Wednesday, April 25, 2012

Kerakusan system...


Sengketa  Iran-Israel yang memicu kenaikan harga minyak mentah keliatannya tidak berumur panjang. Apalagi sudah ada seruan dari Menlu Eropa , Rusia, jepang untuk masuk dalam perundingan damai soal Iran. Dan Iran membuka diri untuk masuk dalam putaran perundingan berkaitan dengan issue sensitive . Justru keliatannya kedepan harga minyak akan melorot. Apa sebab ? bukan karena komplik regional di timur tengah. Tetapi karena menurunnya permintaan konsumsi minyak dari Negara yang paling rakus menyerap minyak, yaitu China. Laporan Markit's Purchasing Managers' Index, China menunjukan terjadinya penurunan produksi dan sekaligus juga menurunkan konsumsi akan minyak. Laporan ini lebih menohok kedalam jantung pasar minyak dunia. Karena peningkatan produksi minyak selama ini karena dorongan industry dan manufaktur china yang rakus energy.

Menurunnya index mengindikasikan bahwa China sudah memasuki babak jebakan krisis global. Pada waktu bersamaan Zona Eropa juga mengalami hal yang lebih parah sebagai kelanjutan putaran kedua dari crisis financial sejak tahun 2008. Pada saat sekarang Zona Eropa mulai menerapkan kebijakan memotong pendapatan nasional mereka lewat kebijakan pajak untuk mendorong pertumbuhan industry yang semakin memburuk. Atas situasi tersebut , Harga minyak mentah turun pada perdagangan di New York, Senin (23/4/2012). Minyak mentah West Texas Intermediate untuk delivery Juni turun 77 sen menjadi 103,11 dollar AS per barrel di Nymex. Sementara minyak Brent untuk settlement Juni merosot 5 sen menjadi 118,71 dollar AS per barrel di ICE Futures Europe Exchange, London.

Seorang teman yang bekerja sebagai analisis perdagangan minyak dan emas, sempat mengatakan kepada saya bahwa selama ini pedagang minyak merasa yakin permintaan akan minyak yang begitu tinggi dapat dipermainkan dengan menjadikan rumor sebagai cara menaikkan harga minyak. Tetapi mereka lupa bahwa bubble industry dan manufaktur sebagai efek dari bubble economic  growth yang dipicu oleh sector moneter memakan ongkos mahal dan berujung kepada krisis structural , kini terjadi koreksi pasar yang significant seperti ungkapan tentang bekerjanya invisible hand pasar. Bahwa harga harus benar benar mencerminkan permintaan real.  Fakta pada krisis global saat ini menunjukkan trend yang bergerak kepada keseimbangan itu. Karena apa gunanya pedagang  menumpuk minyak di bunker , produsen terus berpoduksi bila pada akhirnya permintaan real memang terus menurun.

Apa yang dapat kita tarik pelajaran dari keadaan ekonomi dunia saat ini bahwa benarlah bila kerakusan dipertuankan maka kesombongan akan menjadi pakaian. Rasa empati akan nasip orang  lain terlupakan. Jauh sebelum krisis , Negara miskin berupaya memohon agar dilakukan moratorium  hutang mereka. Bukan untuk memperkaya orang perorang tapi hanya untuk menyehatkan APBN mereka agar punya daya melaksanakan fungsi sosialnya bagi rakyat yang masih terbelakang. Tetapi, harapan Negara miskin tak didengar dan tertelan oleh angin keangkuhan Negara maju bersama Lembaga Keuangan Multilateral seperti World Bank,IMF, dll. Aneh nya ketika krisis  global saat ini , Negara maju dengan entengnya melakukan bail out terhadap beban hutang  corporate yang jumlahnya melebihi seluruh hutang Negara ketiga. Ini tidak adil dan memang ketidak adilan dipertontonkan.

Andaikan moratorium hutang  itu dilaksanakan jauh jauh hari, tentu Negara berkembang seperti Indonesia dan Afrika, Amerika Latin dengan populasi yang sangat besar akan mampu berkembang. Dan populasi mereka akan menjadi penyeimbang dan sekalius penyerap kelebihan kapasitas manufaktur Negara maju. Menurunnya index manufacture ini merupakan sinyal pasar sedang bekerja untuk tercapainya pemulihan yang menyakitkan. Ketika terjadi goncangan akibat pasar menyusut maka second round crisis tak bisa dielakan, yaitu crisis manufacture. Akibat krisis di sector manufacture ini maka akan berdampak kepada semakin sulitnya penyediaan lapangan pekerjaan dan semakin banyaknya PHK dimana mana. Upaya pemerintah Negara maju untuk menjaga momentum pertumbuhan sector manufacture lewat pemotongan pajak tidak akan berhasil efektif karena persoalannya ada pada pasar yang tak mampu menyerap kelebihan kapasitas.

Selangkah lagi setelah krisis manufaktur akan mengakibatkan hancurnya system kapitalisme. Karena manufaktur yang berkapasitas besar tak mampu lagi bayar bunga dan cicilan akibat pasar menyusut. Bank akan terjebak NPL berskala gigantic…Inilah babak yang sangat menyakitkan dari perjalanan panjang sikap rakus dan sombong Negara maju.  Hancur dengan sendirinya…

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...