ukraina sudah praktis dikuasai oleh militer Rusia. Disamping itu Rusia juga memberikan dukungan oposisi pro Rusia untuk memancing terjadinya tindakan separatisme di wilayah Donetsk dan Luhansk.  Presiden sementara Ukraina, Olexander Turchynov, yang dipilih oleh kelompok oposisi  tidak berdaya menghadapi krisis dalam negeri. Disamping memang dukungan penuh dari Eropa dan Amerika yang diharapkan datang, ternyata tidak kunjung ada.  Secara diplomasi Amerika dan Uni Eropa telah berkali kali mengecam tindakan Rusia yang meng Invasi  Ukraina. Bahkan Amerika dan UniEropa berencana untuk melakukan embargo ekonomi terhadap  Rusia. Hanya itu. Yang pasti Ukraina bukanlah Mesir. Uni Eropa dan Amerika bermain api  dengan merekayasa kerusuhan didalam negeri Ukraina hanya untuk mendepak  Presiden yang tida  pro mereka. Seharusnya juga dimaklumi bahwa perluasan kerjasama antara UnieEropa dan Ukraina sesuai association agreement jelas mengganggu kepentingan nasional Rusia di kawasan tersebut. Itu sebabnya Rusia bereaksi keras.

Sederhananya, Rusia tidak akan membiarkan dirinya kehilangan negara-satelit begitu mudah. Mengapa Rusia sangat peduli pada Ukraina dengan proposal ekonominya. Penyebanya adalah pertama,  Rusia kawatir apabila  Ukraina menandatangani perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa akan berdampak buruk bagi ekonomi Rusia. Contoh  akan terjadi arus besar produksi Eropa ke Ukraina dan ini pasti akan berakhir ke Rusia karena antara Rusia dan Ukraina ada perjanjian bebas pajak. Selain itu, kedua, Perang Dingin mungkin telah  berakhir, tetapi sentimen Rusia mengenai supremasi regional tetap  hidup. Dengan Olimpiade Sochi baru-baru ini, dan tahun ini G8 Summit juga dijadwalkan berlangsung di Sochi, Rusia siap menjadikan ini sebagai sarana  publisitas positif di panggung global. Sebuah kesepakatan ekonomi antara Uni Eropa dan Ukraina  akan melemahkan citra Rusia sebagai kekuatan dunia yang tangguh (setidaknya dalam pandangan Putin). Jadi ini soal kehormatan Rusia sebagai negara besar.  Mungkinkah Amerika dan Eropa mampu menekan Rusia untuk menarik keluar pasukannya dari Crimea ( Ukraina)? Pastinya tidak akan berhasil.Walaupun Amerika dan uni Eropa berniat memberikan sangsi ekonomi  dengan mengeluarkan Rusia dari keanggotaan G8. Itu akan dianggap angin lalu oleh Rusia. Mungkin untuk Iran berhasil tapi tidak untuk Rusia. Karena ketika ancaman embagro dikeluarkan oleh Washington, yang pertama kali bereaksi adalah German dan Italia karena  kedua negara ini 100% suplai minyaknya berasal dari Rusia. Dan hampir sebagian besar kebutuhan minyak Uni Eropa berasal dari Rusia, dan ini melintasi Ukraina supplai nya, dan karena itu Rusia mempertahankan pangkalan militernya di Ukraina.

Sebelumnya Amerika Serikat tak  pernah merasa tenang dengan kehadiran pangkalan militer Rusia di Ukraina. Tetapi Washington juga tidak punya alasan kuat untuk mengusir. Karena Ukraina merupakan sebuah negara berdaulat. Itu sebabnya Amerika dan Uni Eropa berada dibalik kejatuhan President  Yanukovych dan menempatkan Olexander Turchynov sebagai presiden. Dengan system demorkasi Amerika berharap bisa melegitimasi kekuasaan yang Anti Rusia di Ukraina.  Munculnya krisis Ukraina dimana Rusia melakukan invasi ke negara tetangga itu diluar perhitungan Amerika. Namun ini bisa dijadikan alasan Amerika Serikat untuk terlibat dalam konplik. Sama dengan yang dilakukan Amerika Serikat di Kuwait, ketika pasukan Saddan Husein, Irak menginvasi negeri liliput tersebut.  Oleh sebab itu kekhawatiran munculnya perang baru antara Rusia dan Amerika Serikat, masuk akal. Lokasinya, yah di Ukraina. Kalau itu terjadi, kawasan yang paling cepat terimbas, seluruh wilayah Eropa. Sekali sebuah perang meletus di Eropa. imbasnya akan ke seluruh dunia. Umat manusia kembali berada dalam ancaman peperangan, perang dunia baru, sebuah perang dahsyat yang sejatinya - pada awal mula hanya dipicu oleh pertentangan elit politik. Mungkinkah ini terjadi ? atau  bisakah Amerika dan Rusia duduk bersama membicarakan perdamaian untuk kepentingan Ukraina? sepertinya jauh panggang dari api, seperti Syiria...

1 comment:

Carol said...

I read similar analysis on The Economist but yours has history flashback ... interesting!
From my past education discussion on geopolitics, we were aware that EU has the similar agenda with Iran.

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...