Monday, April 16, 2012

Kekuasaan dan Modal


Bulan November 2012 nanti akan digelar pemilihan umum di AS. Obama akan bersaing dengan Mitt  Romney. Obama dari Partai Demokrat dan Mitt Romney dari Partai Republik. Kalau dilihat latar belakangnya, Obama adalah lawyer yang brilian. Mitt adalah Investment Banker yang sukses dibawah bendera Bain Capital , pengelola Private Equity yang bereputasi high profit. Yang menarik dari pertarungan Pemilu yang akan datang ini adalah isu yang dibawa oleh dua candidate. Mereka tidak bicara bagaimana mengangkat isu yang lebih mendasar secara nasional khususnya mengatasi jutaan pengangguran dan rontoknya industry dalam negeri AS, melalui semangat nasionalisme dan bela negara. Keduanya berbicara tentang bagaimana memberikan ruang lebih besar bagi Perusahaan untuk mendapatkan laba lebih melalui pengurangan pajak. Pada waktu bersamaan pajak karyawan ditingkatkan. Sekilas kita melihat ini benar benar tidak adil. Istilah Warren Baffet “ bagaimana mungkin pajak saya ( CEO ) lebih rendah dbandingkan sekretaris saya.

Begitulah design pembangunan yang berorientasi kepada pasar. Bahwa modal tidak mengenal nasionalisme. Ini disadari sepenuhnya oleh penguasa AS. Kalau mereka tidak bisa memberikan insentip pengurangan pajak maka dapat dipastikan modal akan terbang keluar negeri dan AS akan semakin kesulitan keluar dari jeratan krisis ekonomi. Masalah pengangguran akan semakin sulit diatasi, juga APBN dengan deficit menganga lebar akan semakin sulit ditutupi karena modal terbang ke Negara lain. Itu sebabnya Obama punya formula untuk mengurangi pajak dari 35% menjadi 28 %. Sementara Mitt dengan formula dari 35% menjadi 25%. Walau detail program itu agak berbeda namun substansinya tetap sama yaitu pengurangan pajak. Memang formula pengurangan pajak semakin digemari oleh banyak Negara. China mengurangi pajak PMDN namun menaikan pajak PMA. Tujuannya agar PMDN lebih dominan.  Jepang juga mengurangi pajak.

Teman saya sebagai Fund Manager sempat mengatakan  bahwa modal ( uang) tak bisa lagi dikendalikan sebagaimana sumber daya lainnya.  Terjadinya kebijakan acrobat yang semakin jauh dari fungsi social Negara tak lebih disebabkan oleh kiat Negara menjinakan modal. Konyolnya lagi, modal ( uang ) itu tidak mengenal kesetiaan, cinta. Kalau air mengalir kebawah, namun modal mengalir ketempat yang paling tinggi memberikan laba. Walau china adalah komunis namun 22 % pajak yang dterapkan China telah mendorong  transfer modal bak air bah masuk ke China selama dua decade. Hampir semua perusahaan raksasa AS mempunyai kantor di China. Hampir sebagian besar industry AS pindah ke China dalam berbagai skema dan yang paling banyak adalah menjadikan China sebagai pusat outsourcing untuk memenuhi pasar AS yang rakus. Ada juga yang memindahkan markas riset ke China karena alasan adanya insentip pajak atas biaya riset.

Yang jadi pertanyaan besar adalah bagaimana AS mampu mengelola APBN bila pada waktu bersamaan sumber pendapatan berkurang ? China bisa menetapkan tariff pajak rendah karnena system komunis memang efektif mengelola semua sumberdaya dengan efisien, termasuk upah dan layanan public. Sementara AS sudah terlanjur  boros. Semua sumber daya di AS , termasuk upah dan layanan public sudah bubble sejak terjadinya booming ekonomi akibat rekayasa wallstreet. Keadaan ini tidak mungkin dikoreksi. Tidak mungkin. APBN AS sudah terjebak dengan situasi ini. Lantas apa tujuan sebenarnya program Obama dan Mitt ? Teman saya sebagai fund Manager punya pendapat sederhana bahwa ini  hanya sekedar menaikkan cintra dihadapan modal agar setiap tahun tetap dipercaya untuk kembali berhutang dalam skema gali lubang tutup lubang ?

Lantas sampai kapan AS akan menghadapi APBN yang terjebak hutang ini ? Hanya Tuhan dan Politisi saja yang tahu. Rakyat tidak akan pernah tahu. Suka tidak suka, dalam system ekonomi pasar, money is the second God in the world. Dari AS, saya mendapatkan pelajaran berharga tentang sebuah agenda. Bahwa pada akhirnya agenda kekuasaan sekular adalah bagaimana memanjakan pemodal. Dengan harapan agar modal bisa memberikan miracle untuk kemakmuran seperti kata Obama " spread the wealth around". Tapi sayangnya, miracle itu dari masa kemasa tak pernah terjadi. Yang ada malah modal semakin mengerucut keatas dan dinikmati oleh segelintir orang, meninggalkan mayoritas penduduk yang bingung dengan masa depannya, karena pajak dan inflasi memenggal pendapatan tetapnya. Inilah neo-colonialism

No comments:

ERA Jokowi, dari 16 target yang tercapai hanya 2

  Realisasi kuartal III-2024, ekonomi nasional tumbuh 4,95%. Konsumsi rumah tangga sebagai pemberi andil terbesar hanya mampu tumbuh 4,91%. ...