Sunday, December 2, 2012

Kemerdekaan Palestina


Status Palestina sebagai Pemerintahan Otoritas yang dideklarasikan pada tanggal 15 november 1994 berdasarkan kesepakatan oslo antara PLO dan Israel. Keberadaan Otoritas Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza juga tidak sepenuhnya didukung oleh kekuatan politik Palestina. Tahun 2007 Hamas berhasil merebut Gaza dari Otoritas Palestina. Fatah berkuasa atas Tepi Barat  Dua kelompok ini punya strategi berbeda dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Hamas lebih memilih jalur kekerasan atau tidak mengakui Israel. Namun Fatah lebih memilih jalur diplomatic pengakuan Israel. Setelah melalui perjuangan yang panjang akhirnya pada tanggal 29 November Palestina diakui sebagai sebuah Negara lewat voting di PBB. Upaya perjuangan diplomatic Palestina di forum international yang meminta dijadikan sebagai Observer state PBB adalah smart. Mengapa ? Pertama, karena dengan itu maka Palestina harus diakui sebagai sebuah Negara dan legitimate secara hokum International. Kedua bila ditempuh keanggotaan tetap PBB pasti akan di veto oleh DK PBB. Dengan status sebagai Negara maka Palestina berhak menjadi anggota lembaga multilatarel dibawah PBB dan berdiri sejajar dengan Negara manapun untuk berbicara tentang hak- haknya sebagai Negara berdaulat.

Apa yang kini dicapai oleh Palestina merupakan proses panjang dari perjuangan Nasionalisme Arab terhadap pendudukan Israel di wilayah Palestina atau tepatnya pengakuan AS dan Barat dibawah PBB  atas berdirinya Negara Israel diwilayah Palestina. Tahun 1967 terjadi Perang Arab –israel. Pihak Arab terdiri dari Mesir, Suriah, Libanon dan didukung secara tidak langsung oleh Arab Saudi, Kwait, Sudan, Aljazair dan Irak. Dalam perang yang hanya berlangsung enam hari pasukan Arab yang dipimpin oleh Mesir terpaksa mengakui keunggulan Israel. Akibat perang ini wilayah kekuasaan Israel bertambah tiga kali lipat yang terdiri dari Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, Tepi Barat (termasuk Yerusalem Timur), dan Dataran Tinggi Golan. Batas Israel bertambah paling sedikit 300 km ke selatan, 60 km ke timur, dan 20 km ke utara. Pan Arab tidak menerima kalah begitu saja. Pada oktober 1974 terjadi kembali perang yang dikenal dengan perang Yom Kippur atau Perang Ramadhan. Pada perang ini persatuan Arab dipimpin oleh Mesir, Suriah , Libia  berhadapan dengan Israel. Walau perang ini pada akhirnya dimenangkan oleh Israel namun pasukan mesir barhasil memasuki wilayah Israel dan pelajaran termahal bagi Israel bahwa mereka tidak terlalu kuat.

Sebetulnya perang tahun 1967 adalah kelanjutan dari perang Arab –Israel tahun 1948-1956 yang dikenal dengan krisis terusan Suez yang sepenuhnya dimenangkan oleh Israel. Singkatnya berkali kali perang terjadi dengan korban jiwa tak sedikit dikedua belah pihak namun tak satupun dimenangkan oleh Pan Arab. Mungkin disebabkan Arab Saudi dan lainnya tidak serius memberikan dukungan penuh atau tidak terlibat langsung dalam perang tersebut yang beda dengan Mesir, Suriah, Yordan, Libia, Sudan yang terlibat langsung. Ketika Naser Jatuh dan digantikan oleh Anwar Sadat, ia melihat situasi secara keseluruhan. Bahwa perang ini adalah konyol.Ini bukan perang antara Israel dan Arab tapi antara Arab dan AS( juga Barat). Tak ada gunanya perang lagi. Saatnya berdamai dengan Israel dengan harapan Mesir berhasil mendapatkan kembali wilayah yang direbut oleh Israel. Tahun 1978 perjanjian Cam David  ditanda tangani dan setahun kemudian kesepakatan damai terjadi dengan Mesir mengakui Israel sebagai Negara ditanah Palestina. Israel berjaji untuk menyerahkan Sinai kepada Mesir. Karena Perjanjian Damai itupula Anwar Sadat terbunuh oleh kelompok Islam fundamentalis.

Sejak kekalahan perang Yom Kippur, masalah nasib bangsa Palestina menjadi terkatung katung. Apalagi Yordania pun setelah itu memilih untuk netral. Tidak lagi berniat untuk berperang dengan Israel. Karena akibat perang enam hari, Yordania kehilangan  Jerusalem Timur  dan Tepi Barat.  Sikap Yordania  menimbulkan amarah dari pegerakan  Kemerdekaan Palestina ( PLO ) yang mendapat tempat di Yordania. Kelompok pergerakan berusaha untuk menggulingkan Raja  namun gagal yang berakibat Raja Husein mengusir PLO keluar dari Yordania .PLO pindah ke LIbanon dan Tunisia. Suriah pun akhirnya memilih gencatan senjata dengan Israel namun menolak perjanjian Damai. Karena Suriah tetap menuntut dikembalikannya  Dataran Tinggi Golan dan  ditolak oleh Israel. Namun sikap Suriah tidak lagi seperti awalnya membela kepentingan Arab Palestina. Ini pula penyebab terjadi pergolakan di Suriah oleh kelompok perjuangan Arab- Palestina yang terdiri dari berbagai faksi. Arab Saudi, Kwait, Emirat Arab, Qatar, memilih tak mau lagi ambil resiko berperang dengan Israel dan mereka memilih aliansi strategis dengan israel ( AS/Barat)  untuk kemakmuran mereka sendiri. 

Saat kini satu satunya yang ada di front melawan Israel adalah Iran namun Iran belajar banyak dari kekalahan perang masa lalu dari Pan Arab terhadap Israel. Itu sebabnya iran memperkuat riset persenjataan, kemandirian dibidang Ekonomi khususnya pangan dan Industri sambil memperkuat aliansi geoekonomi dan geopolitik dengan Rusia dan China. Melalui operasi intelligent yang rumit, Iran berhasil memberikan dukungan kepada pejuang Palestina di libanon. Secara diam diam memberi dukungan senjata dan keahlian militer kepada Pejuang palestina di Gaza. Politik Arab Spring disikapi oleh Iran melalui gerakan fundamental islam syiah untuk ambil bagian dalam perubahan politik di Mesir, Libia, Tunisia , Suriah dan Irak. Agar dalam setiap perubahan politik tersebut Iran dapat ikut mengontrol politik kekuasaan untuk bersama sama dalam satu barisan berhadapan dengan Israel. Namun ini disikapi curiga oleh Arab Saudi dan Qatar yang mendengungkan issue syiah sebagai ancaman Sunni. Itu sebabnya Suriah menjadi rebutan pengaruh antara Syiah dan Sunni. Liga Arab di front tersendiri memberikan dukungan kepada Fatah yang tak sejalan dengan Iran, dan ini membuat kesatuan Rakyat Palestina terbelah menyangkut mahzab dalam Islam.

Setelah PBB mengakui Palestina sebagai Negara maka perjuangan berikutnya adalah bagaimana mendorong bangsa Palestina untuk bersatu dan terus berjuang secara diplomasi untuk menyudutkan Israel dalam setiap perebutan hegemoni politik diwilayah pendudukannya. Harap dicatat bahwa Israel yang didukung penuh oleh AS tidak sekuat dulu lagi. Apalagi AS sedang kesulitan likuiditas akibat krisis. Israel juga sedang mengalami krisis ekonomi. Inggeris akan lebih senang mengisolasi Israel dan pro Palestina agar geo economynya di TImur Tengah lebih terjamin karena sentimen agama islam lebih menguntungkan dalam jangka panjang. Setelah Palestina menjadi negara maka China akan lebih legitimate memberikan dukungan politik dan ekonomi. Upaya ini hanya akan berhasil apabila bangsa Arab seluruhnya kembali bersatu. Jangan ada lagi konpilik Sunni- Syiah karena semua umat islam menghadap ke baitullah. ... Mungkinkah?

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...