Thursday, December 20, 2012

Supply chain...



Saya punya teman, sejak tahun 2000 setelah pabrik garmennya bangkrut di Indonesia, dia memindahkan bisnisnya ke China, tepatnya di kota Shenzhen. Dia tidak punya pabrik di China. Tapi omzetnya sebagai exporter lebih besar dibandingkan dulu ketika dia punya pabrik di Indonesia. Bagaimana bisa ? ya dia memang punya relasi pasar yang luas di Amerika dan Eropa karena pengalamannya dalam business garmen dan eksport lebih dari 15 tahun. Itu sangat membantunya. Berdasarkan pesanan dari pembeli di AS dan Eropa tersebut dia mendatangi pabrik Tenun, Pabrik Tektil dan Pabrik garmen, Pedagang Kapas,  Produsen Bahan kImia. Kepada pabrik tenun dia memesan benang yang sesuai dengan standard dan design yang ditentukannya. Pedagang Kapas memasok kapas kepabrik tenun dan produsen bahan kimia memasok bahan pewarna ke pabrik tenun. Setelah benang jadi, dia mengirim benang itu kepada pabrik Tektil untuk digunakan membuat bahan pakaian. Setelah lembaran bahan selesai dibuat , selanjutnya dia kirim ke pabrik Garmen untuk dibuat pakaian sesuai dengan design yang ditentukan oleh pembelinya. Keliatannya prosesnya sangat rumit. Tidak ! Itu dilakukannya hanya dengan melibatkan karyawan 2 orang dikantornya yang kecil di Shenzhen. Setiap bulan dia bisa mengeksport Garmen 20 kontainer. Hebat, kan.

Kalau anda mempunyai Ipad selular  maka ketahuilah bahwa didalam selular anda itu terdapat puluhan industry yang memasok berbagai komponen hingga dapat dirakit menjadi selular. Kalau anda didalam kendaraan maka ketahuilah bahwa pada kendaraan itu terdapat berbagai industry yang memberikan dukungan hingga kendaraan itu utuh dan bisa dijalankan. Mengapa ? anda duduk dalam mata rantai supply industry yang rumit. Ban, body kendaraan , interior dan lainnya dihasilkan dari bahan baku minyak bumi atau  nafta serta olefin.  Masing masing material kendaraan itu merupakan part yang diproduksi oleh industry berbeda. Semua  produk yang kita nikmati untuk memanjakan hidup sebagai orang modern merupakan gabungan dari barbagai produk yang dihasilkan oleh berbagai jenis usaha. Ini disebut dengan supply chain. Yang membuat ekonomi china tumbuh  karena china memiliki supply chain yang terstruktur dan canggih serta lentur. Hampir 90% supply chain industry di China adalah  usaha dalam negeri china sendiri. Akibatnya untuk menghasilkan produk eksport , belanja import china sangat rendah. Pertumbuhan ekonomi melahirkan ketahanan ekonomi nasional karena cadangan devisa yang terus meningkat. Berbeda dengan India dan negara lainnya, dimana peningkatan eksport diiringi oleh meningkatnya import. Akibatnya sedikit saja ada goncangan ekonomi maka langsung negara tersebut masuk dalam wilayah krisis. Hal ini karena negara tersebut lemah dalam hal supply chain.

Itu sebabnya kehebatan teman saya dalam mengenbangkan bisnisnya di China lebih disebabkan oleh kehebatan system supply chain di China.Karena terbukti usahanya selama 15 tahun di Indonesia justru membuat dia bangkrut. Karena disamping bunga bank yang tinggi juga terlalu banyak pungutan dari pejabat yang korup, dan yang lebih membuat usahanya tidak efisien adalah supply chain yang berkualitas terpaksa dari luar negeri. Untuk itu dia harus import. Nah ketika import , proses masuknya barang di gudang sangat ruwet karena harus melewati jalur birokrasi beacukai yang korup. Ongkosnya jadi sangat mahal dan waktu yang tidak sebentar.  Karena itu , untuk mengamankan proses produksinya dia harus punya stok sedikitnya untuk tiga bulan. Di china, menurutnya, bunga kredit export sangat rendah. Supply chain tersedia dimana saja dan selalu on time delivery, sehingga dia bisa membuat jadwal produksi dengan tepat dan juga jadwal eksport dengan tepat pula. Dia juga tidak perlu harus stok material karena barang selalu tersedia sesuai jadwal pesanan. Itu sebabnya banyak pabrik di China tidak mempunyai gudang besar untuk menyimpan material.Jadi benar  benar efisien.

Di China, anda akan menemukan industry berkelas dunia seperti Siemen, Nokia, Samsung, Apple, SONY, SANYO, GE, Boeing , Audi, Mercy, Toyota dll.  Hampir sebagian besar industry tersebut mendapatkan dukungan supply chain dari dalam negeri china yang sebagian besar mereka adalah Usaha Menengah dan Kecil. Profesor Zheng Yusheng berpendapat bahwa cara yang tepat untuk mengukur daya saing manufaktur tidak dengan membandingkan biaya tenaga kerja saja, namun dengan membandingkan rantai pasokan ( supply chain). Semakin handal supply chain  maka semakin efisien proses produksi tersebut.  Kehandalan Supply chain inilah yang membuat ribuan pabrikan berkelas dunia dari manca Negara berdatangan ke china untuk membangun pabrik ( pusat produksi) atau memanfaatkan industry china untuk menjadi agent pemasaran diseluruh dunia.  Ini tentu berdampak kepada pertumbuhan ekonomi karena dari terbangunnya pabrik akan menimbulkan dampak berganda dengan tumbuhnya  usaha pendukung lainnya seperti jasa serta terserapnya angkatan kerja dalam jumlah besar.

Lantas bagaimana China bisa menyediankan supply chain tersebut? Menurut teman saya bahwa di China hampir semua industry hulu dikelola oleh BUMN. BUMN juga bertindak sebagai pengelola logistik hasil pertanian untuk memenuhi industri food processing dan medicine herbal industry. Pemerintah juga menyediakan Pusat Riset untuk mendukung usaha supply chain bagi industri high tech. Di Hulu inilah pemerintah melakukan subsidi terselubung dengan harga jual yang murah untuk memberikan dukungan berkembangnya  usaha dihilir yang jumlahnya jutaan di seluruh pelosok china untuk menjadi bagian  dari supply chain manufactur berkelas dunia. Untuk menjamin logistik  bagi supply chain itu maka pemerintah menyediakan system transprotasi darat, laut dan udara yang sangat efisien. Sehingga dimanapun supply chain berada tidak akan menghambat  kelancaran logistik.  Ya itu semua karena kebijakan ekonomi china tidak partial tapi comprehensive dan integrated. Membangun memang seharusnya by design dan focus kepada hasil bukan pragmatis. Bagaimana dengan Indonesia? ...

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...